Game Pecas Ndahe

Februari 5, 2010 § 40 Komentar

Manusia adalah makhluk bermain (homo ludens). Seorang sejarawan Belanda, Johan Huizinga, pernah menulis buku klasik dengan judul seperti itu, Homo Ludens, pada 1938.

Dalam buku itu, Huizinga membuktikan bahwa kebudayaan tumbuh dalam permainan dan-paling tidak pada mulanya-tetap tinggal dalam suasana permainan. “The play element OF culture, and not the play element IN culture,” katanya.

Kegiatan-kegiatan yang terkait dengan pemenuhan hidup, seperti berburu, juga diawali dengan permainan. Tarian dan nyanyian adalah dialog dalam bentuk permainan.

Tapi dunia berubah. Begitu juga peradaban. Semakin maju kebudayaan, makin lemah peran permainan di dalamnya. Ada kecenderungan umum dalam umum suatu kebudayaan, permainan berubah semakin serius sehingga permainan melarut dalam bentuk-bentuk kultural yang lebih mantap, seperti olahraga, kesenian, ilmu pengetahuan, dan tata negara. Untunglah, karena lebih tua dari kebudayaan dan sudah ada dalam taraf bawah manusiawi, permainan selalu muncul kembali.

Maka, dalam kehidupan modern, ketika manusia dibatasi jaring-jaring kerja yang ketat dan dalam tekanan keras untuk selalu berprestasi, bermain menjadi salah satu kisi pelepasan.

“Permainan itu paradoks. Ia memenuhi kebutuhan untuk fun, lucu, dan menyenangkan. Tapi permainan juga ada pencapaian dan aturannya,” kata Simon Petrus Tjahjadi, sekretaris Program Studi Filsafat Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara pada sebuah kesempatan.

Huizinga mengatakan bahwa bermain itu harus mengandung lima unsur:

Play is free, is in fact freedom
Play is not “ordinary” or “real” life
Play is distinct from “ordinary” life both as to locality and duration
Play creates order, is order. Play demands order absolute and supreme
Play is connected with no material interest, and no profit can be gained from it

Tanpa unsur-unsur itu, maka sebuah kegiatan tak bisa disebut bermain lagi. Ia menjadi sesuatu yang “ordinary”.

Permainan justru mewujudkan kesempurnaan terbatas dalam dunia yang serba tak sempurna. Dengan bermain, orang seolah keluar dari kehidupan yang biasa.


[pic taken from here]

Saya juga seolah keluar dari kehidupan yang biasa ketika mampir di Singapura Senin awal pekan ini. Sesuatu yang tak biasa itu saya temukan lewat sebuah permainan baru dalam bentuk laptop: Dell Alienware M11X.

Baru pertama kali itu saya melihat, menyentuh, dan memainkan langsung sebuah perangkat yang dibuat khusus untuk game. Sebelumnya, saya lebih suka menyentuh atau melakukan permainan lain.

Alienware adalah jajaran laptop khusus gaming keluaran Dell Corp. Sebelumnya, Alienware muncul dalam laptop dengan ukuran layar 17 dan 15 inci. Alienware terbaru adalah laptop dengan ukuran monitor 11 inci (M11X). Dengan ukuran yang lebih kecil dan ringan dibanding pendahulunya, perangkat ini cocok untuk naramain (gamers) sejati yang tak henti bermain di mana pun dia berada.

Alienware M11X menggunakan mesin berkapasitas besar. Prosesor Intel Core 2 Duo SU7300 (1.3GHz, 800 MHz, 3 MB). Grafik up 1GB GDDR3 NVIDIA GeForce GT 335M. Memori up 8GB DDR3 1066MHz. Hard drive 500GB 7200 RPM atau 256GB Solid State Drive. Dan sistem operasi Windows 7.

Di Jakarta, Alienware M11X bakal masuk Februari akhir atau awal Maret dengan harga US$ 1.500 (sekitar Rp 14.250.000). Sekarang dia masih dalam perjalanan di atas kapal menuju Pelabuhan Tanjung Priok.

Dengan fasilitas koneksi Internet, Alienware M11X bisa dipakai bermain secara daring. Menembus batas ruang dan waktu melalui Internet, kita bisa memainkan game apa pun. Kita menjadi naramain melawan orang lain di Indonesia atau di belahan bumi mana pun.

Dan tanpa batas ruang dan waktu, kita menciptakan kegembiraan, spontanitas, dan memunculkan sifat manusia yang sesungguhnya, kata Plato.

>> Selamat hari Jumat, Ki Sanak. Apakah hari ini sampean sudah bermain-main?

Tagged: , , , ,

§ 40 Responses to Game Pecas Ndahe

Tinggalkan Balasan ke tonosaur Batalkan balasan

What’s this?

You are currently reading Game Pecas Ndahe at Ndoro Kakung.

meta