Affairs Pecas Ndahe

April 17, 2007 § 17 Komentar

Bagaimana kita harus bersikap terhadap hubungan asmara di kantor? Bolehkah dua pegawai menjalin cinta? Bagaimana bila hubungan itu antara bawahan dan atasan? Adakah etikanya?

Pertanyaan itu menari-nari di benak saya setelah beberapa hari belakangan ini membaca berita yang bikin geger World Bank. Semula saya mau bertanya ke Paklik Isnogud, tapi sudah hampir sepekan ini dia tak ada di pabrik. Kemarin dia menelepon saya dan mengaku sedang di Bahrain?

Halah, Bahrain? Ngapain?

“Saya barusan nonton balapan mobil, Mas,” jawabnya.

Meski misuh-misuh dalam hati, saya tak bisa apa-apa. Siapa berani melarang Paklik pergi? Mau ke Bahrain ke, ke Timbuktu kek, ke Ndhiwek kek, ndak ada yang berani melarang. Lah wong pergi pakai duitnya sendiri je.

Tinggalah saya sendirian di pabrik menggerutu siang dan malam. Ya sudah, saya pun gantian mengajak sampean ngobrol tentang kasus yang jadi omongan para petinggi dunia sana itu. Apa itu?

Syahdan Presiden Bank Dunia Paul Wolfowitz merajut benang-benang kasih dengan bawahannya, Shaha Riza, karyawan Bank Dunia wilayah Timur Tengah. Hubungan mereka berlangsung sejak 2002.

Ketika Wolfowitz terpilih sebagai bos Bank Dunia dua tahun lalu, dia sudah membicarakan hubungan khususnya dengan Riza ini kepada para dewan direksi. Di Bank Dunia memang ada larangan atasan memiliki hubungan pribadi dengan bawahan.

Riza pun lalu “dibuang” ke Departemen Luar Negeri Amerika Serikat dengan status masih karyawan Bank Duna.

Yang jadi soal, setelah dipindah, Riza ternyata mendapat kenaikan gaji dari semula US$132.660 per tahun menjadi US$ 193.590 — lebih tinggi dari gaji Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Condoleezza Riza yang cuma US$ 186.000. Sang pacarlah yang merekomendasikan kenaikan gajinya.

Rupanya, perlakukan istimewa itu membuat asosiasi staf Bank Dunia protes. Mereka menilai kenaikan gaji luar biasa itu tak sejalan dengan kebijakan di Bank Dunia. Wolfowitz pun dituntut mengundurkan diri. Tapi, meski sudah minta maaf, Wolfowitz menolak mundur.

“Makanya Mas, jangan sampai sampean punya pacar di kantor,” kata teman saya tiba-tiba.

“Punya pacar? Lah wong ngopeni simboke bedes-bedes di rumah saja saya sudah kerepotan je, kok mau nyimpen perempuan lain,” jawab saya. “Golek perkoro.”

“Mending jajan ya, Mas … ” teman saya menimpali lagi sambil ngakak.

Jajan? Hm, mungkin ide yang menarik dan layak dicoba. Tapi, bagaimana dengan kesehatannya? Banyak jajanan yang tak higienis dan bikin perut mulas, kan?

“Lah ya pilih tempat yang bersih dan makanannya sehat, Mas,” kata teman saya.

“Emang ada? Di mana tuh?”

“Huahahaha … kepancing!”

Kirik!

§ 17 Responses to Affairs Pecas Ndahe

Tinggalkan Balasan ke balak6 Batalkan balasan

What’s this?

You are currently reading Affairs Pecas Ndahe at Ndoro Kakung.

meta