Penangkapan Donald Trump dan fenomena media sintetis
Maret 23, 2023 § Tinggalkan komentar
Bukan Donald Trump namanya kalau tak bikin heboh. Baru-baru ini mantan presiden AS itu memperkirakan bahwa dirinya bakal ditangkap pada Selasa, 21 Maret 2023.

“Kebocoran ilegal dari kantor kejaksaan distrik Manhattan yang korup dan sangat politis … menunjukkan bahwa, tanpa kejahatan yang dapat dibuktikan … kandidat Republik terkemuka dan mantan Presiden Amerika Serikat, akan ditangkap pada hari Selasa minggu depan,” begitu kicauan Trump di platform media sosial, Truth Social.
Sontak Amerika pun heboh. Tak lama kemudian, kehebohan membesar ketika tiba-tiba beredar di media sosial foto-foto penangkapan Trump.

Benarkah Trump ditangkap? Tentu saja tidak. Foto-foto penangkapan Trump itu palsu merupakan hasil rekayasa Midjourney v5, salah satu aplikasi AI yang berkemampuan membuat gambar berkualitas tinggi.
Foto palsu tentang penangkapan Trump bukan pertama yang viral di media sosial. Sebelumnya ada beberapa contoh video atau foto palsu yang terkenal, di antaranya:
- Video Pelukis Obama: Pada tahun 2012, sebuah video yang menampilkan seorang pelukis yang menggambar potret Presiden Obama menjadi viral di internet. Namun, kemudian terungkap bahwa video tersebut palsu, dan pelukis tersebut sebenarnya tidak menggambar potret Presiden Obama secara langsung.
- Video Parkland Shooting: Setelah penembakan di sekolah Parkland di Amerika Serikat pada tahun 2018, sebuah video yang menampilkan seorang siswa yang dituduh sebagai pelaku penembakan menjadi viral di internet. Namun, kemudian terungkap bahwa video tersebut palsu, dan siswa tersebut sebenarnya tidak terlibat dalam penembakan tersebut.
- Video Nancy Pelosi yang Diedit: Pada tahun 2019, sebuah video yang menampilkan Ketua DPR AS Nancy Pelosi yang diedit menjadi terlihat seperti ia sedang mabuk menjadi viral di internet. Namun, kemudian terungkap bahwa video tersebut palsu, dan diubah dengan teknologi deepfake untuk menciptakan kesan yang salah tentang Pelosi.
- Foto Hitler dan Anne Frank: Pada tahun 2017, sebuah foto yang menampilkan Adolf Hitler dan Anne Frank dalam sebuah foto yang sama menjadi viral di internet. Namun, kemudian terungkap bahwa foto tersebut palsu, dan dihasilkan dengan teknologi synthetic media untuk menciptakan kesan yang salah tentang sejarah.
Apa itu synthetic media (media sintetis)?
Media sintetis adalah jenis media yang dibuat dengan menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan algoritma yang canggih. Media sintetis dapat berupa gambar, video, suara, atau teks yang dibuat oleh komputer dengan menggunakan data atau informasi yang telah dimasukkan sebelumnya.
Contoh media sintetis yang paling umum adalah deepfake, yaitu teknologi yang memanipulasi video dan foto dengan mengganti wajah orang dalam video atau foto dengan wajah orang lain. Dalam deepfake, AI akan belajar dari data foto atau video asli untuk membuat video atau foto yang terlihat seperti aslinya, namun dengan wajah yang berbeda.

Ada juga aplikasi sintetis media lain, seperti generative art, yang menggunakan AI untuk membuat seni yang unik dan kreatif. Aplikasi sintetis media untuk pembuatan musik, teks, atau bahkan video game pun ada.
Synthetic media dapat digunakan dalam berbagai bidang seperti film, televisi, dan iklan. Dalam industri film, misalnya, teknologi synthetic media dapat digunakan untuk membuat karakter atau adegan yang terlihat lebih realistis dan menakjubkan.
Dalam industri periklanan, synthetic media dapat digunakan untuk membuat iklan yang lebih menarik dan kreatif, dengan menggunakan animasi dan efek visual yang canggih.
Meskipun canggih, synthetic media memiliki beberapa risiko. Salah satu risiko utama adalah penyebaran hoaks dan informasi yang salah dengan menggunakan teknologi ini, seperti yang terjadi pada kasus Trump.
Deepfake, misalnya, dapat digunakan untuk membuat video palsu yang menampilkan seseorang dalam situasi yang tidak pantas atau tidak benar, yang dapat merusak reputasi orang tersebut atau menyebarkan informasi yang tidak benar.
Synthetic media juga memiliki beberapa risiko lain, seperti:
- Penggunaan untuk tujuan kriminal: Synthetic media dapat digunakan untuk menciptakan video atau foto palsu yang digunakan untuk kejahatan seperti pemerasan, pencemaran nama baik, atau penipuan. Dengan teknologi synthetic media yang semakin canggih, penjahat dapat dengan mudah membuat video atau foto yang terlihat sangat meyakinkan.
- Penggunaan untuk tujuan politik dan propaganda: Synthetic media dapat digunakan untuk menciptakan video atau foto palsu yang digunakan untuk tujuan politik atau propaganda. Hal ini dapat merusak reputasi seseorang atau kelompok tertentu, atau digunakan untuk menyebarkan pesan politik yang salah atau tidak benar.
- Pelanggaran privasi: Synthetic media dapat digunakan untuk membuat video atau foto yang melanggar privasi seseorang, seperti merekam orang tanpa sepengetahuan atau izin mereka, dan kemudian menggunakan teknologi synthetic media untuk membuat video atau foto yang menampilkan orang tersebut dalam situasi yang tidak pantas.
- Ketergantungan pada teknologi: Dengan semakin banyaknya penggunaan synthetic media, kita dapat menjadi terlalu bergantung pada teknologi ini. Hal ini dapat mengurangi kemampuan kita untuk membedakan antara video atau foto asli dan palsu, dan mengakibatkan keraguan pada kebenaran informasi yang kita terima.
Membedakan video atau foto asli dan palsu dapat menjadi semakin sulit karena semakin canggihnya teknologi synthetic media. Namun, ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk membantu membedakan video atau foto asli dan palsu, di antaranya:
- Verifikasi sumber video atau foto: Carilah informasi tentang sumber video atau foto tersebut. Jika video atau foto tersebut berasal dari sumber yang terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan, kemungkinan besar video atau foto tersebut asli. Namun, jika video atau foto tersebut berasal dari sumber yang tidak jelas atau tidak dapat dipertanggungjawabkan, maka perlu dipertimbangkan untuk memverifikasi keaslian video atau foto tersebut.
- Perhatikan detail kecil: Perhatikan detail kecil dalam video atau foto yang dapat membantu membedakan antara video atau foto asli dan palsu. Misalnya, perhatikan bayangan, cahaya, dan refleksi dalam video atau foto tersebut. Detail-detail kecil seperti ini dapat membantu mengungkapkan keaslian video atau foto tersebut.
- Gunakan alat deteksi deepfake: Ada beberapa alat deteksi deepfake yang tersedia secara online yang dapat membantu memeriksa apakah video atau foto tersebut asli atau palsu. Alat-alat ini dapat memeriksa perbedaan dalam pola wajah atau suara antara video atau foto asli dan palsu.
- Bertanya kepada ahli: Jika Anda masih meragukan keaslian video atau foto, Anda dapat meminta pendapat dari ahli di bidang teknologi atau forensik. Ahli ini dapat membantu memeriksa video atau foto tersebut menggunakan teknik dan alat yang lebih canggih untuk memverifikasi keaslian video atau foto tersebut.
Mengingat kemampuan dan risiko yang serius, rasanya perlu adanya pengawasan dan regulasi yang ketat terhadap penggunaan synthetic media untuk memastikan bahwa teknologi ini digunakan dengan bijak dan tidak menimbulkan risiko dan bahaya bagi masyarakat.
Penting bagi kita untuk memahami risiko dari synthetic media dan mengambil tindakan yang tepat untuk mencegah penyebaran hoaks dan informasi yang salah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memeriksa sumber informasi yang diterima dan memverifikasi kebenaran informasi sebelum membagikan atau menyebarkan informasi tersebut.
Synthetic media adalah teknologi yang menjanjikan dengan potensi yang besar, tapi kita juga perlu memahami risiko dari teknologi ini dan menggunakan synthetic media secara bijak dan bertanggung jawab.
Bagaimana, Kisanak?
Tinggalkan Balasan