Gerakan tolak AI cermin ludditisme?

Januari 3, 2024 § Tinggalkan komentar

Kemajuan teknologi artificial intelligence (AI) tidak serta membuat semua orang senang. Sebagian kalangan bahkan terang-terangan menolak kehadiran teknologi yang salah satu kemampuannya adalah menghasilkan gambar digital lewat perintah tertulis atau prompt.

Mengapa mereka menolak AI dan apa dasar penolakan mereka?

Silakan baca di situs gerakan itu di sini.

Buat saya, gerakan menolak AI itu mengingatkan saya pada Ludditism di Inggris pada zaman dulu.

Ludditisme adalah sebuah gerakan sosial yang muncul di Inggris pada awal abad ke-19. Gerakan ini dipimpin oleh para pekerja industri yang merasa terancam oleh munculnya mesin-mesin yang otomatis. Mereka khawatir bahwa mesin-mesin tersebut akan menggantikan pekerjaan mereka, menyebabkan pengangguran dan penurunan upah.

Sejarah ludditisme dimulai sekitar tahun 1811 di Nottinghamshire, ketika sekelompok pekerja tekstil memprotes dan menghancurkan mesin-mesin pemintal dan tenun di pabrik. Gerakan ini dinamakan “Ludditisme” dari tokoh fiktif yang mereka ciptakan, Ned Ludd, yang konon telah menghancurkan sejumlah mesin pemintal pada tahun 1779 sebagai bentuk protes.

Gerakan ini kemudian menyebar ke daerah-daerah industri lain di Inggris, seperti Yorkshire dan Lancashire. Para Luddite, seperti mereka disebut, sering melakukan serangan di malam hari, secara rahasia, untuk menghancurkan mesin-mesin yang mereka anggap sebagai ancaman.
 
Pekerja zaman dulu kalau bekerja menggunakan sepatu kerja yang disebut “Sabot.” Sabot adalah sejenis sepatu yang terbuat dari kayu, yang umum digunakan oleh pekerja dan petani di Eropa, terutama di Perancis, Belgia, dan Belanda.
 
Salah satu cara paling umum merusak mesin tenun adalah dengan melemparkan sepatu Sabot ke dalam mesin tenun. Dari peristiwa itulah muncul istilah “sabotase.”
 
Ada versi lain yang menyebutkan bahwa hubungan antara sepatu “Sabot” dan Ludditisme sebenarnya lebih bersifat simbolis dan terkait dengan konsep perlawanan terhadap industrialisasi. 
 
Dalam konteks Ludditisme, istilah “sabotage” sering dikaitkan dengan tindakan pekerja yang sengaja merusak mesin-mesin industri sebagai bentuk protes.
 
Menurut cerita rakyat, pekerja akan melemparkan sepatu Sabot mereka ke dalam mesin untuk mengganggu operasional dan menunjukkan ketidakpuasan mereka terhadap perubahan yang dibawa oleh Revolusi Industri.
 
Meskipun tidak ada bukti sejarah yang konkret menghubungkan penggunaan sepatu Sabot dengan gerakan Luddite di Inggris, konsep “sabotage” menjadi bagian penting dari sejarah perlawanan pekerja terhadap mekanisasi.
 
Luddite sendiri dikenal karena kegiatan mereka yang merusak mesin-mesin tekstil, yang dilakukan sebagai bentuk protes terhadap penggantian tenaga kerja manusia dengan mesin.
 
Jadi, hubungan antara sepatu Sabot dan Ludditisme lebih berfokus pada ide perlawanan terhadap perubahan teknologi industri yang merugikan pekerja, meskipun cara ekspresi dan bentuk perlawanan tersebut berbeda antara kedua gerakan.
 
Pemerintah Inggris merespons dengan keras aksi itu, lalu mengirim tentara untuk melindungi pabrik dan mesin-mesin. Undang-undang anti-Luddite pun diberlakukan, yang membuat kegiatan merusak mesin menjadi tindak kejahatan yang dapat dihukum mati.

Meski gerakan Luddite ini akhirnya mereda sekitar tahun 1816, dampaknya terhadap perdebatan mengenai teknologi, pekerjaan, dan dampak sosial dari industrialisasi terus berlanjut hingga hari ini.

Ludditisme sering dijadikan referensi dalam diskusi tentang bagaimana teknologi modern berpotensi menggantikan pekerjaan manusia dan dampaknya terhadap ekonomi dan masyarakat.

Bagaimana, Kisanak?

Tagged: , , , , , ,

Tinggalkan komentar

What’s this?

You are currently reading Gerakan tolak AI cermin ludditisme? at Ndoro Kakung.

meta