Dewi Lestari Pecas Ndahe
Mei 26, 2009 § 106 Komentar
Siapa tak kenal Dewi Lestari alias Dee? Mungkin hanya mereka yang sudah sepuluh tahun lebih meninggalkan Indonesia atau selama ini ngumpet di dalam kamar dan tak mendengarkan radio, baca koran, nonton TV, atau mengakses Internet yang tak tahu siapa Dee.
Kita mengenal Dee sebagai blogger, penulis, penyanyi, dan seorang ibu. Saya pertama kali mengenal namanya saat dia masih di kelompok trio RSD (Rida, Sita, Dewi). Saya bahkan menyukai salah satu lagu mereka, Satu Bintang di Langit Kelam.
Saya tahu Dee, tapi belum mengenalnya secara personal. Kami bahkan belum pernah bercakap-cakap secara tatap muka. Pengenalan saya kepada Dee hanya sebatas teks. Saya menulis buku, dan dia memberikan endorsement. Lebih dari itu tidak.
Karena itu, terus terang saya terkejut bukan main ketika diberi tahu bahwa Dee bahkan mengulas buku saya di blognya.
Apa? Dee? Menulis tentang buku saya? Nggak salah? Hoax? « Read the rest of this entry »
Malaikat Pecas Ndahe
November 13, 2008 § 50 Komentar
Adakah malaikat tanpa sayap, tak cemerlang, tak rupawan? Mungkin ada, tapi terkadang kau tak melihatnya. Mata kadang terlalu silau pada yang terang benderang, berkeredep menggoda rasa. Tapi, janganlah khawatir, hampa tak akan hilang dalam semalam oleh pacar impian. Silakan diadu saja apa yang kaupunya, malaikat juga tahu siapa yang akan jadi juaranya …
>> Selamat hari Kamis, Ki Sanak. Apakah sampean pernah melihat malaikat tanpa sayap, tak cemerlang, dan tak rupawan?
Dee Pecas Ndahe
Juli 17, 2008 § 61 Komentar
Dewi Lestari (Dee) memutuskan tali pernikahannya dengan Marcell. Aha, sampean pasti sudah tahu itu. Saya ndak mau mengulang cerita basi yang sudah habis dikunyah-kunyah infotainment.
Saya juga bukan hendak bergunjing di sini atau mengomentari perceraian mereka. Menikah dan bercerai itu urusan mereka, bukan urusan saya. Lah wong saya ini kenal pun tidak.
Saya hanya hendak mengajak sampean ikut membaca penjelasan Dee tentang perceraiannya.
Narasi Dee sungguh rapi dan enak dibaca kendati kebenaran yang dia tuturkan begitu pahit. Dee, seperti dalam beberapa tulisannya yang lain, memamerkan kemahirannya menyusun kalimat dan kata.
Saya sungguh terpesona oleh gayanya bertutur yang mengalir lancar, penuh dengan kalimat-kalimat yang mencengangkan, dan layak kutip, seperti misalnya:
Hidup punya masa kadaluarsa, hubungan pun sama. Jika tidak, semua orang tidak akan pernah mati dan semua orang tidak pernah ganti pacar dari pacar pertamanya.
Kali lain, Dee menulis … « Read the rest of this entry »