Teror Pecas Ndahe
November 3, 2008 § 54 Komentar
Bom melahirkan teror. Dan ketakutan pun tak punya persembunyian lagi di abad ke-20.
***
Sarapan bersama Paklik Isnogud pagi ini membuat perasaan saya campur aduk, antara senang dan galau. Senang karena setelah berpekan-pekan tak bersua dengannya, akhirnya saya bisa menghabiskan waktu berdua lagi dengan Paklik di meja makan.
Tapi kami juga terpaksa menelan galau karena setiap suap nasi yang disendok berlauk berita-berita pagi yang muram.
“Lihat saja headline koran ini, Mas,” kata Paklik sambil memperlihatkan sampul depan sebuah koran yang memajang wajah Amrozi, Muklas, dan Imam Samudera — trio bomber Bali itu.
Saya tersenyum kecut. « Read the rest of this entry »
