Pengemis Pecas Ndahe

Agustus 26, 2009 § 61 Komentar

Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa mengemis itu haram. Pemerintah Jakarta gencar merazia pengemis dan gelandangan di seluruh penjuru kota. Kenapa kemiskinan tak mati-mati?

pengemis cilik

“Malam seperti itu, hujan sering turun.”

Fred de Silva, editor dari Ceylon Daily News, memulai tulisannya.

Ia berjalan sejak tadi. Ada kabut tipis dalam gelap, tumbuh dari udara panas. Kulit terasa lekat. Tapi hujan telah menunjukkan janjinya, untuk datang. Kaki-kaki telah bergegas. Orang mencari tempat dan atap.

Di antara suara sandal itu ada sepasang kaki yang lain. Bukan lain karena telanjang dan tua, tapi karena ritmenya berbeda. Langkah itu mirip langkah seorang penari kavadi. Cekatan, bersemangat, meskipun yang empunya berambut putih meskipun seluruh tubuhnya jembel, meskipun ia seperti sendiri.

Mungkin itulah sebabnya lelaki pengemis tua itu menarik perhatian. “Itulah sebabnya aku sampai bisa melihatnya di dalam arus umat manusia yang bergerak,” tulis de Silva. Itulah sebabnya detail sang sosok menjadi jelas. Wajahnya adalah wajah tersiksa seorang penari kavadi — tersiksanya seorang kesurupan. « Read the rest of this entry »

Where Am I?

You are currently browsing entries tagged with perda at Ndoro Kakung.