Teror Pecas Ndahe
Mei 16, 2013 § 145 Komentar
“Tak ada kelompok ras atau etnik di Indonesia yang, betapapun kencangnya melakukan agitasi, dapat mengobarkan kekerasan sistematik dengan 1.198 orang tewas (27 di antaranya ditembak), 150 wanita diperkosa, 40 supermarket dan 4.000 toko dibakar, dan ribuan motor, mobil, dan rumah dilalap api di 27 area ibukota hanya dalam tempo 50 jam.”
Tulisan Ariel Heryanto itu saya kutip dari sini. Dan setiap kali membacanya, saya terkenang pada salah satu lembaran paling hitam dalam sejarah Indonesia: kerusuhan Mei 1998.
Saya sepakat dengan Ariel yang menulis:
Siapa pun yang mengenal Indonesia sadar betul bahwa tidak ada kelompok sosial di luar kekuatan negara yang mampu untuk menggelar kerusuhan secara dahsyat dan efektif seperti terjadi di Jakarta dan Surakarta beberapa waktu lalu.
Tidak PAM Swakarsa. Tidak juga FPI. « Read the rest of this entry »
Prabowo Pecas Ndahe
April 1, 2009 § 138 Komentar
Tak lama setelah Wakil Presiden Jusuf Kalla mengadakan pertemuan dengan teman-teman blogger pada 19 Maret lalu, saya dikontak seseorang dari lingkungan tim pendukung Prabowo Subianto. Ia mengutarakan niat mempertemukan Prabowo dengan blogger.
Saya oke saja. Kenapa tidak? Tapi saya mengajukan syarat. Pertemuan dilakukan di tempat netral, bukan markas partai. Tempat pertemuan juga harus steril dari simbol dan atribut partai.
Deal. Maka terjadilah pertemuan itu di Amigos, Bellagio Mall, Mega Kuningan, Jakarta, 31 Maret 2009.
Acara direncanakan berlangsung mulai pukul 19.00, diawali dengan registrasi dan makan malam. Jakarta baru saja diguyur hujan lebat. Lalu lintas menuju lokasi acara padat merayap. Beberapa blogger terlambat datang.
Prabowo sampai di lokasi sekitar pukul 19.15, dan langsung masuk ruang khusus sambil menunggu semua tamu datang. « Read the rest of this entry »
Penculikan Pecas Ndahe
September 18, 2008 § 67 Komentar
Tiga nama terseret dalam sebuah pusaran sejarah dan terpelanting ke ruang sidang Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, kemarin.
Mereka adalah almarhum Munir, Desmon Junaedi Mahesa, dan Muchdi Purwoprandjono. Tiga orang ini memiliki satu kata yang menjadi benang merah hubungan mereka: penculikan.
Munir, kita tahu, adalah aktivis hak asasi manusia yang terbunuh di atas pesawat Garuda Indonesia. Bersama beberapa aktivis, Desmon pernah diculik pada awal Januari 1998 dan dilepaskan pada 3 April 1998. Sebagai orang Kontras, Munirlah yang waktu itu memberikan advokasi kepada aktivis korban penculikan.
Siapakah para penculik mereka? Sejarah mencatat, beberapa anggota pasukan khusus Angkatan Darat (Kopassus) terlibat dalam penculikan itu. Para pelaku bahkan sudah divonis. Muchdi diduga kuat juga terlibat dalam aksi itu. « Read the rest of this entry »