Lelaki Pecas Ndahe
Mei 29, 2007 § 16 Komentar
Tadi malam TransTV memutar ulang sebuah film lawas yang dibintangi si ganteng Mel Gibson dan si seksi-cerdas Helen Hunt. Judulnya What Women Want.
Buat sampean yang belum nonton, mohon maaf saya ndak bisa membocorkan isi film yang disutradarai Nancy Meyers pada 2000 itu. Saya cuma bisa memberikan semacam ringkasan plot film itu, yakni tentang seorang lelaki yang tiba-tiba mendapat kemampuan membaca apa yang dipikirkan perempuan. Finally… a man is listening.
Aha, ternyata selama ini lelaki dianggap makhluk yang mendengar tapi tak pernah menyimak. Sampean tahu beda dan sebabnya?
Sekadar ilustrasi, ada lelucon lawas tentang seorang pria yang mendengar tapi tak mau menyimak. Sampean mungkin juga pernah mendapat dan membaca dagelan kuno yang masih relevan hingga sekarang untuk menerangkan kemampuan pria tak pernah menyimak sesuatu. Saya mendapatkannya dari Jokefrog.
A man traveling by plane was in urgent need of a restroom facility. But each time he tried, it was occupied. The flight attendant, aware of his predicament, suggested he use the attendant’s ladies room, but cautioned him not to press any of the buttons.
There next to the paper roll were four buttons marked: WW WA PP ATR.
Making the mistake soooo many men make of not listening to a woman, he disregarded what she said when his curiosity got the best of him.
He carefully pressed the WW button and immediately a gentle flush of Warm Water sprayed on his bare bottom. He thought “Wow” these gals really have it nice!!
So a little more boldly he pressed the WA button and body temperature Warm Air blew across his wet bottom and dried it comfortably.
“Aha” he thought, “no wonder these women take so long in the bathroom with these kinds of services!”
So he pushed the next button PP with anticipation. A soft disposable Powder Puff swung below him and dusted his bottom lightly with talc.
“Man, this is great,” he thought as he reach out for the ATR button. When he awoke in the hospital, the morphine was just wearing off…confused he buzzed the nurse to find out what happened.
He explained the last thing he remembered was intense pain in the ladies room on the plane.
The nurse explained, “Yes, you must have been having a great time until you pushed the Automatic Tampon Removal button.”
Basbang? Pasti. Tapi, bukan itu yang penting. Dari sebuah artikel lama di BBC News, saya baru tahu para pria ternyata mempunyai masalah dengan kemampuan menyimak. That’s why men hear but not listen.
Penyebabnya, menurut para ahli, pria memroses suara yang masuk ke telinganya hanya dengan otak kiri, yang berhubungan dengan kemampuan berbahasa. Sedangkan wanita menggunakan otak kiri dan kanan sekaligus.
Itulah sebabnya, kita sering melihat kaum hawa sanggup ngerumpi ketika bertemu teman-temannya, sementara kaum adam ndak memahami satu pun topik yang tengah mereka bicarakan.
Para pria memang mendengar kata-kata yang berseliweran di telinganya, tapi nggak ngeh. Begitu mereka ditanya, “Ngerti nggak?”, mereka pasti menggelengkan kepala.
Kadang saya juga sering heran, kok bisa-bisanya perempuan itu ngobrol ngalor-ngidul ndak keruan, tapi kok ya tetep ndak ada satu pun yang terlewat. Padahal saya saja ndak mampu menangkap satu pun yang mereka obrolkan. Ehm, sampean begitu juga Ki Sanak?
Saya bukan sedang menyulut flame antargender, melainkan hanya hendak menyampaikan bahwa pria dan wanita itu memang berbeda. Ini bukan soal lebih baik dan lebih buruk. Ini tentang perbedaan. Itu saja.
Untuk para pria, ndak usah kecewa atau minder kalau ndak mampu menyimak kata-kata pasangan sampean. Untuk para perempuan, ibu-ibu, dan mbak-mbak, tolong dimaklumi bahwa kami-kami ini, para bapak, mas-mas, atau om-om ini punya kemampuan berbeda dalam mendengarkan.
Sampean ndak usah cemberut atau marah dulu ya. Mari Ki Sanak, kita nikmati saja nasib fitrah kita masing-masing, baik sebagai laki-laki maupun perempuan.
Siapa tahu hidup jadi lebih indah dengan cara itu … 😀

kok film lama diulas lagi sih ndoro? kenapa ndoro tidak mengulas Why Do Men Fall Asleep After Sex? saja? lebih menarik tuh…
itu maksudnya… ga bisa menyimak apa emang tuli ndoro?
hemmm, saya suka berantem dengan pacar karena ini sepertinya 😐
ya sebenernya “cuma” butuh pengertiannya aja ya, kaum pria hrs belajar lbh keras unutk menyimak, kaum wanita belajar bicara dan berkomunikasi dengan lbh jelas bila berhadapan dengan pria.
tp ga gampang kan?
hal ini lebih sulit lagi ketika para wanita hanya memberikan sinyal atau petunjuk tentang apa yang diinginkan.
dah dijelasin aja susah apalagi klo cuma sinyal, parah lagi klo cuma ada di hati kan?
so ladies, speak up of what u really want from men!
saya maklumi kok ndoro, klo lelaki lagi bingung pasti sukanya dolanan remote control 😀
Wah ndoro pemerhati gender ya… dulu kan pernah juga soal remote tivi. Tapi bener koq ndoro laki2x n’ perempuan emang beda dan hidup memang lebih indah karenanya.
Ngapain mencoba memahami (wanita)yang tidak akan dipahami (oleh pria).
Kaga paham aja sudah pusing, apalagi sudah paham, tambah juga pusingnya.
Cara termudah untuk komunikasi dengan wanita (memahami) adalah dengan tidak usah berpikir sama sekali, “Led Zepplin” pernah menulis dalam satu lirik lagu mereka “Living, Loving, She just a woman”.
Ada sebuah anekdot ketika Einstein ditanya, kenapa tidak merokok, Einstein menjawab karena saya pintar, dan ketika ditanya kenapa tidak menikah jawabannya karena saya jenius.
Dalam film “back to the future” disebutkan, 1000 kali lebih mudah memahami dan membuktikan teori relativitas (makanya sedemikan mudah membuat mesin waktu), daripada memahami pemikiran wanita.
Intinya, wanita jangan terlalu dibahas, apalagi para kaum pria ingin mencoba lebih memahami, anggap biasa saja, sederhana saja, “hanya seorang wanita, tidak lebih”
@ndorkung… jadi kesimpulane otak kanannya ga di pake atau tidak punya kemampuan listening?
@Kuya memang wanita hanya seorang wanita tapi kata ndorkung otaknya lengkap tuh kiri ama kanan dua2nya memproses pesan yg masuk lewat kata2 wah padahal yg pria udah dilengkapi antene lho… pssssttt…. selain otak wanita juga punya radar lho…ga sekedar antene…. ;))
saya juga suka film itu.
Tapi tidak selamanya loh para lelaki gak mengerti wanita, buktinya Marketing Director Softex itu cowok loh, dan dia sukses mengangkat kembali Softex di market sanitary napkins termasuk dengan “Karena Wanita Ingin DImengerti” nya Ada Band. Berarti dia tahu kan kebutuhan dan keiinginan wanita.
Dari struktur pisik aja dah beda
Pria : Memakai struktur rangka baja
Wanita : Memakai struktur serat yang berasal dari kayu2 an yang memilki aroma wewangian
Makanya perbedaan ini harus disatukan, kalo disatukan bisa menjadi sebuah bangunan kokoh yang memiliki aroma yang khas.
Satu lagi menurut gue…
Pria lebih banyak menggunakan logika
Wanita lebih banyak menggunakan perasaan nya
Jika berbicara kepada pria gunakan lah logika
dan jika berbicara dengan wanita sentuhlah perasaan nya
Makanya pria gak akan pernah bisa menyimak kalo dah berhubungan dengan
masalah perasaan ….abis baja semua seh
emang yo mbahh, pahaa..mmm wanita itu emang berkah..hihihi
nggak bisa dibayangkan jika sama, jadi rame dunia ini.
disatukan pun menghasilkan beda nggak mungkin dua-duanya, eh apa ada ya ndoro?
ya..ya..ya…paham(sambil ingat2 kejadian semalam)
softex bikin heboh lagi..hari ini di jakarta theatre bikin press conference..softex V Class sponsorin filmya rudy sujarwo: In the Name of Love..film kolosal 3 jam dengan nama nama ngetop
Sejak lama memang Rudi memimpikan figur Roy Marten, Christine Hakim, dan Tutie Kirana, bermain dalam film yang disutradarainya. Rudi mengakui mereka merupakan bintang-bintang yang punya reputasi luar biasa di dunia perfilman nasional.
Diproduksi PT Valian Circle Production dan Softex V Class, In The Name Of Love, film layar lebar yang dijadwalkan beredar secara nasional mulai 10 April 2008 itu memang didukung beberapa nama-nama besar. Selain Roy, Christine, dan Tutie, musik ilustrasi dan scoring-nya digarap Addie MS, pemimpin Twilight Orchestra.
Softex memang menarik untuk dinote karena tidak banyak brand tenggelam yang berhasil bangkit kembali dalam waktu begitu singkat..berapa banyak diantara kita yang bisa claim bahwa kita berhasil membangun brand dengan status hampir DOA menjadi brand yang begitu vibrant dan hidup?!
Yang menarik lagi adalah di industri tersebut hanya softex, sweety, softlove lah yang menjual lifestyle daripada sekedar produk..untuk saya itu adalah brand management sebenarnya vs product management