Ngembat Pecas Ndahe

September 24, 2007 § 22 Komentar

Setiap kali menjelang buka puasa, saya biasa ngabuburit bersama beberapa buruh di pabrik. Kelompoknya sih gonta-ganti, tergantung siapa yang kebetulan lagi sempat.

Nah, beberapa sore yang lalu, saya kebetulan ngabuburit dengan dua kawan baik saya. Kami memilih sebuah di kedai di dalam sebuah mal, di jantung ibu kota.

Kebetulan kami kebagian meja di sebelah meja tempat empat perempuan muda, kaum urbanis, tengah reriungan. Sepertinya mereka juga mau menunggu bedug adzan Maghrib karena mejanya masih bersih, belum ada minuman dan makanan.

Empat perempuan itu rata-rata berkulit putih, bersih, wangi. Dandanannya tres chic semua. Dan, ini yang penting, sore itu, beberapa menit sebelum bedug tanda buka puasa terdengar, mereka lepas blazer dan menggantungkannya di sandaran kursi.

Olala … Terlihatlah blus-blus sleevless yang memamerkan lengan-lengan pemiliknya yang mulus bin halus. Wadoh, moga-moga puasa kami sore itu ndak hanya mendapatkan lapar dan dahaga belaka deh …

Nah, mereka itu ternyata ndak cuma nggaya dengan pakaiannya, tapi juga nggaya dalam obrolan. Maksudnya, mereka itu ngerumpi sambil cekakak-cekikik sampai cekakakan. Halah.

Saya penasaran, pengen tahu juga apa yang mereka obrolkan. Untungnya, karena suara mereka agak kenceng, saya ndak perlu mendekatkan-dekatkan kuping dan dikira mau nguping [padahal memang iya].

Tiba-tiba, salah satu perempuan yang berambut keriting bertanya pada temannya.

“Eh, lo masih sama si bapak itu, bow? Awet banget sih?”

“Ya iyalah. Gue kan setia. Lagian si bapak itu pengetian banget,” jawab yang ditanya.

“Tapi gue lihat lo jalan juga ama anaknya,” si keriting bertanya lagi.

“Iseng-iseng berhadiah bow, hehehe …. Abis, anaknya lucu juga sih.”

“Ah, itu sih bukan setia, tapi like father, like son,” teriak perempuan yang satunya lagi.

“Maksud lo?”

“Bapaknya lo embat, anaknya juga.”

“Huahaha … ” perempuan-perempuan itu ngakak bareng.

Dalam hati saya mengumpat, sontoloyo! Memangnya beginikah kelakuan perempuan-perempuan urban zaman sekarang?

Ah, sampean pasti ndak setuju kan, Ki Sanak?

§ 22 Responses to Ngembat Pecas Ndahe

Tinggalkan Balasan ke Hedi Batalkan balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

What’s this?

You are currently reading Ngembat Pecas Ndahe at Ndoro Kakung.

meta

%d blogger menyukai ini: