Reverie Pecas Ndahe

Desember 20, 2007 § 11 Komentar

Ada yang tak pernah selesai kau bincangkan
tentang hati dan nurani
ketakutan, kepedihan, dan kemuraman — jalan yang panjang

Ada yang tak pernah selesai kita katakan
epos, fabel, prosa
olah, renyut, dan latingku — keluhan yang membeku

Mungkin karena kita tak tahu kapan
air berubah bandang
gerimis menjadi hujan
angin menjelma badai

Dan kamu: sebuah asrar.
Embun pagi, langit lazuardi, yang menari bersama ratri …

:: untuk lamunan yang bisu.

§ 11 Responses to Reverie Pecas Ndahe

  • evan berkata:

    pertamax kah??

  • evan berkata:

    kemarin ‘pelangi di ujung senja’.
    sekarang ‘lamunan yang bisu’.
    kuwi sinten toh, Ndoro?

  • mbahatemo berkata:

    lebih enak bengong..

  • venus berkata:

    banyak kata yang saya gak ngerti artinya. ratri, olah, lating (rating? haha..), asrar, renyut (ini kedengarannya saru ya?).

  • Aris berkata:

    ehm moal ngalamun atuh jang, gak ikutan potong kambing ??? 🙂

  • kw berkata:

    waduh dari kemarin kangennya gak abis-abis. siapa ndoro si misterius yang menari bersama bintang itu?

  • nananias berkata:

    mungkin karena tidak tahu kapan atau karena tidak ingin mengamini suara kecil yang sudah mengatakan akan?

  • Hedi berkata:

    kayaknya bentar lagi ngeluarin buku puisi nih…. *twink* 😀

  • Kardjo berkata:

    Ada yang kurang dari baris ini:

    Embun pagi, langit lazuardi, yang menari bersama ratri …

    Harusnya itu ditambahi dengan kata ‘Tetes’, sehingga jadi ‘Tetes-Embun pagi, langit lazuardi dst.” Nanti kalau direvisi gitu, tak kasih angpao, khan sekalian mengiklankan weblog saya. Hihi™.

  • silent reverie berkata:

    “……………” sejenak aku speechless, bait2mu membuatku berfikir 1409x. Inikah salah satu wujud “itu” untuku? Wish… my reverie will come true, let’s make it, ndoro! aha..(dgn nada nakal).
    Terbuai dlm syairmu… membuatku melayang… dan melayang… teruuuss melayaaaaang… gubrak! Aku jatuh ndoro, tadahkan tanganmu untuku…, terima kasih ndoro. Kamu begitu jeli atas yg kubutuhkan.
    Aku tak ingin apa2 darimu, aku hanya ingin kau tahu… tingginya khayalku bersamamu… If I can reach the stars, pull one down for you, shine it on my heart.. so you can see the truth “…..”.
    Sampai jumpa di silent river, jangan lupa bunga kesukaanku yg selalu kau bawakan… dan akan kulantunkan ‘lagu kita’ melalui jemariku di-dawai gitar. Bunga, gitar, gemercik air dan rembulan temaram melengkapi romansa kita.
    I’ll keep all about us in my silent reverie…, tak seorangpun boleh mengintipnya.
    Akh ndoro… flamboyanku… hatchiiiimmm (sinus-ku kambuh!)

  • wahyu berkata:

    wah, keren artikelnya ndoro…coba maen2 ke tempat ini ndoro http://lazuardibirru.org

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

What’s this?

You are currently reading Reverie Pecas Ndahe at Ndoro Kakung.

meta

%d blogger menyukai ini: