Sisifus Pecas Ndahe
Januari 25, 2008 § 31 Komentar
Dengan kata apakah kita sebut orang yang jatuh, bangun, jatuh, bangun, dan jatuh lagi, lalu bangun lagi? Tabah? Konsisten? Penuh determinasi? Atau tolol?
Saya ndak tahu. Tapi hampir setiap hari saya melihat orang-orang seperti itu. Artis X menikah, cerai, menikah lagi, lalu cerai, menikah lagi, beberapa kali. Dan akhirnya, impian tentang keluarga yang bahagia itu tak pernah terjangkau.
Ada lagi Bapak Y yang mencoba-coba berusaha jualan, tapi bangkrut dalam sekejap. Dagang lagi, bangkrut lagi. Buka usaha baru, tutup juga. Begitu seterusnya. Dan cita-cita menjadi kaya itu terbang dibawa angin.
“Ah, mungkin karena kita kini hidup tak lepas dari dongeng Sisifus, Mas,” kata Paklik Isnogud.
“Sampean tentu ingat, dalam dongeng Sisifus itu, menurut tafsiran Albert Camus, sejarah manusia berlangsung mengasyikkan tapi di ujungnya harapan besar apa pun tak akan terpenuhi.
Sisifus dihukum para dewa mengangkut batu ke atas gunung terjal. Sesampai di puncak, batu itu menggelinding kembali. Ini terjadi berulang-ulang, tak kunjung habis. Tapi, kata Camus, kita bisa mengatakan bahwa Sisifus ‘bahagia’.
Memang ganjil. Setelah perjalanan ke-20 dan kekecewaan kesekian, bagaimana Sisifus tidak berteriak terhadap situasinya yang gila itu? Bagaimana ia tak tahu bahwa ia tak bisa lagi punya harapan dan karenanya persetan dengan lutut yang lecet dan punggung yang berdarah?
Tidakkah ia akan mengakui bahwa ia tabah, memberontak, tapi tolol?”
“Tapi bisakah kita hidup demikian terus-menerus, Paklik?”
“Bisa, Mas. Toh kehidupan tak akan berakhir dengan bahagia yang lengkap. Manusia tak akan pernah jadi tanpa cacat. Praktis sajalah. Rencana jangan terlalu muluk, kecewa bisa terlalu pahit. Di antara pelbagai pilihan ke masa depan, pilih saja yang paling kurang brengsek, Mas.”
Waduh!
saya biasa memaknai harapan, angan2, bahkan hayalan itu sebagai doa,Ndoro. Soal gagal ato tidak, yo iku urusan mburi.
Terima kasih Ndoro untuk pen-cerahan-nya. Aku bisa memahami-nya, dan aku yakin akan ber-guna bagi-ku. 🙂
setuju dengan paragraf terakhir….buat saya, jangan bikin standar yg terkesan pungguk merindukan bulan…
Weehhh…..topik’e nggenah….nasib….nasib……
Bagian ini sepertinya untuk 2009 ya ???
Thiiinx :: niatkan apa saja yang kita lakukan adalah ibadah ndoro masalah berhasil atau gagal yg jelas kita sudah berupaya… [sing temen bukankah nanti yakin akan tinemu].
bener mas… gak usah muluk-muluk..
manusia hanya bisa berdoa dan berusaha, berhasil atau tidak adalah urusan yang di atas
persis sing didongeng ke pak kayam
seringkali, seperti juga dongeng sisifus, semuanya tergantung pada cara kita me’mandang’
Tapi penyair M.Iqbal itu pernah bilang begini :
Berapa lamakah kau akan tetap menggelepar menggantung di sayap orang? Kembangkan sayapmu sendiri, dan terbanglah lepas seraya menghidup udara bebas di taman luas.
Yahhh begitulah nasib saya sekarang Ndoro………
nggak ingat sisifus 🙂
sisifus apaan yah??
*googling*
“hidup hanya menunda kekalahan”, kata pak lik chairil.
mencoba tetap merasa bahagia dalam segala keadaan …
katanya kita harus bangkit satu kali lebih banyak ketika menemui kegagalan, ndoro
Thomas Alfa Edison butuh eksperimen hingga ribuan kali -yg kesemuanya gagal- sebelum sukses menciptakan bohlam. 😉
keren kali bisa kenal pak isnogud ini…, bijak selalu.
kenalin napa?
kalo ngomong kadang kita harus tau waktu yang tepat untuk menyerah, boleh ngga ndoro?
*ambil nafas*
Saya jadi inget omongannya Danarto dalam Godlob nya yang terkenal itu bahwa hidup ini sesuatu yang pahit dan menyesakkan, sayang kita bisa menikmatinya …
Kegagalan adalah enjoy yang tertunda *iklan bgt*
wah kok seperti filosofinya Dhani ahmad ya..???
“Dengan kata apakah kita sebut orang yang jatuh, bangun, jatuh, bangun, dan jatuh lagi, lalu bangun lagi”
orang yang habis ikut persentasi mlm . .. sepertinya
urip sakdermo ngeloni eh salah ngelakoni
😀
jika terus berusaha mungkin akan mendapatkan keberhasilan, mungkin harus sabar aja kali ya 😉
the best achievement is the better day than tomorrow 😀
berusahalah selagi masih kuat. Kalo udah gak kuat ya berdoalah buat kehidupan seterusnya.
dibandingkan kisah sisifus, kalau saya lebih mengamini dongeng si siput (vs kancil). karena takdir ADALAH kesempatan. tergantung kita dalam memaknainya.
(mungkin begitu?)
[…]Manusia tak akan pernah jadi tanpa cacat.[…]
Ga ada noda ya ga belajar. Wekekekek..
Sisyphus itu dikutuk, jadi ya mo gimana lagi, wong dikutuk dewa, hehe
Jadi, mendingan nasib keledai daripada Sisyphus