Sekrup Pecas Ndahe

Maret 24, 2008 § 26 Komentar

Ah, liburan kok terasa cepat berlalu. Setelah libur panjang, eh sekarang sudah Senin lagi. Dan, kita semua harus kerja lagi. Syokor, hahahaha …

Tapi, ndak usah bersedih, Ki Sanak. Mari kita nikmati dan rayakan saja hidup ini. Beginilah nasib kita sebagai sekrup, mur, dan baut dari mesin besar bernama kapitalisme.

Tanpa kita, pabrik-pabrik tak akan mampu bergemuruh. Roda-roda produksi macet. Rejeki seret. Dan kemakmuran tiada terbagikan. Halah.

Ngomong-omong soal pabrik dan kapitalisme, saya mau cerita tentang sebuah blog yang lucu: blog Sekrup. Isinya uneg-uneg sebutir sekrup di sebuah pabrik.

Entah blog itu milik siapa, saya ndak tahu. Yang terbaca di bagian About cuma begini:

Bagian kecil, konon dianggap penting dalam suatu mesin, tetapi apresiasi terhadap barang kecil itu belum tentu anggapan penting yang hinggap kepadanya.

Katanya tanpa sekrup, mesin bisa macet. Tanpa sekrup, mobil bisa mogok.

Tapi, sekali lagi, penting cuma saat perlu dianggap penting buat yang menganggap.

Ada sedikit kebanggaan, sekaligus kekesalan. Ironi yang pedih dalam sebuah proses produksi. Tapi, ia tentu tak sendiri. Ada berjuta-juta sekrup lain di republik ini.

Nasib dan takdirnya tak selalu sama. Kadang bikin ketawa, kali lain membuat kita terharu. Di zaman ketika kapitalisme bergemuruh seperti sekarang ini, apalah artinya sepucuk baut? Cuma debu di antara lautan pasir?

Maka, bacalah tulisan-tulisan di blog Sekrup itu. Ia berkisah, misalnya tentang kekesalannya pada sosok manajer omong kosong.

Jika ingin tidak banyak pekerjaan, jadilah Manajer.

Karena setiap orang menghabiskan waktu untuk melakukan pekerjaan orang diatasnya, jika jabatan anda semakin tinggi, pekerjaan anda pun semakin sedikit …

Simak juga keluhannya tentang itung-itungan jam kerja di kantor: ditegur kalau masuk kesiangan dan pulang lebih awal.

Membaca blog ini membuat kita seperti becermin. Topik yang ditulis sangat dekat dengan kita, sehari-hari. Minimal sampean akan berkomentar, “Ah, kok sama ya dengan di pabrik saya.”

Berkat blog Sekrup, kita pun tak merasa sendirian. Kesepian. Di luar sana, ada banyak sekrup lain, teman kita, yang punya perasaan sama.

Toh hidup tak selalu harus mengumpat. Atau menunda kekalahan. Kadang kita justru harus bersyukur karena dikaruniai pekerjaan yang penuh gelora ini — apapun pekerjaan sampean. Teruslah mengejar masa depan yang setia menunggu dengan sabar.

Ayo semangat, semangat … Kerja lagi! Jangan baca blog melulu, hahaha …

>> Disclaimer: sebelum terjadi kesengkarutan lebih lanjut, dengan ini saya umumken bahwasanya blog Sekrup bukan milik sahaya. Pemilik asli silakan mengklaim. Terima kasih.

§ 26 Responses to Sekrup Pecas Ndahe

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

What’s this?

You are currently reading Sekrup Pecas Ndahe at Ndoro Kakung.

meta

%d blogger menyukai ini: