LSI Pecas Ndahe
Juni 11, 2009 § 96 Komentar
Haruskah lembaga survei independen? Bagaimana kalau ada yang memihak pada salah satu kandidat?
Pertanyaan itu menari-nari di kepala saya sepanjang siang ini. Pemicunya adalah SMS dari Budi Putra. Ia mengabarkan bahwa Denny J.A., Direktur Lembaga Studi Demokrasi, memasang iklan di sebuah koran yang isinya mengajak pemilih untuk mencontreng salah satu pasangan calon presiden dan wakilnya.
Kita tahu bahwa Denny juga Direktur Eksekutif Lingkar Survei Indonesia (LSI). Lembaga survei ini kerap menerima order jajak pendapat dari partai-partai politik, para politisi, calon pemimpin daerah, dan sebagainya. Dan ini bukan iklan pertama tentang dia.
Seperti yang pernah disampaikan beberapa kalangan, saya juga bertanya-tanya, bagaimana Denny menempatkan diri sebagai wakil lembaga survei yang diharapkan independen dan posisinya sebagai pendukung kandidat? Bagaimana Denny menghindari konflik kepentingan?
Saya tak tahu, tapi ingatan saya langsung melayang ke salah satu bos lembaga survei lain yang mengatakan, “Bahkan jika dibayar iblis sekalipun, saya akan melakukan survei dan tetap independen.”
Pernyataan itu sekarang jadi relevan kita pertanyakan mengingat lembaga-lembaga survei tengah gencar menggelar jajak pendapat menjelang pemilihan presiden. Mereka seakan berlomba-lomba mengarahkan opini khalayak. Sebuah upaya menciptakan bandwagon effect. Di satu sisi, patut diduga mereka telah berpihak dan mendukung klien.
Saya tak antilembaga survei. Bahkan saya malah suka kalau ada lebih banyak lagi lembaga survei di negeri ini. Siapa pun boleh membuat jajak pendapat apa pun. Hasilnya biar publik dan kearifan khalayak yang menilai.
Tapi, masalah bisa muncul. Belum tentu semua lembaga survei itu memiliki metodologi survei yang baik. Belum tentu mereka independen. Jangan lupa, mereka membuat jajak pendapat yang dibiayai oleh partai politik, calon pemimpin daerah, calon legislator, dan calon presiden. Perselingkuhan atau kongkalikong bisa saja terjadi.
Di musim pencontrengan ini, sudah saatnya bagi lembaga-lembaga survei itu membuktikan bahwa metodologi mereka memang dapat dipertanggungjawabkan. Hasil jajak pendapat mereka dipublikasikan secara transparan dan tak ada yang ditutup-tutupi. Mereka juga harus independen. Menyatakan diri secara terbuka siapa yang mengongkosi survei.
Publik mungkin juga perlu diberi tahu mengenai reputasi setiap lembaga survei dan kemungkinan munculnya konflik kepentingan. Dan saya rasa ini tugas kita mengingat tak semua orang memiliki akses yang sama terhadap informasi. Survei, juga statistik, bisa menyesatkan. Kita tentu tak ingin orang ramai tersesat oleh pencitraan. Dan salah mencontreng, kan?
>> Selamat hari Kamis, Ki Sanak. Apakah sampean pernah percaya hasil survei-survei itu?
Dari dulu juga ane kagak percaya dengan hasil survey lembaga-lembaga itu. Ibarat kuda tunggangan, tergantung siapa yang naek…
Yang repotnya, rakyat bodoh yang doyan nonton sinetron sampah seringkali tertipu dengan iklan dan bayang-bayang semu… mimpi dah..
pokonya sebelom nyoblos ntar baca-baca dulu *dzikir, dan basmalah*
mudah-mudahan diberkahi dan ndak salah pilih…
amiiin
yew ini mah jelas golput.. disuruh contrenk tetep aja mo dicoblosin.. batal deh kartu swaranya
ntar malah ndag jadi milih and akhirnya golput juga..
alasan : setelah berdoa,zikir dll didapat bisikan yang mengatakan tidak ada pasangan yang cocok dengan anda……so….
Bagusnya sih SATU PUTARAN aja gitu lho….. Uangnya yang untuk dua putaran digunakan buat bangun negeri ini. Berapa trilyun yang akan digunakan untuk pemilu ini, dipake kita sendiri kagak bakal habis tuh tiga turunan….. Gimana setuju gak??????
SATU PUTARAN…………..Yessssss……………..
LANJUTKA!!!!!! ………………………………Yesssss…..
UUD, ujung2nya duit
Itulah PENOMENA kisanak š
inget debat antar lembaga-lembaga survey ini kapan tau itu di TVOne š
saya cuman percaya hasil survei di kuis itu… š
apakah lembaga survey politik ini juga sama dnegan lembaga survey pasar?? kalo sama, jadi ragu-ragu juga…
Satu kaki di LSD, kaki lainnya di LSI … orangnya sama … Maju tak gentar membela yang bayar! Bagaimana dengan Bu Etika atau Pak Fatsoen? Ah … mereka tak pernah jadi klien, tak pernah membayar. Suara mereka pun nyaris thak therdhenghar … Bagaimana dengan Ndoro Kakung cs.? Tidak apa-apa … mereka sudah pecas ndahe lantaran sibuk nggolek isi piringe dhewe-dhewe … š
wah tadi malem sempet disinggung di tivi one, waktu deklarasi pemilu damai.
butet kertaradjasa nyinggung Lembaga Survey yang memihak di sesi persembahanannya Mega – Pro hihi….
Asumsinya lembaga survey harus independen. Kalau pun ternyata tidak, harusnya diterangkan misalnya LSI Lingkar Survey Indonesia yang Dependen. Jadi masyarakat tidak diarahkan ke jalan yang sesat.
klo dijelaskan ya pastinya si pendana gak mau pak… š wong tujuan nya emang penggiringan opini dan menyesatkan kok :mrgrenn:
Saya percaya hasil survey acara Family Feud, nDoro…
Brani ga tuh si LSI nrima tantangan LRI yg mengatakan klo 1 putaran LRI tutup kalo dua putaran LSI kudu tutup..
Pemilu sekarang terlihat siapa2 yg oportunis dan penjilat sejati
nderek ngoceh ndoro. saya ndak peduli dengan hasil survey itu independen ato ndak. justru itu tantangan bagi yang “dikalahkan” untuk menentukan strategi yang mantabb hingga bisa memenangkan pertarungan. semoga saja!
ya mas, emang cukup 1 kali aja. biar g keluar banyak biaya. masak bayangin, biaya besar itu terbuang percuma cuma ada pertikaian politik aja
percaya gak percaya tergantung anda menyikapinya š
survey membuktikan 90% orang Indonesia nggak percaya sama model survey-survey pesanan gituan š
pantes aja survey dimana-mana kok hasilnya gak ada yang sama
yang survey ini yang menang ini
yang survey itu yang menang itu
ck ck ck
bobroooooook
sulit sekali menjadi independen… š¦
Mereka sudah INDEPENDEN untuk TIDAK INDEPENDEN š
ketika survey dijadikan komoditas politik….ditambah dikomersialkan…maka yang namanya independen…itu hanya sebuah impian…atau jangan2 khayalan….
Betul ndoro… saya juga melihat iklan hampir setengah halaman di koran yang mengajak khalayak untuk memenangkan salah satu kandidat dalam satu kali putaran saja…
Semakin jelas aja motivasi mereka menggelar survey seperti itu…
Saya jadi inget banner yg pernah ada di beberapa bagian Jakarta waktu pileg lalu “ambil duitnya, jangan pilih calegnya”. Apa itu filosofi lembaga2 survei di Indonesia ya? Eh, tp itu sama2 kotor sama yg nyuap gak sih? š
duh, saya malah miris sama indonesia yang survei saja tidak bisa dilakukan dengan benar. Apalagi yang bisa benar ya?
saya sih percaya saja lah….
saya sih ndak mau terlalu percaya ndor… itu yang namanya pembohngan lewat statistik. mungkin hasilnya benar seperti itu, tapi harus dilihat dulu metodologinya.
saya lihat disebuah koran hanya LSI saja yang surveynya berbeda dengan yang lain. Jadi sekarang mempertanyakan keindependenan LSI. Lagi pula LSI kalau ndak salah bisa disewa sebagai konsultan
survey saya gak percaya š
biarin aja biar mereka dapet duit
saya lebih percaya (dikit sih) hasil quick count š
jaman sekarang semuanya kan bisa dipesan, survey bisa dipesan, kaos bisa dipesan, teater monolog juga bisa dipesan, gimana kalo blogger ada yang terima titipan apa pesanan nggak?
kongkalikong….hal yang biasa ya di negeri ini? padahal harusnya gak boleh terbiasa…
.,mudah2an saja kongkalikong tidak diLANJUTKAN…
,,dosa kalo percaya.. Wka ka ka!
ini menyedihkan, musti diperbaiki!
Survei ? Males jah ! iso pecah ndase mikir survey. contreng tinggal contreng, golput tinggal golput.
kok ya bos survey tsb diatas, terang2 pasang iklan politik itu ya…
wah boongan aja tuh.
mmbuat opini yg ngbuat pertarungan capres menjadi tak seru.
Payah!!
berpikir samma pada saat baca iklan di koran segede gaban itu…
dan tetap berpikir samma tidak pernah percaya
Survey membuktikan………
survei………
pilih dengan hati nurani supaya lebih baik dan yang mengangkat ekonomi rakyat karena semua itu harus kita lanjutkan.
Waspadalah….Waspadalah!!!!!!
Seberapa besar cinta anda pd pilihan anda adalah satu2nya hal yg penting! Bye baby….
selama lembaga surveynya tidak mengikutkan saya dalam surveynya maka selama itu pula saya tidak percaya hasil survey mereka … tentu dong, survey dengan saya mesti ada imbalannya … hehehe … lah wong survey di internet saja dapet duit … kekekekek š
Saya malah mikir, mungkin ga ya KPU beriklan demikian juga? š ndak ya kayaknya….
Bingung mo komen apa, maaf kalau OOT. Soalnya aku sudah malas untuk nyontreng atau nyoblos. Dulu tahun 98-an pernah, tapi setelah itu lebih asyik mewujudkan mimpi-mimpi besarku sendiri tanpa pernah berharap uluran pemerintah. Alhamdulillah bisa buka lapangan pekerjaan, juga bayar pajak baik pribadi maupun perusahaan.
busuk bener. emang dia siapa kok nyuruh2 satu putaran saja?
capeeeeeee deeeeeeeeeeeh
Salam Sayang
saya lebih percaya acara NEGERI IMPIAN š
sejak beberapa malam yang lalu dalam suatu acara dialog di tv, kemudian saya tidak akan percaya lagi dengan LSI karena ada indikasi di danai oleh tim sukses sby budiono
Kalau seniman, boleh memihak gak, Ndoro?
*masih kepikiran soal acara proklamasi kampanye damai dari 3 calon hari rabu kemarin*
Gak percaya survei tapi saya percaya quick count
hehehe
lembaga survey emang harus independen, ndoro.. cuman, emang udah ada ya yang independen tanpa ‘berpangkal’ pada sebuah lembaga laen? kaya’nya ga ada deh..
tapi yah, yang diperbuat sama Denny JA ini,, keterlaluan banget.. dia sih kampanye yang mengatasnamakan LSI.. kan salah ituh..
ini hanya satu dari sekian banyak kaum2 oportunis yang sudah menjual harga dirinya.
jangan lupa berdoa dulu sebelum nyontreng, supaya gak salah pilih……:D
Dulu juga banyak iklan Ndoro, katanya 9 dari 10 wanita pake pembalut merk anu. makanya Benjamin Disraeli ngomong cuma ada tiga jenis kebohongan, “There are three kinds of lies: lies, damned lies, and statistics.”
Perihal “berbohong dengan statistik” juga sudah dikupas tuntas oleh Dariel Huff. Tapi menurut saya, yang salah bukan metodologinya melainkan apakah para “ilmuwan dan peneliti itu” memang memiliki niat untuk memotret suatu gejala atau fenomena secara jujur. Jika niatnya sudah tak jujur, metodologi tak penting lagi. Betul begitu, Ndoro?
yes, betul. “berbohong dengan statistik” itu bisa disejajarkan dengan kebohongan terstruktur, terselubung dan ilmiah.
hasilnya, ya… susah dibantah karena ilmiah.
setuju ndoro. salam kenal dan makasih ilmu tentang blog2nya….
beberapa waktu lalu ada lembaga survey keluarkan hasil survey 70% buat salah satu kandidat capres. saya gak pake nalar akademis, tapi pake imajinasi akademis: 70% itu keren banget…. sampai susah menalarnya.
*imajinasi akademis itu apa yah….????*
Sayangnya lembaga survey bukan lembaga sosial sih ya ?
Jadinya mereka …ach ….sulit mau dikatakan Ndoro š
saya percaya Gusti Allah saja ndoro….
jaga lingkungan mu, keluarga mu .. karena sekarang negara tidak bisa berbuat apa apa terhadap keluarga kita,,,,,,
apa pekerjaan yang bisa dilakukan tanpa negara?????
lakukan lah mulai sekarang jangan tergantung dengan pemimpinmu…
dan inilah sebuah kemandirian……
Semuanya gak ada yg benar.. si A bilang gini , si B bilang gitu.. lembaga survey ndukung yg kasih modal aja keknya..
Sebenarnya hasil survei itu menguntungkan siapa sih?? kok rakyat malah dibikin bingung oleh berbagai hasil survei yg ada. >,<
Kalo katanya independent koq ikut ngiklanin salah satu pasangan ya…pasangan yang didukung saya rasa malah punya image negatif dunk.
Halo ndoro..
Menurut saya sih sah-sah saja apabila ketua dari lembaga survey memberi dukungan pada siapa saja.
Toh dia kan memang mempunyai hak pilih.
Dia menyiarkannya ke khalayak luas pun tidak apa-apa.
asal dia bisa tetap menjalankan survenynya tersebut secara profesional.
seperti contohnya, saya kerja di toko coklat, kebetulan saya suka cokelat A, lantas saya beritahu teman saya klo saya penggemar cokelat A. Tapi bukan berarti saya memaksa dia untuk makan Coklat tersebut. Saya hanya memberi tahu coklat tersbut enak.
aku setuju banget sama keyno,cuma ngasih tau doang ke orang banyak bahwa dia dukung salah satu pasangan,lagian kalo lemaga survei dia ga independen toh resikonya anti dia juga yang nanggung,karena jadi ga laku,kan?
politik
selalu asik
untuk dibidik
apalagi di musim yang panik
semua terperdaya politik
semakin cerdik
atau licik
pintar menghardik
di dalam bilik
yang mencekik
para rakyat cilik
semakin menjerit
karena sakit
hati dan fisik
bingung mau berkutik
yang ada hanya sembelit
melihat politik
yang selalu berkelit
salam kenal dan hangat
ndoro kakung
-joni-
kalo sudah begitu
lembaga tersebut tak layak memberikan hasil survey kepada masyarakat
takutjya gak objektif
yang hanya akan memihak salah satu kandidat aja
š
Saya tidak percaya!! Terlalu kaku!! tidak natural!! terlalu teratur!!! *set dah.. tanda seru semuah..*
nggak pernah peduli sama hasil survey yang model kaya gitu ndoro..
Wah kasihan juga pasangan yang didukung..malah dapet image negatif dunk
Survei seharusnya memang netral, tapi kalau Denny J.A. yang pasang iklan mah gak heran. Kita yang di politik sama2 tahu-lah reputasinya. Ngomong2, saya juga pernah menulis hal serupa di blog saya: http://lifeschool.wordpress.com/2009/06/05/survei-ramalan-politik/ .
Serunya, saya malah dapat info dari sumber kalau itu terkait dengan “peramalan” hasil Pemilu. (kata peramalan bisa dibaca lain, setelah Anda membaca tulisan saya). Yeah, memang ini Indonesia, negeri impian. Tempat segala yang tak mungkin jadi mungkin. (baca: tempat segala rekayasa dimungkinkan. Hehe)
Semua hal di zaman ini memang patut dipertanyakan, Ndoro. Kesalahan itu biasa. Yang penting adalah dialog dan usaha menciptakan solusi yang lebih baik setiap harinya.
Nothing’s perfect. That’s why I love you all š
Salam
Klo nunggang kuda siy asyik Ndor..tp klo kek-kek gitu ditunggangi mmmh…menjawab pertanyaan Ndoro..tentu saja ndak yakin he..he…hare genneehh sudah nyari yang pure pure..
itu kan “Law of Attraction”
makin banyak yang percaya .. kejadian juga akhirnya.
gitu kali
Sayang sekali bapak Denny, demikian juga Fox mau menjadi pecundang. Berpihak pada penguasa, berpihaklah kepada rakyat. Kita butuh orang pintar yang independen yang mencerahkan rakyat, membantu rakyat kecil seperti kami memilih pemimpin yang tepat, yang berkarya bukan hanya membuat citra. Bukan dipaksa-paksa milih. LSI bubar saja… karena sudah mencederai kepercayaan publik. Go to hell LSI…
Kaget saya baca ini. LSI selama ini jadi “pegangan” dan sedikit banyak saya percaya atas hasilnya, saat ini luntur deh. Jadi kita percaya atas harapan aja kali. LSI sudah tidak bisa lagi dijadikan sebuah referensi kalo begini mah. repot.
Pileg gak milih, sekarang Pilpres gak bisa milih lagi. Di kapal gak ada TPS. Sedih…
Yang saya takutkan dulu adlh gene.., KPU ikut percaya pd lembaga2 survei tsb…truss pd saat perhitungan suara manual gak ngetung bener2 cuma :”..aah paling beda2 duikiit..ikutin aja deh.!! guaawat lah klo misalnya bener gitcu..!! ywaa.. enggak la ya..
Setiap survei, yang perlu dilihat adalah metodologi nya dan cara pengambilan sample nya, sehingga jika berbeda, maka hasilnya juga akan jauh berbeda.
Yang jelas, saya tak terpengaruh survei, malah kalau di pikir terus, akan jadi bingung sendiri…coba aja kita buat matriks 3 calon, dicatat pro’s dan con’s nya….dan daftar semakin hari makin panjang. Hasilnya…Lho! Kok berubah-ubah ya? jangan2 hasil akhirnya ya pas di bilik itu.
lembaga survei saya rasa masih perlu duit buat makan, kecil kemungkinan untuk bisa jadi independen..pasti ujung – ujung nya DUIT..hehe
Saya percaya dan lebih percaya lagi apabila menjadi kenyataan. Kalau akhirnya survei itu meleset, saya akan mengubah sikap untuk tak mempercayainya.
harusnya sih lembaga survei kn independen tp kalo independen mungkin mereka gak bisa makan kalee yaa….
Ya, kita memang tidak boleh salah mencontreng. Tetapi toh tidak ada konsekwensi apapun dengan kesalahan mencontreng. Karena itu, siapapun pasangan yang paling banyak dicontreng hendaknya tidak melakukan kesalahan.
Sebab, satu contrengan adalah satu kepercayaan yang harus dipegang teguh. Satu contrengan adalah satu amanah bagi yang dicontreng dan akan dipertanggungjawabkan hingga masa di alam kubur.
ya kita lihat aja nanti pertujukannya… š
lieur politik mah..
kalo berbau-bau pesanan macam LSI itu
ya saya ndak percaya ..
Hebat ya, ada pasangan capres-cawapres, yang menggunakan lembaga2 survey demi pencitraan (ini banyak sedikitnya berpengaruh pada pilihan rakyat.) š
Lihat dong hasil POOLING-POOLING di situs2 terkemuka dan FACEBOOK, semua itu kan jelas SBY-BERBUDI nomor 1, LSI Denny JA tidak melakukan Bandwagon effect dengan merilis surveynya.
Anak SD aja bisa matematika
PD+partai koalisi 60% teoritis
PDIP+koalisi 20%
GOLKAR+koalisi 21% – Akbar Tanjung – Bakrie = 10% (Inget GOLKAR udah pecah. )
SBY PRESIDENKU LANJUTKAN
Lama-lama makin gak percaya ama LSI.. waduh š
Maklum ” UUD ” Ujung Ujungnya Duit klo bukan krn UUD pasti mereka bisa lebih bersih walaupun tanpa pemutih…
-Marilah kita berpikiran positif dulu agar kita selalu adem-ayem karena apa yang kelihatan dimata kita belum tentu benar.Berpikir negatif akan mempengaruhi perilaku kita.Misalnya : kalau dalam hati kita sudah mencurigai si A sebagai pencuri,rasanya dia itu kok memang seperti pencuri.Dia tersenyum kita anggap “ah itu kan menutupi kejahatannya”, dia cemberut kita sangka” lihat tuh cemberut saja,barangkali sudah merasa kalau sebentar lagi masuk bui.
Beberapa hari kemudian ternyata pencurinya tertangkap dan ternyata bukan dia.Lha,senyumnya kok jadi tampak manis dimata kita.
-Lembaga Survei atau lembaga apa saja dan siapa saja hendaknya selalu meluruskan niat untuk apa dia berbuat.Jika niatnya sudah tidak lurus,suatu saat akan kelihatan.Ada parikan berbunyi begini :” Indrokilo pertapane Begawan Mintorogo.Sopo bae kang tumindak olo,ing tembe mburi bakal ciloko”
-Apa yang disurvei sekarang belum tentu akan kejadian pada masa yang akan datang karena Tuhan lah yang Maha Berkehendak.
-Semoga kita menjadi orang yang selalu berpikir positif dalam melihat suatu masalah.
-Salam
mana aja asal yang terbaik buat rakyat. LanjutGan .. š
lho ndoro? kok sampeyan menghubungkan data statistik sama salah mencontreng? memangnya sampeyan mau ikut rubuh gedhang dengan ikut-ikutan mencontreng siapapun yang menurut hasil survey pemilihnya paling banyak? kalo saya sih biarkan saja, biar para capres itu saja yang pusing melototin hasil survey yang ndak sesuai sama keinginan mereka.
SBY ingin menang satu putaran karena takut menghadapi bulan Ramadan dan naiknya harga BBM pada September-Oktober akibat kenaikan harga minyak dunia
Lanjutkan apanya Juragan..???
Ndoro pura-pura nggak tahu bahwa dalam musim kampanye pilpres seperti sekarang ini, yang menangguk untung paling besar hanyalah konsultan politik dan lembaga survey.
Jadi ingat iklan RM09. Bakal jadi konsultannya Hidup Adalah Perbuatan ya, yang dipakai buat bikin iklan RM09? (Itu kalimat tanya, bukan kalimat berita).
Lho ndor-kung, lak ndak ada hub antara direktur dan lembaganya, sepanjang komunitas yg disurvei mewakili ya ok.ok saja. Bisa jadi direkturnya ngomong A tapi hasil surveynya ngomong B, lak gitu. kalau hasil survey pasti gak iso dibayar (klo komunitas mewakili dan datanya gak ada yg disembunyikan).
And sebetulnya yg bayar itu justru ingin survei jujur apa adanya, lha klo gak kan malah rugi sendiri dia, sudah kadung “semangat 45, karena hasil survei positip, tiba’e ngapusi !!, kan letoy sendiri…gitu tah.
“Seleksi alam” akan terjadi, lembaga survey mana yang akan dipercaya rakyat.