Melbourne Pecas Ndahe

Oktober 20, 2010 § 85 Komentar

Musim semi di Melbourne. Angin berdesir-desir dingin pagi itu ketika pesawat yang saya tumpangi mendarat di bandar udara Tullamarine, Sabtu pekan lalu. Saya naikkan kerah jaket dan bergegas menuju meja imigrasi.

“Welcome to Melbourne, Sir. Have a nice day,” petugas imigrasi itu menyapa dengan ramah.

Saya membalas dengan tersenyum dan berlalu.

Jam di atas pintu keluar menunjukkan pukul 10.00 waktu setempat. Melbourne sudah sibuk. Orang lalu lalang di trotoar. Kendaraan melaju di atas jalanan beraspal yang licin. Tiba-tiba handphone saya berdering. Sebuah SMS masuk.

Ehm! Rupanya dia tahu jadwal saya. Setelah bertukar kabar, saya pun masuk kendaraan yang hendak mengantar ke arah kota Melbourne.

Saya bisa menginjakkan kaki ke kota yang dihuni sekitar 5,5 juta penduduk ini karena diajak Yamaha Indonesia untuk menonton lomba MotoGP di Phillip Island. Yamaha memang mempunyai dua pembalap ternama, juara dunia 2010 Jorge Lorenzo dan Valentino Rossi yang pernah 5 kali meraih gelar juara dunia.

Lomba baru akan berlangsung Ahad besok. Jadi masih ada waktu luang selama satu hari untuk melihat-lihat kota. Tapi perut belum diisi. Penerbangan selama hampir delapan jam dari Singapura membuat perut langsung menyanyikan lagu keroncong.

Mau tak mau, kami harus berkompromi dengan panggilan alam: sarapan.

Pagi itu, di bawah gerimis yang berderai-derai, saya dan rombongan yang berjumlah 11 orang diantar ke sebuah tempat makan Italia. Di dalam ruangan yang hangat itu, kami mendapat suguhan menu sarapan: dua potong egg benedict, segelas jus jeruk, dan secangkir kopi.

Bukan sarapan yang saya harapkan memang. Tapi lumayan untuk mengganjal perut. Saya hanya berdoa agar kombinasi asupan yang di luar kelaziman ini tak memberontak dan meronta keluar.

Acara sarapan kami selesaikan dengan lekas, sekitar 30 menit. Para ahli hisap bergegas keluar mencari tempat yang diperbolehkan untuk merokok. Restoran tempat kami sarapan memang tak menyediakan bilik merokok. Jadilah mereka membuang asap di pinggir jalan.

Acara yang tak sehat itu hanya berlangsung sebentar. Setumpuk agenda sudah menunggu. Kami hendak mengelilingi kota yang cantik dan tenang: Melbourne.

Saya segera menyiapkan peralatan untuk mengabadikan gambar: Acer Stream. Ini perangkat yang baru diperkenalkan di Jakarta pekan lalu. Acer menyebutnya sebagai smart handheld berbasis Android. Dengan perangkat cerdas ini kita bisa menelepon, mengakses Internet, memotret, atau merekam video. Kameranya memiliki resolusi 5 megapiksel. Dengan perangkat ini pula, seluruh gambar dan video di tulisan ini dibuat.

Tujuan pertama: Victoria Market. Ini pasar tradisional di Melbourne yang bersih, rapi, dan nyaman. Terletak di pojokan perempatan Victoria dan Elizabeth Street, pasar ini berdiri sejak 1878. Para Melbourians, sebutan untuk warga kota ini, biasa berbelanja daging, buah, dan sayuran segar di pasar ini.

Pedagang juga menjajakan baju, kaos, barang-barang dari kulit biri-biri dan kanguru, tas, lukisan motif tradisional Aborigin, dan sebagainya.

Setelah sejam mengelilingi pasar, saya dan rombongan bergerak ke tempat lain, seperti Parliament Building, St Patrick Cathedral, Fitzroy Gardens yang di dalamnya berdiri Pondok Captain Cook, Shrine Remembrance, dan terakhir di Federation Square.

Saya akan menceritakan pengalaman berkunjung ke tempat-tempat wisata itu di tulisan berikutnya. Sampai jumpa!

>> Selamat hari Rabu, Ki Sanak. Bagaimana kabar sampean hari ini?

Tagged: , , , , , , , , , ,

§ 85 Responses to Melbourne Pecas Ndahe

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

What’s this?

You are currently reading Melbourne Pecas Ndahe at Ndoro Kakung.

meta

%d blogger menyukai ini: