Ajisaka Pecas Ndahe
November 16, 2009 § 70 Komentar
Syahdan di Pulau Majethi hidup seorang satria tampan bernama Ajisaka. Ajisaka berilmu tinggi dan sakti mandraguna. Dia mempunyai dua orang pengikut: Dora dan Sembada. Kedua punggawa itu sangat setia kepada Ajisaka dan sama sekali tidak pernah mengabaikan perintahnya.
Pada suatu pagi yang basah, Ajisaka meninggalkan Pulau Majethi. Ia hendak berkelana melanglang buana. Ia ditemani Dora. Sedangkan Sembada tetap tinggal di Pulau Pulo Majethi karena menjaga pusaka milik Ajisaka. Sebelum berangkat, Ajisaka berpesan kepada Sembada agar tak menyerahkan pusaka tersebut kepada siapa pun kecuali kepada Ajisaka sendiri — apa pun taruhannya. Sembada menyanggupi akan melaksanakan perintahnya.
Ketika Ajisaka berkelana itulah, di tanah Jawa waktu itu ada kerajaan yang terkenal makmur, tertib, aman, dan damai. Kerajaan itu namanya Medhangkamulan dan dipimpin oleh Prabu Dewata Cengkar, seorang raja yang luhur budinya serta bijaksana. « Read the rest of this entry »
Bahasa Pecas Ndahe
Februari 21, 2009 § 51 Komentar
Bagaimana gairah bahasa ibu atau bahasa daerah mampu menggelorakan semangat bahasa persatuan (bahasa Indonesia)?
Begitulah pertanyaan seorang perancang bahasa dalam sebuah tulisan menyambut Hari Bahasa Ibu yang jatuh hari ini, 21 Februari.
Hari Bahasa Ibu? Aha, sampean pasti ndak tahu bahwa kita punya hari penting ini. Ndak apa-apa. Saya juga ndak tahu seandainya tak membaca pertanyaan itu. He-he-he …. « Read the rest of this entry »
