Facebook Pecas Ndahe
Februari 17, 2009 § 144 Komentar
Ponari punya batu ajaib. Kita punya Facebook. Sama-sama irasional. Mereka yang percaya keduanya tak perlu saling mencemooh.
Begitulah pesan seorang kawan kepada saya pada sebuah pagi yang malas. Saya terhenyak ketika pesan itu memasuki Inbox dan saya membukanya.
Dalam hati saya bertanya-tanya, kenapa teman saya yang bermukim di sebuah pelosok desa di Bali itu bisa mengambil kesimpulan seperti itu?
“Itu perlunya Anda membuka cakrawala berpikir yang lebih luas,” kata teman saya itu.
“Oh, baiklah, Guru. Mohon murid yang masih banyak belajar ini diberi pencerahan,” begitu saya meminta pada orang yang sudah saya anggap sebagai guru spiritual pribadi itu.
Maklum, dia petinggi agama. Ia mengajarkan kebajikan dan moralitas. Saya menjura dalam-dalam padanya.
“Begini,” kata kawan saya itu. “Legenda tentang Ponari dan batu ajaib semacam itu ada di berbagai belahan dunia mana pun. Anda boleh percaya, boleh tidak.
Tapi kita hanya akan membuang energi kalau memperdebatkan hal ini sebagai takhayul, mistik, irasional, atau bahkan ‘ajaran sesat’, karena ada ‘dunia lain’ di sekitar kehidupan kita ini. « Read the rest of this entry »