Jomblo Pecas Ndahe
Juni 5, 2014 § 72 Komentar
Apa enaknya hidup melajang? Apa pula susahnya?
Dua pertanyaan itu menari-nari di kepala setelah tadi malam saya bertemu dua sahabat baik, Ainun dan Motulz di sebuah kedai jus buah di Jakarta Selatan. Pertemuan itu sangat kasual. Maksudnya tanpa direncanakan sebelumnya dan tak punya agenda serius tertentu.
Kami hanya ingin bertemu dan ngobrol. Itu saja. Bukankah kadang kita memang hanya perlu bertemu, berhadap-hadapan, dan saling menatap mata untuk meneguhkan tali silaturahmi?
Maka obrolan pun bisa ke mana-mana. Kami memulai dengan bertanya kabar masing-masing. Sesekali kami bertukar gosip. Kali lain kami pun membahas situasi kekinian, termasuk tentu saja ihwal politik.
Politik? « Read the rest of this entry »
Marshanda Pecas Ndahe
Agustus 12, 2009 § 147 Komentar
Kebajikan yang sering diajarkan ialah jangan mencari popularitas. Kemasyhuran bisa membunuh hati. Dan merusak perangai.
Siapa tak kenal Marshanda? Seandainya saja sampean baru datang dari negeri seberang setelah sepuluh tahun merantau. Jika sampean tak pernah nonton TV. Bila sampean benar-benar seorang peneliti yang sangat berdedikasi pada pekerjaan dan tak pernah keluar laboratorium barang sepuluh menit. Boleh jadi sampean tak mengenal Marshanda.
Baiklah, Ki Sanak. Saya juga tak mengenal anak gadis itu. Saya hanya pernah melihatnya beraksi di layar kaca. Marshanda memang pernah beberapa kali membintangi sinetron. Namanya juga disebut-sebut di media-media hiburan. Tapi sesungguhnya saya tak begitu mengenal siapa dia — sampai akhirnya saya menemukan video Marshanda di Youtube itu. « Read the rest of this entry »
Psikopat Pecas Ndahe
Juli 29, 2008 § 104 Komentar
Siapakah sebenarnya Very Idam Henyansyah alias Ryan? Seorang psikopat? Gay pencemburu? Atau sekadar begundal kriminal yang haus rupiah?
Saya ndak tahu. Yang jelas, Ryan diduga telah membantai sepuluh orang korban — salah satu rekor pembunuhan terbanyak di Indonesia setelah Ahmad Suraji alias Dukun AS yang menewaskan 42 orang di Sumatera Utara. Korban-korban itu sebagian dikubur di rumah orang tuanya di Jombang, Jawa Timur.
Aksi Ryan membuat publik terhenyak. Mereka tak menyangka ada pemuda berusia 30 tahun dengan sosok yang digambarkan media massa sangat kalem itu ternyata sanggup membunuh. Dia bahkan sampai tega memutilasi salah satu korbannya.
Sebagian kalangan lalu berang dan marah. Mereka mengutuk ulah Ryan. Saya bahkan mendengar tak sedikit komentar yang menuntut agar kelak Ryan dihukum mati atas perbuatannya itu meski persidangan belum dimulai, dan penyidikan polisi justru pun masih berlangsung. Artinya, Ryan belum diputuskan bersalah, Ki Sanak. « Read the rest of this entry »