Belahan Pecas Ndahe

Agustus 31, 2007 § 33 Komentar

Seseorang tiba-tiba mengirimkan pesan pendek alias sandek (SMS) ke saya. Ia bertanya begini. “Ndoro, belahan jiwa itu apa sih? Sampeyan percaya nggak setiap orang punya belahan jiwa?”

Halah. Sopo iki? Saya kaget karena tak mengenali nomor telepon si pengirim SMS. Tapi, demi sopan santun [dan basa-basi], saya pun mengirimkan SMS balik.

“Maaf, ini siapa ya? Saya kok ndak kenal nomornya? Kenapa sampean tiba-tiba bertanya soal belahan jiwa?”

Dalam beberapa detik datang SMS balasan. “Saya pembaca setia blog sampeyan, Ndoro. Nggak usah curiga dan khawatir. Saya bertanya karena sampeyan menulis tentang belahan jiwa di blog, tentang cerita Diajeng itu loh.”

Oalah … Saya baru ngeh. Tapi, tetap saja saya penasaran pada si pengirim SMS itu. Siapa dia sebenarnya? Mengapa dia mendadak bertanya tentang belahan jiwa? Apa dikiranya saya ini tukang jual belahan? « Read the rest of this entry »

Darkness Pecas Ndahe

Agustus 31, 2007 § 18 Komentar

Seorang ibu dan anaknya terjun dari lantai 35 apartemen Ambasador, Jakarta. Seorang ibu memaku kepala anaknya dan kepalanya sendiri. Sebelumnya, seorang ibu membakar diri bersama anak-anaknya.

Duh Gusti, kenapa kehidupan jadi begini muram? Inikah nujum yang pernah dinyanyikan Simon dan Grafunkel dengan lirih, seperti melamun, “Hello, darkness …”?

Ada yang bilang, banyak orang zaman sekarang yang terganggu jiwanya karena menderita stres, putus asa, dan frustrasi. Penyebabnya bisa kemiskinan, korupsi, diskriminasi, kebodohan, kekerasan dalam rumah tangga, ketidaksabaran. Mungkin juga oleh sebab lain. Saya ndak tahu.

Jakarta, juga kota-kota besar lain di Indonesia, memang seperti tak pernah sabar. Klakson memekik-mekik di jalan. Kemiskinan, juga korupsi, merajalela. Di sisi yang lain, banyak orang yang kian rakus dan suka merampas hak orang lain yang lebih lemah. Pertanda apakah ini? « Read the rest of this entry »

Angkot Pecas Ndahe

Agustus 30, 2007 § 23 Komentar

MEPET KANAN | Mobil beginian mestinya bukan untuk umum, kan? Tapi, penumpangnya kok seperti di dalam angkot ya? Mosok harus mepet kanan? Lah bangku kiri kan masih kosong, nduk? Jangan-jangan ini karena kebiasaan naik angkot. Kalau belum mepet rasanya kok kurang asoy gitu. Ih, asoy … jadul banget!

Eh, tapi itu sebetulnya duduk mepet atau pangkon, ya? 😀

Cemara Pecas Ndahe

Agustus 29, 2007 § 19 Komentar

Di bawah bukit-bukit yang kering. Di tengah pucuk-pucuk cemara mendesau. Pada dasarnya kita semua adalah pelaku, sekaligus saksi setiap peristiwa. Kita beraksi dalam lakon yang berubah setiap hari.

Kita bertarung. Terluka. Berpeluh. Menangis dan tertawa. Kita menjadi bagian dari sejarah peradaban. Dan, sejarah bukanlah sebuah kreasi show business.

Sejarah terukir di jalanan, di dalam keraton, di balik gedung parlemen, di lapangan, juga di atas ranjang.

Lalu apakah itu marijuana, warna-warni psikedelik, kliyeng-kliyeng yang hangat, seks yang longgar? Sebuah pemberontakan atau kerusuhan yang bergairah? « Read the rest of this entry »

Ganyang Pecas Ndahe

Agustus 29, 2007 § 18 Komentar

Setelah Donald Pieter Luther Colopita, wasit karate Indonesia itu, dihajar empat polisi Malaysia sampai babak belur, hubungan kedua negara memanas. Perlukah kita ganyang Malaysia, seperti anjuran Soekarno pada 1963?

“No, no, no … tunggu dulu. Ganyang jangan buru-buru,” kata teman saya, a singer wanna be, menirukan lirik lagu Slow Down Baby-nya She.

“Harus, Mas. Ganyang Malaysia, sikat habis. Tumpas! Tapi, sisakan Siti Nurhaliza buat saya, ya?” kata teman saya yang satunya lagi, seorang aktivis, mantan preman.

Halah, ndasmu, dul!

Where Am I?

You are currently viewing the archives for Agustus, 2007 at Ndoro Kakung.