Dongeng Pecas Ndahe

April 9, 2007 § 20 Komentar

Adakah situs web atau blog yang berisi dongeng anak-anak? Penyiar radio Female melontarkan pertanyaan menggelitik itu tadi pagi. Saya yang kebetulan ikut mendengar jadi tergoda.

Saya penasaran, ada ndak sih, blog khusus dongeng anak? Mosok dari berjuta-juta blog ndak ada satu pun yang isinya sangat niche, hanya bertutur tentang dongeng anak? Apakah sebetulnya anak-anak masih perlu didongengi?

Karena penasaran, saya lalu tanya ke mbah Google. Rupanya ada beberapa, tapi memang tidak banyak dibanding populasi seluruh blog di ranah maya, di antaranya dua blog ini — mungkin sebetulnya ada lebih banyak lagi.

Dua blog itu adalah Negeri-Dongeng dan Latisya Zalfa Naila.

Tapi, sayang, dua blog itu seperti kerapu di atas batu, hidup segan mati tak mau. Posting terakhir Negeri Dongeng, misalnya, bertanggal 18 Juli 2005. Latisya terakhir mengeposkan dongengnya pada 19 Juni 2006. Setelah itu, tak ada dongeng baru.

Padahal Negeri Dongeng punya delapan kontributor. Ke mana saja mereka ini? Mengapa hiatus? Latisya mestinya juga punya banyak sumber dongeng sebagai bahan posting. Entah kenapa dia tak memperbaruinya?

Yang menarik, saya juga menemukan situs web milik Dharma Wanita yang menyediakan menu dongeng anak. Tapi, isinya cuma tiga dongeng dan tak pernah bertambah lagi.

Biasalah, namanya juga Dharma Wanita, mungkin mereka sibuk dengan kegiatan lain, khas para ibu. Padahal sebetulnya mereka bisa meminta para penulis cerita membuat dongeng dan secara rutin mengeposkannya di web. Ah, ongkosnya mahal kali ya?

Saya jadi mikir, jangan-jangan dongeng bukan tema yang menarik lagi di ranah blog. Para orangtua mungkin juga sudah menganggap kegiatan mendongeng itu hanya menghabiskan waktu.

Entah, saya tak tahu. Saya sendiri bukan orangtua yang rajin mendongeng ke anak-anak di rumah. Alasannya klasik, khas orangtua pekerja di Jakarta: ndak punya banyak waktu lowong.

Sampean bisa bilang saya cuma mau ngeles. Boleh saja. Saya terima dengan lapang dada. Mungkin saya tergolong sebagai orangtua yang malas. Tapi, kalau mau jujur, berapa persen sih orangtua pekerja di Jakarta dan masih rajin mendongeng kepada anak-anaknya secara rutin dan teratur?

Persentase orangtua pekerja di daerah [di luar Jakarta] dan rajin mendongeng ke anak-anaknya pun saya kira ndak terlalu banyak. Mungkin saya salah. Silakan sampean mengajukan keberatan. Saya menghormati perbedaan pendapat.

Saya hanya penasaran, masih banyakkah orangtua yang rajin mendongeng? Apa sih manfaat mendongeng? Bagaimana trik menyiasati waktu yang terbatas tapi tetap bisa mendongeng?

§ 20 Responses to Dongeng Pecas Ndahe

Tinggalkan Balasan ke mbahatemo Batalkan balasan

What’s this?

You are currently reading Dongeng Pecas Ndahe at Ndoro Kakung.

meta