Selingkuhan Pecas Ndahe
September 4, 2007 § 38 Komentar
Bagaimana rasanya menjadi perempuan kedua, perempuan yang bukan istri atau pasangan yang “sah” dari seorang lelaki?
Menyedihkan atau justru menyenangkan?
Saya beruntung punya seorang teman perempuan, seorang “mahmud” alias mamah muda [selingkuhan gitu deh …], yang bersedia saya ajak berdiskusi tentang hubungannya dengan lelaki yang sudah beristri.
Demi alasan keamanan dan nama baik, saya memilih tak menyebutkan siapa teman perempuan saya itu, juga url blognya. Kecuali dia berubah pikiran. Hehehe …
Saya beri gambaran saja, profil teman perempuan saya itu seperti ini: lajang, social smoker, usia 30+, lulusan perguruan tinggi negeri ternama, dan sekarang bekerja di lingkungan yang sangat terhormat di Jakarta. Err .. ada lagi, I considered her as a nice and good looking person. Halah …
Nah, obrolan kami tentang hubungannya dengan pria beristri itu terjadi begitu saja, tanpa rencana. Tiba-tiba saja dia bercerita sedang berada di sebuah kedai burger karena “menganggur” dan tak punya teman bicara.
“Lah, Masmu ke mana?” saya bertanya sopan … melalui telepon.
Eh, dia malah ngakak. “Halah,” begitu katanya. “Beginilah nasib jadi mahmud, Ndoro. Jatahku terbatas. Bahkan untuk ditelepon pun aku harus menunggu kalau ibu suri lagi ke salon atau belanja-belinji.”
Ibu suri itu sebutan untuk istri lelaki yang sedang menjalin affairs dengan teman perempuan saya itu.
“Tapi, kan tetap asyik punya mas-mas, Nduk?” saya mencoba menggodanya.
Dia ngakak lagi. “Tapi aku tuh beda dari mahmud yang lain lo, Ndoro. Aku bukan tipe perempuan yang bisa memberi servis all out, lalu dapat hadiah apartemen, belanja bulanan, dan sebagainya,” ujarnya.
Saya ndak mendengar nada sedih dari penjelasannya itu. Aha, tampaknya dia sangat menikmati “HTS” [hubungan tanpa status] dengan pria yang lagi apes beruntung itu. Kalau sampean jadi sebel, ya itu urusan sampean, bukan urusan dia.
“Memangnya, seperti apa sih, hubunganmu dengan masmu itu, Nduk?”
Dengan penuh antusias, teman perempuan saya itu lalu menjelaskan bahwa hubungan percintaannya dengan si Mas tak lebih dari sebuah pertemanan. “Ini bener-bener mutual friendship. Aku lebih suka menyebutnya sebagai spiritual partnership. No sexual envolved di sana, Ndoro.”
“Kok bisa, Nduk?”
“Ya bisa aja, Ndoro. Ceritanya kan kami bertemu pada sebuah tikungan kehidupan. Lalu, kami sama-sama merasa cocok secara chemistry. Karena itu, kami bersepakat untuk menjalin hubungan yang bermutu. Kami nggak ingin menodai hubungan itu dengan hal-hal seperti sexual intercourse. Kami saling menghormati,” katanya.
Wah, hebat. Sampean pantas dapat tepuk tangan dari saya.
Ia melanjutkan ceritanya. “Kami berdua cocok sebagai teman diskusi. And yes, dia seorang teman diskusi yang menyenangkan. We’re growing together. Kami saling belajar membentuk personality kami masing-masing. Dia kan lebih tua dari aku, jauh. Hidupnya sangat berwarna. Jadi aku banyak belajar dari dia, Ndoro.”
“Elok tenan, cuma sebagai mitra diskusi. Terus, bagaimana kalau kelak hubungan kalian berakhir? Bagaimana rasanya ya?” tanya saya berandai-andai.
“Jelas aku pasti akan sangat kehilangan, Ndoro. Tapi, basically, kami membangun hubungan tanpa ekspektasi apa pun. Kami sama-sama menyadari bahwa kami tak saling memiliki. Karena itu, kami tak akan merasa kehilangan jika harus berpisah.”
Sampai di sini, saya kehabisan pertanyaan [tepatnya waktu]. Jadi saya merasa lebih baik jika membiarkan kawan saya itu mengembara dengan fantasi dan pilihannya sendiri. Saya ndak akan menghakimi segala pendapatnya tentang relasinya yang intens dengan seorang lelaki yang sudah beristri.
Saya cuma merasa betapa panjang dan berlikunya jalan yang mesti dia tempuh, lengkap dengan pahit, getir, dan manisnya. Dan, saya ndak tahu ada apa di ujung jalan itu. Sebuah kejutan yang menyenangkan atau sebaliknya.
Ah, dunia mungkin memang semakin tua dan hidup ini benar-benar penuh tikungan mengejutkan. Saya ndak pernah menyangka ada sepasang manusia yang harus menjalin relasi yang rumit seperti itu. Maklum, saya “kuper” seperti katak dalam tempurung.
Mungkin saja itu hubungan yang menyenangkan, mungkin juga sesuatu yang getir rasanya. Kita ndak pernah tahu benar apa isi hati dan perasaan orang lain bukan? Saya hanya berharap teman saya itu mendapatkan semua yang dia inginkan — entah kapan.
Bagaimana menurut sampean, Ki Sanak?
selingkuh kayak gitu yg bagus,…dabz (selingan indah keluarga utuh = selingkuh)
with younger ones can happen too.
he he he…itulah kehidupan…klo crita2 kaya gitu aku ngalamin he he he
ga ada pamrih..hanya teman curhat.
Yg jelas ngga ada rasa bersalah, ngga pernah berharap yg muluk2. Ketemu happy ga ketemu ya biasa aja
“no journey’s end” ndoro
Piwulang engkang sae sanget paklik mbok menawi angsal kulo matur pejah lan gesang manungso niku kan sakeng chemistry, nggeh pun kajenge chemistry berlanjut
ini kisah nyata Ndoro ??
mbok ya dijadiken standar saja lah
jika hubungan itu diketahui orang lain (teman, istri, kolega, dkk) dan kita merasa bersalah dan waswas maka hubungan itu dilarang
jika hubungan itu diketahui orang lain (teman, istri, kolega, dkk) dan kita merasa fine, maka OK maka monggo saja
gitu saja kok Freeport
Gak papah kok jadi kuper, biar gak tergoda punya mahmud π
lah, saya seneng tuh jadi selingkuhanya ndoro, sejak malam di apartemen itu. hihihi.
weh..elok tenan ndoro…
mmm….gimana ya…
kalau bedanya selingkuhan ama TTM apa ya ndoro ?
mmm…tulisan ini ingin menjelaskan bahwa cerita tentang Diajeng hanya fiktif semata? mohon maaf bila ada kesamaan nama, dan lokasi kejadian?
ooouuuhh….gitu ceritanya… :d
sumpe Ndoro, saya belum 30+,masih twenty something… tapi kalo considered as a nice and good looking person sih iya… π *sok mahmud gak penting*
Tapi selingkuh tetap selingkuh kan Ndoro? mau secara lahir & batin apa cuma batin doang atau cuma lahir doang… judulnya ya sama, selingkuh… kenapa si mas-nya gak sharing sama istrinya saja? growing together sama istrinya saja… kan garwa, sigaraning nyawa… (waduh… kok jadi cynical ginih? mang-ap…)
kok seperti itu aja dibilang selingkuh ndoro?
gag ada perasaan yang bermain kan?
ediaann!!! ngono wis kategori selingkuh… modar aku… *ngitungngitungselingkuhan*
Ah, tenane…
ndoro kehabisan pertanyaan, kehabisan waktu, atau kehabisan pulsa? :p
mudah2an perselingkuhan kita berdua gak ketauan sama ibunya bedhes2 ya, ndoro ya? cukup mbilung saja yang tau *ngakak guling2an*
Di Dunia yang kata Om Hermawan Bumi telah beralih ke Venus, dan kata Pak De saya Bumi tak selamanya bulat.. ternyata ada “kehidupan” seperti itu… saya pikir itu hanya ada dalam sebuah imajinasi saya saja… ternyata NYATA.
kalo itu bukan selingkuh ndoro, tapi pertemanan
poor her, who cant feel the beautiful of marriage yet
ttm : temen tapi mesum
dalam konteks ini “mahmud”nya jadi mamah mudah donk π
hidup hanya numpang liwat, so kenapa kita mesti berekspektasi terlalu dalam, semakin kita merasa tidak memiliki semakin kita tidak akan merasa kehilangan. tanamkan saja perasaan kita hanya memiliki ketika kita menggunakan. thats right?
no sexual envolved?
halah, ra ngandel…
selingkuh = selingan indah keluarga utuh?
wakakakaka.. nice phrase π
chemistry itu apa….an sih? formalin atau ragi?
hmmm…gt ya *manggut-manggut sok paham*
Kalo aku, jujur ya, ga bisa tanpa melibatkan sex jika dgn lawan jenis.
Ah, moso’? It’s just a matter of time. π Awal2 biasanya kan gitu. Sok jadi sahabat, saling menghargai, saling menghormati. Makin lama makin deket, sok nganggap saudara. Makin deket lagi, yaaa… gitu deh… jadi selingkuhan beneran, with sex of course. π
Oh ya, kalo semua pihak mau legowo. Poligami bisa jadi solusi kok. Tinggal si pria, mampu gak memanage keluarganya. π
Selingkuh ada tahapannya.
Selingkuh mata, selingkuh tangan, selingkuh hati, selingkuh komitmen dst…
dan akhirnya, selingkuh at all..atawa totally selingkuh !
Wah kalau buat saya, ndak bisa itu. kalau 1 ya 1 dong mas. ndak boleh lebih. lagian, coba kalau si cowonya berfikir perasaan sang istri. kasihan toh mas. kalau saya punya suami kayak gitu. ta’ preteli. ndak mau aku
kalau mo curhat mbok ya sama istri. buat apa ada istri kalau cuma buat pajangan dirumah dan status aja. mending ndak usah nikah to. jadi, si mas itu mesti jaga perasaan bojomu.
pelajaran buat para istri, selain jadi teman ditempat tidur suami, jadilah teman sharing, jangan sampe kita ngga ngerti apa yang diomongin suami, ah aku seorang istri yang luar biasa.
‘Mahmud’ cuma untuk curhat? ah mbelgedes,gak percoyo…… tinggal tunggu waktu aja itu……… berani taruhan!!
yang lagi in sekarang: lagu “jadikan aku yang kedua” by Astrid.
pliiiis deeeeh ……
memang seharusnya pasangan tidak hanya jadi teman tidur dan pelengkap status, melainkan juga teman berbagi … namanya juga teman hidup.
uhmm menyimak,kayaknya melihat sebuah case kay gitu namanya selingkuh dan TTM apa bedanya yah?
hhhmmmm… apapun namanya selingkuh ya tetap selingkuh.
kenapa klo hanya cuma ngobrol ga terang2an aja ?
hingarbingar dunia. hal seperti itu sepertinya bukan lagi hal asing sekarang.
biasa karna banyak yang serupa.
Weh.. ceritanya kok mirip sm yg ku alami ya.. merasa bersalah sih.. tp wes kadung in love..