Menstruasi Pecas Ndahe

Oktober 5, 2007 § 33 Komentar

Jumat sore yang sibuk di kawasan Kebayoran, Jakarta Selatan. Jalanan “pamer ruli” alias padat merayap ruwet sekali. Seorang lelaki muda duduk gelisah di atas jok kulit empuk di dalam BMW 130i M Sport warna perak metalik.

Berkali-kali ia menengok arloji Audemars Piguet berban kulit hitam di tangannya. Matanya memelototi bajaj dan metromini yang knalpot rombengnya memuntahkan asap hitam pekat dan sedari tadi nyaris tak bergerak di depannya.

Mendadak ia merasa gerah. Sangat gerah. Peluh mulai membasahi jidat dan punggungnya. Juga dadanya yang berbulu. Heran, kenapa AC mobil tiba-tiba tak berdaya mengusir panas matahari sore yang menyengat begini?

Dilonggarkannya dasi YSL merah maroon di lehernya. Dibukanya kancing paling atas kemeja Hugo Boss putihnya itu. Ah, lumayan.

Ia merasa keruwetan lalu lintas Jakarta tambah gila-gilaan akhir-akhir ini. Padahal, biasanya jalanan sudah mulai menyepi sepekan menjelang Lebaran. Kaum urban sudah mulai kabur ke kampung masing-masing.

Kenapa sore ini beda? Karena akhir pekan? Karena ada proyek busway di mana-mana? Karena para pelaju mau buru-buru berbuka puasa di rumah?

Entah. Lelaki itu tak peduli. Ia lebih memperhatikan waktu yang terasa lambat berjalan. Dan, mobil-mobil yang tak beranjak ke depan.

Sudah pukul lima sore lewat jauh. Sebentar lagi suara bedug azan Maghrib pasti terdengar.

Bedug? Ups, mendadak lelaki itu seperti teringat sesuatu. Dirogohnya telepon genggam Nokia E-90 di kantung kemejanya.

Terdengar suara klik-klik beberapa kali, tanda lelaki itu mengetikkan selarik pesan pendek. Di layar terpampang kalimat: “Will be at your place ASAP. Be sexy. Be bitchy. As usual.”

Lelaki itu memilih menu “send to many”, lalu dipilihnya beberapa nomor berbeda sekaligus. Klik. Send.

Dalam beberapa detik berikutnya, telepon genggamnya berdering-dering, tanda datangnya SMS balasan. Ia segera membacanya dengan sekali lirik.

“Sorry dear, I got my period. Lusa aja deh, please.”

“Shit!” lelaki itu mengumpat.

Sebuah SMS datang lagi. “Wah, kenapa nggak kemarin sih. Gue baru dapet nih. Huh, sebel.”

“Anjrit!” lelaki itu mengumpat — untuk kedua kali.

Sebuah SMS datang lagi. “Yaaah … elo. Gw bocor neh, bocor. Mau lo kebanjiran?”

“Muke lo, nyet!” lelaki itu kian keras mengumpat.

Tapi, satu SMS masuk lagi.

“I wish I could, hon. But, I can’t. I bet you know why … nature calling.”

“Huh!” kali ini lelaki itu cuma mendengus. Ia kehabisan umpatan.

Tapi, SMS ternyata masih datang lagi.

“Aduh Mas, aku lagi mens. Mbesuk-mbesuk aja yaa … I love you, muach2.”

Gubraks! Lelaki itu membuang telepon genggamnya ke jok belakang. Dia heran, kenapa perempuan-perempuan itu seperti janjian datang bulan barengan, sih? Emang bisa ya, jadwal itu dibuat bareng? Atau ini sekadar kebetulan?

Kebetulan? Kok bisa? Aarrrrrggghh …

Diambilnya satu lagi telepon genggam LG Prada di jok kiri. Ditulisnya sebuah pesan singkat untuk dikirim ke 0811170XXX.

Isinya singkat saja, “Ndoro, ntar malem nongkrong di bund HI nggak? Aku mau ikut.”

Send.

[Buat perempuan cekatan yang batal meeting gara-gara kena macet]

§ 33 Responses to Menstruasi Pecas Ndahe

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

What’s this?

You are currently reading Menstruasi Pecas Ndahe at Ndoro Kakung.

meta

%d blogger menyukai ini: