UNFCCC Pecas Ndahe
Desember 3, 2007 § 38 Komentar
Baiklah Tuan, mari kita bicara tentang bumi yang kian mendidih dan salju yang terus meleleh.
Tapi, tolonglah hentikan dulu kendaraan Tuan. Jangan berpacu terlalu kencang di jalanan. Kami ini cuma cecunguk paria di atas sepeda ontel tanpa asap, tanpa emisi, pasti tak kuasa mengejar Tuan.
Mari sandarkan saja sama-sama punggung kita ke pohon-pohon yang masih tersisa di atas bukit-bukit gundul. Aha, Tuan pasti tahu ke mana pokok-pokok kayu itu pergi, bukan?
Baiklah Tuan, mari kita selesaikan urusan yang tak pernah selesai ini. Tentang burung-burung yang kehilangan sarangnya di pesisir. Tentang ikan-ikan yang berkelojotan, dan akhirnya raib, dari tengah samudera.
Tapi, letakkan dulu piring Tuan. Janganlah Tuan berbicara sambil mengudap rebusan kepiting dan kerang hijau itu. Tuan bisa tersedak. Mari kita duduk sama-sama di bawah purnama yang tak pernah sempurna.
Kita bisa bicara tentang hujan asam. Kabut asap karbon. Efek rumah kaca. Ban yang tekanan anginnya kurang. Atau kita bicara saja tentang omong kosong yang kian tak nyaring bunyinya. Terserah Tuan.
Tuanlah yang berkuasa menjadikan semuanya: mau jadi kenduri atau sirkus belaka. Tuanlah yang berkehendak. Tuan pula nanti yang akan mengatur. Kami cuma hamba sahaya serupa boneka, Tuan.
Saya ingat Tuan, seseorang pernah berkata, “Modernisasi pada akhirnya memang suatu permainan kekuatan. Ada yang akan tergusur, ada yang akan menggusur. Ada yang menang, ada yang telantar lemah.
Tapi jangan salah kira, Tuan, Di zaman seperti ini, yang lemah tak akan tinggal jadi gurun. “Yang lemah berbahaya bagi yang kuat, sebagaimana pasir hanyut berbahaya bagi si gajah,” kata Tagore.
Karena itu, tolong janganlah kau minta kami sendirian mengelola paru-paru bumi ini. Sedangkan Tuan di seberang sana ongkang-ongkang kaki menonton punggung kami yang kian melengkung.
Pada akhirnya, ini soal kita bersama. Ini masalah ketidakadilan sosial, kerakusan, dan eksploitasi alam yang serampangan.
Eh, Tuan … Tuan … Tuan tidur ya?
:: Indonesia menjadi tuan rumah Konvensi Perubahan Iklim (United Nation Framework Convention on Climate Change — UNFCCC) yang diadakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, 3 – 14 Desember 2007, di Bali.
.. time for the self pitied ‘victims’ to do more than whining.
halah, semua tak benar-benar serius.. omdo doang!!!!!!
Masa sih…
Hari gini masih naik sepeda ?
sekedar seremonial dan atau jamuan makan malam..???
think globaly act localy
hwadooohh….harusnya saya ikut juragan ke sana….
Lebih baik kita kerjakan yang kita bisa sebagai wujud kepedulian kita pada kestabilan ekosistem ini yang tentunya berawal dari lingkungan kita masing2.
yaa disana kan sekarang cuman acara lelang kebon doang toh,..
… Ndoro ga ikutan jualan kebon? buat dituker ama emisi gas buang?
mbelgedhez tenan ki..
wong sampeyan naik mobil utk bolak-balik tangerang jakarta, je…
piye to iki…
waduh, ada yang pakai nama saya š
munyuk manut:
Selain yang prihatin, Global Warming jadi kambing hitam baru yang menyenangkan.
Banjir… wong jelas salah tatakota yang disalahkan Global Warming.
Ini namanya ‘act locally blame globally’
modyarrrr………………….. *nunggu juragan manuk komen*
diriku bakal hadir disana Ndoro… Mohon petunjuk harus bawa pesan apa… *grin*
Bukankah semua pertemuan hanyalah suatu alasan untuk berkumpul dan makan bersama?
PBB ngadain kopdar di Bali, ada blogger yang ikut kesana?
@sandal. . .
piknik donks.. makanya milih di bali
hah? pas mo bikin obrolan sinis juga, seperti biasa. keduluan ndoro, gpp-lah, biarin dibilang ikut2an
hehehe, iya. di sini jadi beneran kayak paria. yg bule ngeloyor asik2 aja, pribumi diperiksa ini-itu. kartu pers gak berlaku di sini. sial.
Oya..ada cerita lucu dari tulungagung jum’at kemarin. Ada diskusi soal perubahan iklim dunia. Dalam sambutannya dia salah sebut global warming menjadi global farming…hohoho
Thiiinx: Ya smoga jadi dapet komisi dari PBB sbagai penyumbang O2 terbesar ndoro, lumayan bisa di korupsi lagi… Duh gusti kapan bangsaku iki dadi bangsa yg ikhlas lan konsekwen supaya bisa menjadi bulan purnama yang sempurna.
yayaya
semua kan hidup di bawah langit yang sama
harusnya ya tanggung renteng
ndoro ikutan datang konvensi?
pergi menyuguhkan musik KOIL-DOSA.INI.TAK.AKAN.BERHENTI kepada para rombongan Yang Dipertoean Agoeng yang sedang bersidang di tanah dewata…
no comments.. š
sebenernya sayah pengn tanya dari kemaren kemren.
kenapa endonesa?
setidaknya itu lebih baik toh daripada tidak sama sekali..sekarang tinggal komitmen masing-masing pribadi untuk peduli sama lingkungan.
Kalau kita terus apatis terhadap sesuatu tanpa komitmen dari kita untuk merubah sesuatu itu..yaahhh cepe dehhhh
Hiks…Ndoro…
*ber-janji hemat energi untuk hari ini*
kangen????? ga bgt……!!!!!
denger aja mringing.. emg si mreka lbh terkenal dr saya.. tp, saya ga kampungan dr mreka…
menyang kali nggolek kicot
ngumpul nang bali dho kakehan cocot
bumi semakin panas saja… apa karena sedang dirasani orang2 yg rapat di bali ya
Buang-buang duit aja…mending duitnya buat nanamin hutan kalimantan yang gundul itu…
^_*
lho bukit bisa gundul juga to
ndoro?
iklim berubah di bali….gara-gara pertemuan ini…
sampe mrinding kulo maos ceritone ndoro…. š¦
Penuh motivasi tulisan ini..terima kasih kisanak..terus menulis, mas.
akhirnya,ndoro ikutan juga ngomentari isu yang lagi khusyuk dibahas media
keep green dude
nderek bingah ndoro, jaman gini masih banyak sampeyan2 yg kritis menyikapi kejadian, kulo saestu tertarik bergabung nyuwun sewu pendatang baru, kita tunggu sj nanti aplikasi keputusan di baliu seperti apa. mudah2an dho ora “ndableg & budheg” nek gudeg boleh
[…] kita bahwa di penghujung akhir tahun 2007 ini, negara Indonesia tercinta punya hajatan besar karena didaulat sebagai tuan rumah COP-13 UNFCCC di Nusa Dua, Bali. Berbagai isu seputar pemanasan global diungkap ke permukaan. Setelah melalui perundingan alot dan […]