Gerimis Pecas Ndahe

Desember 7, 2007 § 32 Komentar

Aku tak tahu, sayang … Aku tak tahu. Sungguh aku tak tahu dari mana bait-bait itu kudapatkan, dari mana kalam itu kudatangkan.

Mungkin aku memetiknya dalam perjalananku menyusuri jejakmu ke ujung bintang. Mungkin aku mendulangnya dalam petualanganku mengejar bayangmu sebelum cahaya. Mungkin juga dari dirimulah semuanya berasal.

Tapi, adakah bedanya?

Bila matamu masih kelabu. Jika hatimu tetap biru.

Adakah, sayang?

Aku masih ingat ketika kau berjalan dengan nestapa di bawah gerimis yang muram. Kau berkerudung murung, bermafela murka. Tubuhmu sayu. Bulir-bulir bening jatuh. Dan hujan tumpah dengan nyalang. Manik-manik urung jadi manikam.

Aku tergugu dalam kelu. Semampuku kuulurkan sebatang payung peneduh hati. Dan kurapalkan mantra-mantra penghangat kalbu.

Tapi, kau diam belaka. Lukamu telanjur pedih. Perihmu menjadi batu.

Aku tahu jalan begitu panjang berliku di bawah kakimu. Masih banyak tikungan yang belum kau lewati. Kau bahkan tak tahu apa gerangan kejutan yang menunggu di balik awan.

Dan aku bukan Musashi dengan ilmu Kitab Lima Cincin. Jurusku kasih. Pedangku keteduhan. Aku bisa apa?

Mungkin kita cuma bisa cemas dan bimbang. Entah.

Tapi satu hal yang aku tahu: kau ada di benakku, menemaniku, menempuh jalan sampai di ujung malam.

:: kepada gerimis yang meronai senja jadi keperakan …

§ 32 Responses to Gerimis Pecas Ndahe

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

What’s this?

You are currently reading Gerimis Pecas Ndahe at Ndoro Kakung.

meta

%d blogger menyukai ini: