Kepalsuan Pecas Ndahe

Januari 28, 2008 § 47 Komentar

Sepanjang hari kemarin, juga hari ini, rakyat Indonesia disuguhi tayangan yang nyaris seragam di televisi. Sebuah in memoriam. Sebuah obituari. Sekilas sejarah perjalanan sosok seorang Soeharto yang wafat kemarin.

Tiba-tiba pikiran saya terganggu oleh aneka pertanyaan. Kenapa sejarah sering terasa palsu di Indonesia ini? Apakah karena kita adalah orang-orang yang “secara liar tak tahu dan tak toleran” kepada “kebenaran sejarah”?

Dari mana gerangan datangnya semangat penulisan sejarah seperti ini? Dan kenapa orang mau menulis sejarah yang palsu?

“Tak mudah menjawab pertanyaan seperti itu, Mas,” kata Paklik Isnogud yang sejak tadi menemani saya mengikuti prosesi pemakaman Soeharto lewat layar kaca.

“Penulis sejarah — sebagaimana para wartawan — cenderung lebih memilih kejadian yang dramatis dan manusia yang tidak biasa. Pembaca sejarah umumnya — sebagaimana pembaca surat kabar — memang lebih menyukai hal seperti itu. Perang dan kejatuhan, kekejaman dan perselisihan, kebejatan dan kesalahan.

Rangsangan yang paling jelas dalam penulisan sejarah di Jawa di masa lalu, misalnya, adalah peperangan. Maka, bila perang bisa melahirkan sejarah, hanya rasa damai yang bisa melahirkan ketidakpalsuan.

Bagi saya, Mas, sejarah itu seperti dongeng Jaka Tingkir. Artinya, sebuah petualangan, dengan sejumlah dosa dan kesalahan, kemudian kejayaan, lalu kejatuhan. Jadi sejarah itu mirip dengan putaran roda pedati, tapi lebih seru.

Mungkin pula ada yang bisa ditarik sebagai pelajaran budi pekerti, patut disyukuri, namun kita tak tahu bagaimana gerangan akhirnya, Mas.”

Ah, saya cuma bisa menghela napas. Pelan-pelan saya tinggal pergi pesawat televisi yang sejak pagi saya tonton. Lamat-lamat saya masih mendengar seorang penyiar melaporkan pandangan mata dari Astana Giribangun:

“Pemirsa, Pak Harto yang kita kenal sebagai Bapak Pembangunan adalah sosok yang … “

>> Tentang sejarah yang lain ada di sini.

§ 47 Responses to Kepalsuan Pecas Ndahe

  • avatar jalansutera jalansutera berkata:

    lha, gimana nggak palesu. media besar (RCTI, TPI, Global) dikuasai anak-2nya. MetroTV dikuasai petinggi golkar yang notabene adalah ujung tombak suharto. tv yang lain juga sama dan sebangun.

    Jadi, what’s next nih setelah suharto dikubur. Apakah masih terus dikejar tuh hartanya oleh pemerintah? kita tunggu saja…

  • avatar Munyuk Munyuk berkata:

    nomor sijii!!!!!!!!!!!
    😀

  • avatar Munyuk Munyuk berkata:

    weks, telat 😦

  • avatar annots annots berkata:

    saya nunggu dari media cetak besok pagi ndoro, termasuk dari media yang pake logo “jam gandul” 😀 akankah mengambil sudut pandang yang berbeda pada sosok alm. HM Suharto

  • avatar wieda wieda berkata:

    oooo…aku telat dunk..ngga ndengerin berita blas…emang sejarahnya piye to?

    *katrokdotcom*

  • avatar kw kw berkata:

    aku suka dengar lagunya.. gugur bunga…
    Betapa hatiku takkan pilu
    Telah gugur pahlawanku
    Betapa hatiku takkan sedih
    Hamba ditinggal sendiri

    🙂

  • avatar munyuk pemalu munyuk pemalu berkata:

    sejarah? tergantung kepentingan yang sedang berkuasa… :p

  • avatar kolor-bolong kolor-bolong berkata:

    Kasian anak-ku, tiap kali nanya sejarah endonesa… saya bilang ndak tau… (lha wong saya aja masih mencari kebenaran)

  • avatar kolor-bolong kolor-bolong berkata:

    apakah itu juga berarti sejarah endonesa ikut terkubur juga, ndoro ?

  • avatar rezayazdi rezayazdi berkata:

    Tumben serius ndorooo… pasti karena efek Wave di Bali, jadi sedikit lebih filosofis hehehehehe…

  • avatar pacarkecilku pacarkecilku berkata:

    satu2nya yang bisa kita pelajari dari sejarah adalah bahwa “kita tidak pernah belajar dari sejarah”

  • avatar atta atta berkata:

    yayaya
    saya sendiri sudah di tkp sejak minggu
    dan males nonton tivi meski tetap diminta memantau
    😀

  • avatar Donny Verdian Donny Verdian berkata:

    Dari tadi baca komentar2 orang di berita kompas online kok banyak yang mengangkat-angkat nama beliau ya.. Aku jadi mikir njuk kalau gitu sakjannya siapa yang dulu mau menurunkan Pahlawan Pembangunan itu ya…?
    Tau, Ndoro?

  • avatar Rystiono Rystiono berkata:

    Lah saya malah bingung…

    Sebenarnya siapa penjahat dan siapa orang baiknya sih?

  • avatar calon besan calon besan berkata:

    plasu..semua memang plasu…
    @yang di atas pas :
    laki-laki = penjahat
    perempuan = penjahit 🙂

  • avatar Mr. TW Mr. TW berkata:

    Palasu atau tidak palsu kita juga ndak tahu ya ndoro. Palsu semua, asli semua atau sebagian asli dan sebagaian palsu.
    Media pengin dapat berita hangat, penguasa pengin lancar kekuasaannya, blogger pengin banyak pengunjungnya.. ya wallahu allam. yang penting Gusti Allah ora sare ndoro..

  • avatar melly melly berkata:

    bukannya media seneng bikin sejarah sendiri ya?

  • avatar evan evan berkata:

    Sejarah, katanya, adalah medan pertempuran citra,ndoro..

  • avatar Wazeen Wazeen berkata:

    yang sekarang sudah ketemu (ketemu ga’ yaks?) Bung Karno di alam sana…

  • biarlah tuhan yang menghakiminya………
    BTW kalau dia disana ketemu sama lawan2nya dulu gimana ya?

  • avatar venus venus berkata:

    tivi saya kayaknya rusak. isinya sama semua, trus ada lau gugur bunga.

    way too much..

  • avatar Anang Anang berkata:

    […]Bagaimanapun beliau adalah seorang bapak bangsa ini. Seorang yang pernah menjadi bapak dan mengurusi anaknya yang bernama Indonesia… Indonesia sebagai seorang anak yang berbakti sudah seharusnya menghormati dan mendoakan bapaknya yang telah tiada.. Urusan kesalahan sang bapak yang pernah diperbuat sudah pasti Sang Maha Segala yang juga Sang Maha Adil itu akan menjadi hakim sesungguhnya kelak di hari penghitungan amal… Semua kejujuran akan terkuak dan terbuka lebar disana kelak. Marilah kita jauhkan diri dari yang namanya fitnah. Kalau tidak punya cukup bukti yang kuat, janganlah sok ikut-ikutan berteriak lantang, karena itu adalah jalan menuju sebuah fitnah. Karena bagaimanapun juga fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan

  • avatar mastogog mastogog berkata:

    masih ada yg nanya bukti je ndoro … hrs dijawab ini ndoro

  • avatar antobilang antobilang berkata:

    asik ya kalo punya postingan ttg soeharto, bisa dicuplik untuk nulis komen.. hihihi

  • avatar Titis Sinatrya Titis Sinatrya berkata:

    Thiiinx:: Gusti Kang Moho Agung mboten Sare, [mari kita yakini bahwa sgala sesuatu yang disembunyikan rapat dalam kegelapan malam, pasti akan terungkap dalam terang …(sang nabi KG)].

  • avatar Bambang Bambang berkata:

    Hi Anang, pake templet komen ya.keknya aku tadi pernah baca komenku kayak gini di blog lain. Peace,hehehe.
    Semoga saja 68 persen sejarah indonesia tidak palesu.
    * sambil nunggu ulasan dari koran yang enak dibaca dan perlu itu *

  • avatar vinzhe vinzhe berkata:

    ndoro kakung,, kalo gitu knp anak sekolah harus blajar sejarh, klo sejarahny palsu..??

  • avatar tandodol tandodol berkata:

    biarlah sejarah yang membuktikan kalo sejarah kita sejarah palsu…BAH!!

  • avatar leksa leksa berkata:

    sejarah ga bisu ndoro…
    tidak akan pernah..

    selama masih ada “Tukang Cerita” seperti Ndoro, dan wartawan media yang bernurani lainnya…

  • avatar leksa leksa berkata:

    @anang : mendoakan itu wajar Om.. Hakim paling tinggi juga Sang Pemilik Semesta ini…
    namun perlu dingat, habluminannas (dalam islam) adalah utang sosial yang harus dibayar dalam dunia, bukaan di akhirat..
    Tidak terbukti berutang? ya wajar kalo tidak terbukti, wong hakim nya manusia yang lebih dekat ke politik daripada ke Tuhan… Sukur2 hakim manusia ini dekat dengan si Tuhan, jadi sering dapat bocoran yang valid haqqul yaqin..

    Kadang aku berpikir ,..
    Apa perlu kita panggil Tuhan untuk menjadi Hakim di urusan dunia??

  • avatar extremusmilitis extremusmilitis berkata:

    aku tidak tahu sejarah apa yang bisa di-toreh-kan-nya.

  • avatar M Fahmi Aulia M Fahmi Aulia berkata:

    Palsu?
    coba dicek, made in mana :p

    Atau palsu karena mudah pecah? 😀

  • avatar budi budi berkata:

    saya rasa bukan palsu, ndoro.

    tapi cuma dilihat dari kepentingan yang berbeda dibanding sebelumnya. sehingga beda kacamata, beda pula penampilannya….

    dan kacamata kita saat ini adalah: BISNIS! titik.

  • avatar yano sumampow yano sumampow berkata:

    “Karena bagaimanapun juga fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan”

    jadi kita lebih baik membunuh, gitu?

  • avatar yano sumampow yano sumampow berkata:

    “Hanya orang goblog yang bilang Pak Harto korupsi..” probosutedjo

    karena dialah koruptornya……

  • avatar wongedan wongedan berkata:

    soalnya mas,
    di negara ini sejarah itu cuman sekadar obrolan warung kopi, tidak merupakan sebuah studi ilmiah yang lebih sistemik dan faktuil (koyo wong pinter bae, padahal katrok ).

    Kaya ngendikane cak Nun mestinya negara ini punya sebuah perpustakaan tentang dua presiden kita, dan tentunya presiden2 sesudahnya. Sehinggan bangsa ini tidak kehilangan jejak langkah kedua orang besar itu, baik segi positifnya untuk terus kita tingkatkan dan segi negatifnya untuk pelajaran yang berharga bagi bangsa ini untuk tidak terulang kembali, bahkan menurut hemat saya sudah saatnya universitas2 di negeri ini, khusunya yang memiliki fakultas sejarah, memiliki ilmuwan2/profesor2 khusus tentang kedua negarawan kita ini dan studi khusus tantang keduanya.

    Profesor tentang sukarno yang tentunya akan membahas habis jejak langkah, kebijakan2, pandangan hidupnya, marhaenismenya demikian pula dengan suharto dan langkah pembangunanya dan demnikian pula presiden-presiden selanjutnya. ini sangat baik buat anak bangsa untuk mengetahui riwayat bangsanya.

    Gimanan menurut mas-mas sedoyo ??
    matur nuwun

  • avatar detnot detnot berkata:

    waaaaks masa sih 200juta warga bisa di apusi kabeh?

  • avatar amoengmenoes amoengmenoes berkata:

    ngaten mas !

    SEJARAH, palesu apa gak, murni apa sudah terkontaminasi dengan kepentingan penutur atawa yang lainnya akan terus bergulir dan akan tetap sebagai sejarah.

    Jagat dan isinya, dari yang kelihatan sampai yang kegedean hingga menutupi penglihatan, pendengaran berawal dan berakhir dalam pusaran sejarah.

    Jadi bagi saya tergantung dari bagaimana menyikapi, mengkhalifahi, dan memetik hikmah dari sejarah.

    Matur Nuwun ndoro

  • avatar cyn cyn berkata:

    sejarah itu versi yg menang.. *katanya katanya*

    makin banyak versi benernya makin seru 😉

  • avatar wieda wieda berkata:

    hihihi…kebenaran itu hanya ada dalam hati ndoro…..jadi ya hanya kebenaran untuk diri sendiri…ndak buat orang lain….jadi biarlah hati yg bicara

  • avatar wieda wieda berkata:

    hihihi…kebenaran itu hanya ada dalam hati ndoro…..jadi ya hanya kebenaran untuk diri sendiri…ndak buat orang lain….jadi biarlah hati yg bicara

  • avatar kenji kenji berkata:

    dulu saya bobo terus waktu pelajaran PPKN sama PMP… ternyata mayoritas isinya itu karangan seseorang, bukan fakta yang ditulis deskriptif, jadi ga nyesel deh :p

  • avatar rt rt berkata:

    objektif itu susah ya ndoro?! enakan jadi rakyat deh…

  • avatar Dony Dony berkata:

    Orang tu stasiun tipi milik anaknya, ngga heranlah

  • avatar pertawa pertawa berkata:

    omongannya gusdur:pak harto itu banyak jasanya buat negri ini,tapi dosanya juga banyak.

  • avatar medit medit berkata:

    sejarah sama seperti kentut. makin bau makin dihindari, makin keras suaranya makin busuk perutnya. Untung Tuhan meletakkan anus di bawah, sebagai saluran kentut, gas harus berjuang untuk dapat keluar. Berjuang dengan norma yang ada (boleh bunyi apa nggak, keras atau pelan, yang penting keluar), dan melewati gundukan pantat sebagai gerbang terakhir. Andai Tuhan mengeluarkan kentut lewat mulut………..
    mungkin sejarah akan semakin bau, semakin busuk karena semakin busuk semakin dicari. persis seperti penjual informasi di televisi. mereka menjual kentut yang busuk, dan kita … kadang-kadang memakan kentut itu tidak dengan hidung, tetapi dengan mulut kita yang bengong karena otak yang kosong…he..he..he

  • avatar wongkatur wongkatur berkata:

    kunjungi balik ya

Tinggalkan Balasan ke antobilang Batalkan balasan

What’s this?

You are currently reading Kepalsuan Pecas Ndahe at Ndoro Kakung.

meta