Blogisme Pecas Ndahe

Februari 8, 2008 § 34 Komentar

Baiklah Ki Sanak, mari kita bicara tentang blogisme. Apa itu? Apa perlunya mengenal istilah asal-asalan ini?

Begini, Ki Sanak. Blogisme itu sebuah paham bahwa blog itu bukan sekadar barang dagangan. Dia dimulai dengan keinginan, dia digerakkan oleh hasrat, sedikit modal [ongkos beli domain dan sewa hosting], lalu diperkenalkan pada blogger dan ke sudut-sudut blogosphere di delapan penjuru angin.

Kami, para blogger, suka menyebut diri macam-macam. Kami kadang bicara tentang klangenan, kerinduan, kenangan, rayuan, narsisme atau … “perjuangan”.

Toh tidak sepenuhnya (atau tak semuanya) kami omong kosong. Ada yang melihat kemasyhuran sebagai tujuan. Banyak yang melihat blog sebagai alat — yang terkadang dilupakan — untuk memperbaiki kualitas dan mengembangkan pilihan-pilihan baru, dalam bacaan.

Tapi benar: blog memang bukan benda suci. Setelah beberapa bulan [haiyah] menekuni soal ini, akhirnya saya menyadari juga bahwa blogisme sebenarnya termasuk soal “kewajiban”.

Blogisme pada akhirnya adalah kemampuan untuk menjawab sebuah tantangan, bagaimana mengisi halaman Write yang kosong.

Tidak jauh dari itu. Tidak jauh lebih luhur. Halaman kosong tiap hari harus diisi. Maka, blogger pun keluar rumah. Dia menyimak ke sana, menyidik kemari: mencari bahan posting.

Mungkin juga dia tak ke mana-mana, hanya mendekam di kamar kos, seraya berharap induk semang lupa menagih sewa bulanan.

Beruntunglah dia jika suatu peristiwa yang dramatis terjadi. Mungkin sebuah adegan percintaan. Mungkin juga sesuatu yang remeh-temeh.

Dia tinggal tulis semua itu dan halaman kosong yang menantinya di PC atau laptop yang menganga putih seperti liang hantu, bisa segera terisi.

Bagaimana bila tak ada apapun yang didapat?

Saya kira blogger ndak akan kewalahan. Mereka ndak akan kurang akal. Bahkan ketika tak punya apa pun, mereka bisa menulis kata “kosong” atau sekadar secuil titik dan koma di layar.

Para blogger memang tak bisa sepenuhnya dikatakan makhluk mulia: selalu menulis yang baik-baik saja. Kami kadang bergunjing tentang ini dan itu. Sebuah omong kosong tak bermutu dan tiada berfaedah.

Soalnya, cukup banyak orang yang tak puas menghitung semut di dinding dan membaca ramalan cuaca di negeri tropis: besok hujan atau banjir bandang.

Dalam sebuah omong-omong yang sering diselingi menguap, kita suka mengharapkan seorang tamu lain tiba-tiba muncul, dari langit.

Menunggu Godot, seperti dalam drama Samuel Beckett, adalah menanti dengan percakapan panjang yang datar. Suatu situasi yang terasa sia-sia.

Maka, bagaimanapun, blogisme bukanlah sesuatu yang datang menunggang kabar buruk belaka. Blogisme hanyalah bertemunya keinginan kita yang wajar ini: mengelakkan hidup sebagai menunggu Godot.

Tapi bukankah blogisme juga mencemaskan?

Benar. Blog bisa berpengaruh sekali. Tulisan yang tersebar bisa menghasut. Pendapat khalayak ramai bisa terbentuk. Dan seseorang dirugikan.

Tapi marilah kita selidiki sejenak. Perlukah kita cemas bila yang dihadapi hanya sebuah blog dengan jumlah pengunjung harian beberapa puluh orang saja — seperti blog ini — sementara kita hidup di negeri yang penduduknya, katakanlah, 220 juta?

Mungkin perlu. Tapi itu berarti kita ini mungkin sudah tak bisa lagi membedakan, sebuah tulisan yang menyakitkan hati belum tentu berarti sebuah tulisan yang mengacau negeri (dan kedudukan).

Sekian dan terima kasih. Wassalam …

§ 34 Responses to Blogisme Pecas Ndahe

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

What’s this?

You are currently reading Blogisme Pecas Ndahe at Ndoro Kakung.

meta

%d blogger menyukai ini: