Sumbangan Pecas Ndahe

Maret 13, 2008 § 33 Komentar

Ide dan niat baik tak selalu menghasilkan yang baik-baik juga. Lihatlah dari cara mereka menutup separuh jalan dengan palang kayu dan drum bekas hanya demi membuat para pemakai jalan melambat, lalu melemparkan selembar rupiah atau segepok koin.

Saya paham mereka cuma mau minta sumbangan untuk membangun sesuatu. Ide dan niat sih, luhur. Tapi, saya kok ndak sreg ya dengan cara-cara seperti ini.

Sepertinya mereka mengabaikan keselamatan mereka sendiri dan pengguna jalan lain. Mereka seolah tak peduli hak orang lain.

Bayangkan seandainya tiba-tiba ada kendaraan yang hendak menyalip, tapi tak melihat ada palang kayu yang menyita badan jalan itu.

Apa yang akan terjadi? Tabrakan? Boleh jadi.

Kenapa ya mereka harus memilih cara seperti itu? Bukankah ada banyak cara lain untuk melaksanakan misi yang suci tanpa harus melanggar hak atau membahayakan jiwa orang lain? Bukankah keselamatan mestinya dinomorsatukan ketimbang kehendak menyumbang? Ah, sangat Indonesia sekali …

Menurut sampean bagaimana, Ki Sanak?

§ 33 Responses to Sumbangan Pecas Ndahe

  • Gage Batubara berkata:

    ahh.. biasa itu ndoro.
    jagoan kampung, mo ngapain aja di kampungnya terserah dia!

  • gRy berkata:

    Membahayakan…!!!

  • GuM berkata:

    kalau mereka bisa memanfaatkan situasi, njenengan juga bisa memanfaatkan mereka pak.

    berenti aja 10 meter sebelum mereka, trus pasang drum sendiri. lumayan kan?
    :p

  • kw berkata:

    kurang kreatip mereka. nyari gampangnya saja.

  • fahmi! berkata:

    membahayakan, dan memalukan. memalukan.
    kalo aku jadi komandan polantas wes tak obrak itu… bubar! bubar!

  • didi berkata:

    abis jarang yang mau nganterin sumbangannya sih. kan lupa, oiya lupa. kan banyak keperluan lain, oia banyak keperluan. yang penting kan niat, oia kan orang penting.

  • guntur berkata:

    pake jaring ikan ya ndoro?
    kata temenku,”wooo, golek iwak kok ning tengah ndalan!”

  • Nazieb berkata:

    Yah jalan itu kan punya mereka.. Kan mereka yang mbayar pajak buat bikin itu, yang usung-usung, yang ngaspal, delele…

  • adipati kademangan berkata:

    ngemis kere. titik

  • blog bocor berkata:

    yah…itulah endonesa…

  • annots berkata:

    kalau seorang ndoro yang lewat trus berhenti dikiranya mau ngasih uang kertas segede koran (jadi tinggal motong2 sendiri) eh lha kok ini, berhenti cuma mau ngambil foto, tiwas penjaganya Ge-eR duluan.

  • sarah berkata:

    Iya tu looh, sumbangan di tengah jalan pake plang begitu merepotkan pengguna jalan, apalagi arus kendaraan yang lalu lalang, kan bisa timbul halHal yang gag di inginkan. Setujuuuu ndoroo..!

  • Suwahadi berkata:

    Knapa ndak seluruh lebar jalan aja yang ditutup ? πŸ˜€

  • andrias ekoyuono berkata:

    kalo di DKI sepertinya dah dilarang jaman gubernur Sutiyoso dulu kan ? dan dia memberi solusi kalo butuh dana untuk bangun fasilitas umum (misal tempat ibadah) disuruh minta ke pemda, katanya minta sumbangan di tengah jalan itu membahayakan dan malu2in. Gak tau kalo sekarang ya.
    btw, jalan dimana-mana rusak, sepertinya jadi bahan enak untuk nyari sumbangan, kemana ahlinya jalan nih ?

  • detnot berkata:

    ciri khas negara kita ndoro

    *sebaiknya di lestarikan sahaja :mrgreen:

  • Silly stupid berkata:

    bagaimana kalo kita mulai meng-educate (hallah bahasa inggris lagi… 😦 ) masyarakat dengan mulai dari diri sendiri.

    kita turun, trus kasih amplop (jangan amplop kosong yach, situ mo digebukin orang sekampung???)… trus bilangin baik2 kalo cara seperti itu selain membahayakan diri sendiri, juga membahayakan pengendara yang mungkin lewat situ pada malam hari… khan lebih bijaksana dan lebih nancep tohhh….

    seperti kata AA Gym, 3M… mulai dari diri sendiri, mulai dari hal2 yang kecil…. dan MELIHAT KE KIRI DAN KANAN kalo mo nyeberang… πŸ™‚

  • antobilang berkata:

    eh kayaknya bagus deh kalo petugas pajak pake cara macem ini, nagih di jalanan :))

  • suprie berkata:

    ah iya malu2in, dananya juga kadang gak jadi buat benerin jalan, ini juga *mungkin* gara – gara masyarakat cape nunggu pemerintah yang gak jadi – jadi benerin jalan

  • iqranegara berkata:

    minta sumbangan = ngemis
    peminta sumbangan = pengemis

  • liemz berkata:

    cuma ada di indonesia…
    kreatif naming semprul.

  • edrat berkata:

    Menyumbang seharusnya dilandasi oleh niat baik, kalau seperti itu kan “agak dipaksakan”…dan kenapa mesti menutup setengah jalan?

  • merahitam berkata:

    Yang bikin heran ya Ndoro…Waktu saya mau ke Kuningan tempo hari itu, kok ya peminta sumbangannya buaaannnyaaakkk banget, tiap 5-10 meter ada loh. Saya jadi mikir, apa ya mereka itu pada nggak kerja ya? Kok pada mintain sumbangan di jalan. Apa jangan-jangan itu mata pencahariannya mereka?

    *ngelus dada…Aduhhhh…Kok jadi berburuk sangka ya

  • mayssari berkata:

    mau pakai cara apalagi? Datengin ke rumah2 dan perusahaan2 pasti diusir dan diomel2i. Mau mengemis? Buat pembangunan kok ngemis. Mau ke pemerintah? Yang bener aja ndoro… mereka yang miskin aja gak digagas, apalagi yang mau mbangun………
    ya sudah, biarkan mereka cari cara sendiri….
    daripada tidak….

    ini pendapat saya lho ya…

  • kopisusu berkata:

    Lha itu…yang berdiri pake tutup muka, bukannya Ndoro to ? kekekeh….

  • funkshit berkata:

    itu klo mau bayar situ harus pake karcis

  • kidtonk berkata:

    itu yang minta sumbangan di gaji nggak ya?
    seharian di tengah jalan..

  • Totok Sugianto berkata:

    kalo gak salah pembagianya adalah 60 : 40
    60 buat pencari dana
    40 buat mbangun sesuatu itu
    makanya mereka berani mati walau malang jalan sak kepenak udele dewe

  • iman brotoseno berkata:

    bayangkan suatu saat para ‘ preman sumbangan ‘ itu ,menjadi politikus, anggpta DPR, partai, pejabat pemerintah…

    * setoran wajib !

  • Nugroho berkata:

    Pas dengan Cuplikan piusi Lurahe Emha Ainun Najab:
    ………………………….

    Bahkan masjid-masjidmu, yakni rumah-rumah suciKu
    Kalian pakai untuk menendangku
    Sebagian dari kalian membangun rumahKu dengan sisa-sisa uang perampokan struktural
    Sebagian dari kalian menegakkan rumahKu dengan biaya hasil mengemis-ngemis di tengah jalan

    Kalian mengemis atas namaKu,
    Kalian melantikku sebagai Sang Maha Pengemis
    Di masjid-masjid kalian tertulis : Allah yang Maha Fakir Miskin.
    Oleh karena itu setiap orang perlu menaruh rasa belas kasihan kepadaKu
    Dan jika datang seorang koruptor membereskan semua pembiayaan masjid itu,
    dialah yang kau puji-puji dan kau sanjung-sanjung

  • bad sector berkata:

    sok sangar tapi ngisin-isini …

  • wieda berkata:

    iyah yah…..begitu masuk jawa barat…sumbangan disetiap kilometer….mesjid lah, jalan lah….

    koq gitu seh? bikin macet aja…dan speaker nya?? wuihhh

  • kabul berkata:

    kasihan. kalo dia tahu gimana caranya nyari uang triliunan rupiah, tentu dia gak ngemis bermodal 2 tong begitu. kalo pas ketemu mereka itu, kasih tahu ke mereka agar berguru kpd pengemplang BLBI atau tanya ama mas UTG. wuakakakakakak

  • Hanny berkata:

    Tujuannya sih ga salah.. yang salah itu cara minta nya.. Terkesan maksa dan kok preman sekali ya?
    Mungkin harus lebih ditertibkan lagi…

    Anyway, salam kenal buat ndorokakung yang terkenal ini, hehehe πŸ™‚

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

What’s this?

You are currently reading Sumbangan Pecas Ndahe at Ndoro Kakung.

meta

%d blogger menyukai ini: