Dee Pecas Ndahe

Juli 17, 2008 § 61 Komentar

Dewi Lestari (Dee) memutuskan tali pernikahannya dengan Marcell. Aha, sampean pasti sudah tahu itu. Saya ndak mau mengulang cerita basi yang sudah habis dikunyah-kunyah infotainment.

Saya juga bukan hendak bergunjing di sini atau mengomentari perceraian mereka. Menikah dan bercerai itu urusan mereka, bukan urusan saya. Lah wong saya ini kenal pun tidak.

Saya hanya hendak mengajak sampean ikut membaca penjelasan Dee tentang perceraiannya.

Narasi Dee sungguh rapi dan enak dibaca kendati kebenaran yang dia tuturkan begitu pahit. Dee, seperti dalam beberapa tulisannya yang lain, memamerkan kemahirannya menyusun kalimat dan kata.

Saya sungguh terpesona oleh gayanya bertutur yang mengalir lancar, penuh dengan kalimat-kalimat yang mencengangkan, dan layak kutip, seperti misalnya:

Hidup punya masa kadaluarsa, hubungan pun sama. Jika tidak, semua orang tidak akan pernah mati dan semua orang tidak pernah ganti pacar dari pacar pertamanya.

Kali lain, Dee menulis …

Cinta bukanlah dependensi, melainkan keutuhan yang dibagi.

Tsaaaah …

Membaca uraian Dee seperti menikmati musik-musik balada, ada kepedihan sekaligus optimisme, juga keteguhan. Dia bahkan terlihat sangat ikhlas menjalani salah satu momen hidupnya yang pahit.

Saya tidak berdagang dengan Tuhan. Setiap detik dalam hidup adalah hadiah. Setiap momen adalah perkembangan baru.

Bacalah bagian-bagian lain dari penjelasan Dee. Siapa tahu sampean beroleh pelajaran darinya. Agar sampean tak kaget-kaget melakoni hidup yang penuh tikungan mengejutkan.

Tagged: , , , , ,

§ 61 Responses to Dee Pecas Ndahe

Tinggalkan Balasan ke gungde Batalkan balasan

What’s this?

You are currently reading Dee Pecas Ndahe at Ndoro Kakung.

meta