Aljazeera Pecas Ndahe
Juli 3, 2009 § 62 Komentar
Aljazeera menayangkan dokumen rahasia dari seorang ahli geologi yang menunjukkan di mana letak kesalahan teknis dan prosedur dalam insiden luberan lumpur di Sidoarjo. Bom waktu yang siap meledak atau barang dagangan para makelar kasus?
Hiruk-pikuk kampanye pemilihan presiden benar-benar menyita perhatian publik. Iklan-iklan mereka membombardir mata kita setiap hari. Berita-berita tentang aktivitas kampanye tiga pasang calon presiden memenuhi halaman-halaman media cetak setiap hari. Isi siaran berita di media elektronik pun sarat dengan kabar tentang kampanye capres. Nyaris tak ada ruang lagi untuk, katakanlah, isu lain seperti nasib korban lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur.
Publik pun seolah sudah melupakan penderitaan para korban lumpur. Tiga tahun setelah rumah, tanah, dan sawah penduduk Sidoarjo terendam lumpur, hingga sekarang belum jelas benar siapa yang seharusnya bertanggung jawab. Berkas kasus itu bolak-balik terus antara kepolisian dan kejaksaan entah sampai kapan. Dan semua orang pun bagaikan tersihir oleh pesona aksi para calon presiden.
Semua?
Tidak! Jaringan stasiun televisi Aljazeera tak ikut-ikutan larut dalam eforia pemilihan presiden Indonesia. Tanpa banyak diketahui khalayak dalam negeri, Aljazeera malah menerbitkan sebuah dokumen yang berhubungan dengan lumpur Lapindo pada 17 Juni 2009. Dokumen itu tersaji dalam format PDF.
Dokumen berisi laporan seorang ahli geologi yang menginvestigasi insiden ledakan sumur Banjar Panji 1 yang mengakibatan lumpur menyembur tanpa henti hingga sekarang dan menenggelamkan sebagian kawasan Sidoarjo. Google juga masih menyimpan tembolok dokumen dalam format html di alamat ini.
Apa bagian terpenting dari isi dokumen itu?
Dalam dokumen itu disimpulkan bahwa:
- Lapindo Brantas, Inc. as the Operator of the Brantas Block in East Java planned and drilled the Banjar Panji No. 1 Well. The well was spudded on 9 March 2006. After drilling to 9,297 feet and reaching the Kujung formation, lost circulation was encountered. An attempt was made to pull the drill string out of the hole. A kick was taken when the bit was at 4,241 feet. An underground blowout occurred and subsequently created an above ground blowout.
- Primary causation of the blowout was due to numerous operational mistakes as well as errors andomissions. Lapindo violated its own Well Plan by failing to install casing at 6,500 feet and also at 9,000 feet. The installation of either casing string, with a proper cement job, would haveprevented the kick and subsequent blowout.
- The kick taken with the bit at 4,241 feet was incorrectly diagnosed and handled by Lapindo. Several attempts were made to kill the flow before Lapindo turned its focus to the stuck pipe.These kill attempts were nearly successful at killing the underground blowout that had developed. It appears that Lapindo did not have the technical competence to recognize that its pumpingoperations would likely be successful at killing the underground blowout if they had continued.
- The numerous errors and omissions by Lapindo in causing the Banjar Panji No. 1 blowout can beconsidered as negligent, grossly negligent and/or criminally endangering the lives of the crew and surrounding residents as well as endangering the environment.
- Lapindo bears the sole responsibility for the blowout.
Kesimpulan itu didukung oleh sejumlah data dan gambar yang dilampirkan dalam dokumen setebal 63 halaman. Saya sempat terhenyak ketika membaca dokumen itu di situs Aljazeera. Apa yang disebutkan dalam dokumen itu terlalu meyakinkan untuk disebut mengada-ada. Dan, ini yang penting, dokumen itu belum pernah dipublikasikan.
Entah bagaimana kesahihan dokumen itu. Saya terus terang ndak tahu. Biarlah orang lain yang melakukan investigasi dan memverifikasi data itu. Mungkin sampean, barangkali Pakde Rovicky si pendongeng geologi itu, atau … yah, siapa sajalah.
>> Selamat hari Jumat, Ki Sanak. Semoga hari ini sampean masih bersimpati pada para korban lumpur Lapindo.
hayoooo… mari kita tunggu pernyataan pakde rovicky. π
Kalo pemilu pilpres kelar, pasti bakalan rame lagi untuk kasus ini.
Thanks Ndoro untuk informasi dokumen ini π
kesimpulan yang bagus… cemerlang π
Mari kita ramaikan untuk tau kinerja para presiden terpilih dan juga BAGI TRAFFIC BLOG kita
ncen ngeri kie nek wes calon pemred majalah tempo penerus toriq hadad ;))
Hehehe makasih informasinya Ndoro, langsung kusimpan PDF nya tadi π
Btw, entah kenapa kok setelah mbaca postinganmu ini (dan sebagai pengantar sebelum membaca PDF) aku jadi ingin mbuka Jakarta Social Blog yang sering menampilkan sosok anak–anak Bakrie yang cantik-cantik dan tampan-tampan itu π
wih, lapindo undercover nih ndoro, btw boso inggrise ra mudeng ndoro coba coba di translate sama mbak gugel hasile gini:
1. Lapindo Brantas, Inc sebagai operator di Blokir Brantas di Jawa Timur yang direncanakan dan bor-boran Banjar Panji No 1 Well. Sumur spudded adalah pada tanggal 9 Maret 2006. Setelah pengeboran ke 9.297 kaki dan mencapai formasi Kujung, hilang sirkulasi yang dihadapi. Upaya telah dilakukan ke tarik drill string dari lubang. J kick diambil ketika sedikit ada di 4.241 kaki. Underground blowout yang terjadi dan kemudian membuat blowout di atas tanah.
2. Utama dari hal menyebabkan blowout terjadi karena berbagai kesalahan operasional serta kesalahan andomissions. Lapindo dilanggar sendiri oleh Well Rencana gagal memasang casing pada 6500 kaki dan juga pada 9.000 kaki. Instalasi baik casing string, dengan benar semen pekerjaan, yang akan haveprevented setelah kick dan blowout.
3. Kick yang diambil dengan sedikit di 4.241 kaki adalah salah didiagnosis dan ditangani oleh Lapindo. Berbagai upaya dilakukan untuk membunuh arus Lapindo sebelum berpaling fokusnya ke terjebak pipe.These membunuh upaya yang hampir berhasil membunuh yang underground blowout yang telah dikembangkan. Nampaknya Lapindo tidak memiliki kompetensi teknis untuk mengakui bahwa pumpingoperations justru akan sukses di underground blowout yang membunuh jika mereka terus.
4. Berbagai kesalahan dan kelalaian oleh Lapindo di Banjar Panji menyebabkan No 1 blowout dapat beconsidered sebagai lalai, terlalu lalai dan / atau hukum pidana membahayakan kehidupan para pekerja dan penduduk sekitar serta membahayakan lingkungan.
5. Lapindo bears yang bertanggung jawab untuk blowout.
upaya yang bagus untuk mentranslate kan π tp kok malah amburadul ya
malah jadi pusing..
intinya Lapindo Blowout gitu ya?(tuingggg….:P)
Ndoro, sebagian kesimpulan di atas bukannya sudah “rahasia umum” ya? Investigasi terakhir oleh tim geolog AS kan memang sudah menyimpulkan hal itu?
Saya belum baca dokumen lengkapnya sih.
sebagian memang sudah diketahui, tapi yang menarik dari dokumen itu adalah pembuktian letak kesalahan teknis dan prosedur … dan sesuatu di balik beritanya. ah yang ini mah bukan konsumsi publik … π
Semua teman yang kerja di Perminyakan akan meng-amini dokumen ini.
Kurang bukti apalagi sih? Rasanya ilmu pengetahuan diinjak-injak di negeri ini.
*saya emosi :((
kenapa di negeri ini gakpernah ada yang sampai tuntas.
kenapa ya website http://www.nealadamsservices.com gak bisa diakses?
melly, hilangnya website itu adalah salah satu bagian yang menarik ditelusuri π
waduh…kok peneliti kita malah tidak tahu masalah yang penting begitu padahal sudah pakai dana APBN gede buat mengatasi masalah lapindo…..
sudah dipublish di TV Indonesia Belum ya
wah, bakal rame nih kalau benar-benar terkuak
donlot!! π―
*nunggu postingan Pakde Rovicky*
*mantengin milis oil&gas*
Hmm, menunggu berita ini masuk ke media mainstream….berapa lama ya? π
mmm.. jauh banget aljazeera nyari beritanya ampe ke sidoarjo, hehehe
http://sephtian.blogspot.com
di banten juga muncul semburan gas…
Fitnah lebih kejam daripada yang tidak memfitnah… Sok atuh dibuktiin kalo emang bener…
Ndorokakung: Aljazeera Pecas Ndahe…
Hiruk-pikuk kampanye pemilihan presiden benar-benar menyita perhatian publik. Iklan-iklan mereka membombardir mata kita setiap hari. Nyaris tak ada ruang lagi untuk, katakanlah, isu lain seperti nasib korban lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur.
Da…
wah.. jadi pengen tau gimana dokumen itu bisa sampe ke aljazeera, sementara tipi lokal koq malah ga tau sama sekali..
temen sayah yang kerja di halliburton, bercerita.
bahwa orang-orang Lapindo itu lebih penting ngirit di awal, tapi gak mikir jangka panjang..
Lha ada kesimpulan dari para ahli geologi dunia saja, polisi tak percaya, apalagi dokumen dari aljazeera. Tak heran, penyidikan soal tindak pidana semburan lumpur itu seperti kentut, bauk dan gak jelas. Mungkin abis pilpres kasus pidananya SP3 kali ndoro…
lapindo cen sing salah, kudu diukum
Mbok diterjemahkan Ndoro, saya khan ndak pinter basa enggres
OMG… kalo berita ini memang benar, para petinggi Lapindo bakal benar2 Pecah Ndase π
Hhmm..Kok bisa sich Al Jazeera juga tahu dan ikut2an….
semoga besok ada koran lokal yang memuat berita itu
knapa ndak di tempo saja ndoro π
kan banyakan orang yg baca koran daripada mbukak internet *apalagi blogwalking*
apalagi nonton aljazeera
waah…sungguh memprihatinkan nasib korban lumpur ini. saya sering lewat di jalan poros porong..kadang sesekali saya naik ke tanggul, memandang lautan lumpur itu. berjuta kenangan tenggelam disitu, rumah, harta dan semua telah lenyap.
Lha khan lapindo itu pnya orang penting di negeri ini Juragan Ndoro…
Makanya ditutup-tutupin..
Orang Penting ini pula yang menjadi penyandang dana dalam kampanye 2004..
Makanya kasus ini dikubur rapat-rapat…
Inilah kehebatan Penguasa negeri kali ini..
Menutupi isu satu dengan isu yang lainnya..
bahasa kerennya pengalihan Isu gitu Gan..
http://celotehanakbangsa.wordpress.com/2009/07/03/tim-sukses-sby-boediono-putus-sepihak-order-kaos/
cuma bisa komentar :
inilah indonesia…
Ada yang menarik tentang jilbab :
Head Scarf, or Jilbab, Emerge as Political Symbol
http://www.nytimes.com/2009/07/03/world/asia/03jilbab.html?_r=1
Dodolan dokumen sedang marak ndoro
Sekadar tambahan untuk lihat reportase Al Jazeera di You Tube:
Ketoknya ora ngapusi iki yen didelok-delok isi dokumennya π―
ndoro π
nyuwung tulung mbok di transletke sisan π
*ngowoh*
wah, ini yang kemarin saya cari ndoro…^_^…V
Lha kok yang mengungkap malah Al Jazeera. Pers kita ke mana?
pers kita sedang terbius dengan hingar bingar pilpres π
Duh…, mung marake emosi…
bener-bener ngenes, safety-nya gak diperhatikan, keselamatan kerja dan pekerja diabaikan..
Capres capres itu sepertinya gak pernah noleh dan melek untuk masalah yang supersulit ini…
bingung ra paham. heehee..
ndoro,hebaaat.
muddy lapindo.ini lah masalah yang siap menanti para capres.
Introduce me Iβm harry
hello my friends is my first time to visiting here, wow ur blog is very good and ur articles is very awesome, i’m glad to be here for read it. thanks for share anything. is a place to learn something
kasihan korban lumpur lapindo yang sekarang mulai digeser namanya jadi lumpur porong. Pihak lapindo mau lepas tangan neh……..
wogh… lapindo ndak ada habisnya… ya tapi toh, mau siapa yang salah dan bagaimanapun, nasib orang2 yang ada disana gimana… π
*menunggu berita ini masup tipi*
wah konspiratif banget. hehe. salam kenal mas
ndoro, sok atuh di-blow up di KorTem. Atau, investigasi yg di majalahnya π
pers kita mungkin gak mau mengekspos berita itu takut dituduh dan kena kasus ‘pencemaran namabaik’
Mudah2an media di Indonesia (termasuk Koran Tempo) segera memberitakannya,
sehingga pihak Lapindo
Ya gimana ya… Mbahe Lapindo dan Freedom Institute kan sama.
Apa hubungannya coba?
Aduh Ndoro…
saya ga mudeng…
Ga ngerti bahasa Jowo…
Tidak hanya masyarakat yang perlu dicerdaskan. Tapim juga media dan para pelaku media. Larut dalam sebuah tren atau euforia membuat media menjadi mandul, tak berjarak, dan tidak kritis lagi. Nuwun Ndoro! π
ujian pertama bagi siapapun presiden yang terpilih
mungkin dana kampanye semua pilpres kalau dikumpulkan bisa menghentikan semburan lapindo dan memperbaiki semua nasib para korban
Matur suwun, Ndoro. Saya sudah kontak ke salah satu pakar Geologi di Jogja untuk memberikan tanggapannya. Nanti kalo sudah ada tanggapan, saya muat di blog saya dan saya link-kan ke artikel ini.
Ijin kopas ndoro….
Ijin kopas Ndoro…