Influencer Pecas Ndahe
November 30, 2009 § 66 Komentar
Beberapa kawan kerap bertanya, bagaimana mencari blogger yang bersedia diajak membantu kampanye pemasaran sebuah produk atau event secara daring (online)? Di manakah gerangan mencari mereka?
Sampean mungkin tertawa mendengar pertanyaan itu. Barangkali juga maklum. Mereka yang bertanya seperti itu memang teman-teman saya yang bekerja sebagai konsultan humas atau pemasaran dari pelbagai perusahaan. Kebanyakan di antara mereka nyaris tak pernah sama sekali berurusan dengan media sosial. Mereka memang punya account di Facebook, tapi tidak di Twitter. Blog pun hanya mereka kenali tapi tak mereka punyai.
Ketimbang menjawab satu per satu, mending saya tuliskan saja di sini. Siapa tahu sampean juga bisa mengambil manfaatnya. Tapi jangan dikira saya sedang berganti haluan menjadi ahli pemasaran, konsultan humas, atau ahli media sosial. Sama sekali bukan. Saya hanya ingin berbagi sedikit pengetahuan yang saya dapat dari sana-sini. Jangan khawatir, saya tak sedang merebut ladang siapa pun, hihihi …
Nah, kalau mau mencari mitra untuk menjalankan sebuah kampanye pemasaran di ranah media sosial, sampean harus memisahkah lebih dulu dua kelompok orang: audiens dan influencers. Jadi bukan semata-mata mencari blogger atau narablog.
Audiens atau khalayak adalah orang-orang yang menjadi sasaran kampanye, calon pembeli potensial, klien, atau pelanggan. Mereka mungkin jarang berurusan dengan media sosial. Barangkali juga, mereka ini tak memiliki banyak pengikut atau mengikuti seseorang di ranah Twitter.
Influencers adalah para pemimpin informal di ranah digital. Orang-orang yang suaranya didengarkan dan diikuti. Masing-masing memiliki satu batalion pengikut. Semacam kepala suku. Kelompok seperti mereka ini sangat aktif di jejaring sosial mana pun dan bercakap-cakap dengan begitu banyak orang (audiens). Merekalah titik penting dari mata rantai penyampaian sebuah pesan. Sampean harus melibatkan mereka jika ingin berhasil menggemakan sebuah kampanye.
Ada dua cara untuk mencari dan mengajak para influencer bekerja sama. Caranya, temukan media sosial tempat mereka paling sering beraktivitas, atau carilah individu yang memang sudah dikenal sebagai influencer, lalu dekati mereka satu per satu.
Jurus pertama itu juga dikenal sebagai teknik “memancing di tempat ikan berkumpul”. Teknik ini dilakukan dengan mengenali perilaku-perilaku atau kebiasaan yang menunjukkan bahwa seseorang sangat paham tentang sesuatu dan sangat aktif menggunakan sosial media. Sesuaikan pesan sampean dengan perilaku atau kebiasaan mereka itu.
Jika sampean rajin mengamati Twitter, misalnya, maka sampean akan mengetahui bahwa seseorang bernama Ivan Lanin selalu mengirimkan pesan yang berkaitan dengan pelajaran bahasa Indonesia. Sampean bisa menganggap Ivan sebagai “tokoh” bahasa Indonesia. Kalau kampanye produk sampean berhubungan dengan bahasa Indonesia, maka Ivan Lanin adalah orang yang cocok dijadikan influencer.
Saya lihat para pengguna media sosial, khususnya Twitter, memiliki kecenderungan berbagi dengan meneruskan isi/pesan yang dianggapnya menarik kepada orang lain. Di ranah Twitter, cara ini dikenal dengan istilah retweet (RT). Kecenderungan itulah yang kemudian memicu sebuah pesan (keyword) menjadi trending topic di Twitter. Katakanlah #mbahsurip, #indonesiaunite, dan #indonesiabanget.
Sampean juga dapat menemukan siapa sajakah yang disebut sang “raja hutan” di Twitter dengan tools yang disediakan situs-situs seperti Twitter Grader atau Klout. Sampean tinggal memasukkan username seseorang di Twitter di kolom pencarian, dan dalam sekejap tools itu akan menunjukkan posisinya. Apakah dia benar-benar seorang influencer atau bukan.
>> Selamat hari Senin, Ki Sanak. Selamat berburu para “raja hutan”.
Pilihan lain ya mas, drpd ngurusin adsense.
ivan lanin yang berfoto mesra dengan si duta wikipedia itu ? *ngacir*
Semua ukuran itu tetap harus disertai pemahaman terhadap brand personality dan brand charcteristic oleh si pemasar maupun orang yang pengin jadi influencer. Di era media sosial ini (halah!), banyak orang ingin tenar supaya jadi influencer, dan mendapatkan manfaat ekonomis, tapi tak semuanya mendapatkan jalur yang cocok. Di sini lain ada juga yang berpotensi jadi influencer untuk hal tertentu tapi yang bersangkutan cuek (baca: nggak minat), bahkan terhadap personal branding sendiri pun tak peduli. Itulah seninya. Namanya juga kehidupan sosial. 😀
Paman,
saya mau minta tolong sama sampeyan, jualin dagangan saya. Saya japri yah..
*ngikik*
@nonadita: Minta tolong ke Dik Wi saja. 😀
Paman,
kalau itu tinggal pinter2nya di agen buat membujuk di influencer cuek yang gak ngrasa jadi influencer. Influencer yang lain mungkin harus pake duit meteran, sementara yang lain mungkin cuma butuh seni membujuk secukupnya. iPhone cukup satu, laptop cukup dua. Hahahaha.
Wah ini pemasar jitu. Kayak Dik Wi: paham ego orang. 😀
Ayo semangat !
Siapa menyusul jadi influencer?
bisa jg pake http://tweetlevel.com tu pak.
lah, ndoro raja hutan juga bukan? 😛
woalah.. mbok saya diajari dong jadi influencer, ndoro..
saya ngefans lho sama ndoro..
@tika: lha kamu kan termasuk influencer meskipun sering influenza? 😀
Influencer yang pasti bukan orang yang membawa virus influenza, Ndoro 🙂
Anda termasuk influencer, i think…
Kalau influencer itu sering kehujanan kali ya?
He3x,kalau saya cuma penggembira saja sepertinya..
😀 😀 😀
berburu raja hutan, takut ah !! pa lagi abis liat video harimau makan orang, ngacirr
Tidak sedang merebut ladang siapa pun tapi posting bold Gemini, hehe…
ndoro has his own field. 😛
duitnya sudah karungan*cegat busway*
Tapi kadang jadi males baca posting yang ada hubungannya ama promosiin sesuatu, ketauan pesenan. Hahahaha… Tapi perlu juga ya bantuin baca, supaya teman-teman blogger yang dititipi pesan dapat pemasukan. Siapa tahu kalau ketemuan bisa ditraktir XD
Yang mau ngajak kerjasama sama aku, mesti sabar sampai aku jadi influencer!
Kalo pengaruhnnya positif ga apa-apa 😀
Dagang dengan elegan hehehe
kalo saya mah..promosi blog aja. itu juga promosi sendiri…
sependapat dengan paman. brand harus jeli, mana influencer yg bisa mendatangkan “keuntungan”, mana influencer yg cuma punya pengikut fanatik tapi tidak potensial.
Mau dong punya pengikut fanatik… Kali-kali bisa bikin partai 🙂
raja hutan? asal jangan raja singa aja 🙂 siapa yah si raja hutan, ntar kita cari-cari duluu..
[…] ever entertaining Wicaksono, aka Ndoro Kakung, has written a post (below) that captures the gold-rush fever atmosphere among marketing […]
Paman bener banget, ga semua influencer mau manfaatin ketenarannya untuk kepentingan ekonomi, yang cuek juga banyak, pinter2lah si pemasar kalo mau deketin..hihhiihi..
Untuk pengguna twitter gak susah untuk cari influencer. Banyak toolsnya. Lebih detil Ndoro bisa merekomendasikan orang2 humas atau PR itu untuk membeli buku saya ttg Twitter | Plurk *jualan mode* http://media-ide.bajingloncat.com/2009/11/26/twitter-plurk-%e2%80%93-mengenal-ranah-microblog-indonesia/
Yang lebih susah adalah mengkuantifisir popularitas sebuah blog. Meskipun demikian saya sempat menghitung rata2 est page view, est visitors, page rank, dll, dan dari hitungan est rata2 itu, tahukah kalau blog ndorokakung.com ini masih kalah populer dibandingkan blognya bayumukti.com dan jokosusilo.com? 😀
blog ini kan emang gag populer pit. tapi aku bahagia punya teman kamu 😀
yang over-load comment dan dan impression banyak, tapi yang punya persona dan pengaruh ngak banyak ndor. apalagi yang mampu menjadi bridge antara blogger dan kaum humas dan journalis ngak banyak
Wakakaka, jadi inget. Dulu istilah yang marak itu: blogger celeb..
hmmm, e-business memang menyiman eluang banyak. ngomong2, sampean sudah dapat klien, ndor? (mestine uwis, selain buku, ya, ndor, ya?)
saya influencer buat gembul dan zam saja,…pewaris tahta Syahkodap Foundation
@bung_iman: bukan influencer, tapi mahaguru 😀
masuknya saya ke blog panjenengan adalah bukti, bahwa saya telah ter-influence oleh panjenengan (hiks)
jualan nggak ketauan itu gmn y Ndoro? kayaknya perlu ada workshopnya ni 😀
Sebagai blogger yang blognya banyak dikunjungi & dikomentari orang, anda adakah salah satu influencer.
[…] baru saja Mas Wicaksono membahas tentang influencer dan Pak Ong membahas tentang social media di Indonesia maka nggak ada salahnya survei tentang blog […]
inflsenser itu bukan tukang sebar2 pirus flu..??
:confused:
Audiens berkomentar…
Baru nyadar.. ternyata kalau mau jadi terkenal di dunia maya tu gampang jg ya.. hehe..
makasih ya buat info nya..
sumpH Kren banget…
wah..
bener bgt nih..
kita jadi punya banyak temen dan bisa jadi terkenal juga..
gampang yah.. 🙂
wooooooooww…..spa c nih yg nulis??? ndoro kakung sopo??
saluuuuuuuuteeee….
kren bangat yy….
hehehehehe…….
era medsos memang memberikan banyak pilihan medan “promosi”
Tp dunia maya memang tak seperti dunia nyata..
wah top ndoro..sangat menggelitik
dari sini mungkin anda akan terinspirasi untuk menjadi seorang influencer??
Ndoro wes dadi influencer kan
Saya mah jadi pengikut aja deh…tapi maunya sih ya kecipratan juga gitu lho.
Coba http://webmii.com kalau mau melihat people rank.
People Rank berhubungan dengan link yang menuju ke orang tersebut.
Jadi secara tak langsung berhubungan dengan “influence”.
Selamat mencoba!
jd, kesimpulannya ndoro influencer dong? pengikut ndoro kan banyak? hihihi
*saya salah satu nya lo ndor…. :p
Kunjungi wildantipsandtrick.blogspot.com
blog trik komputer
Kunjungi wildantipsandtrick.blogspot.com
trik komputer yg up to date
iyah nih, butuh influencer bualt jualin risoles mayonnaise saya, he3
perkenalkan nama saya Agneshia, saya mahasiswi London School, batch 12.. saya mau tanya bagaimana cara membuat blog yang baik dan dapat dikunjungi banyak orang..???terima kasih banyak..
silakan melihat-lihat blog saya..di pecintamakananenak.blogspot.com
pembuat hujan??? *ambil payung takut kehujanan* 😀
saya mahasiswi stikom LSPR jkt,
saya tertarik dengan tulisan ini..
bagaimana seorang konsultan humas dapat memanfaatkan dunia blog dengan mencari blogger2 yang mau membantu dalam memasarkan sebuah produk,.
saya setuju dengan penulis yang menyebutkan bahwa Blog hanya dikenali oleh para konsultan atau praktisi humas tetapi tak mereka punyai.
menurut saya sudah saat nya para praktisi humas ini memaksimalkan ke eksistensian mereka di dunia cyber,dan alangkah lebihbaik lagi jika mereka dapat memiliki blog tidak hanya mengenali blog,dengan demikian mereka bisa belajar dengan sendirinya bahkan memjadikan diri mereka sendiri sebagai blogger2 yang dapat memasarkan produk mereka dalam situs online tanpa harus menghire blogger2 lain nya..
karena jaman sekarang ini masyarakat cenderung menyibukkan diri kedalam dunia2 cyber(online) ,sehingga segala bentuk komunikasi banyak dilakukan melalui media internet,sehingga dapat dikatakan media internet khususnya blog merupakan media yg efektif dalam menyampaikan pesan serta mempersuade masyarakat.
kunjungi blog saya.. sanishere.blogspot.com sebuah blog yang masih sangat butuh kritik dan saran dari temen2 smua..
terima kasih
Saya tertarik dengan tulisan anda mengenai
“Ada dua cara untuk mencari dan mengajak para influencer bekerja sama. Caranya, temukan media sosial tempat mereka paling sering beraktivitas, atau carilah individu yang memang sudah dikenal sebagai influencer, lalu dekati mereka satu per satu.”
dari penjelasan tersebut apakah ada cara mendekati influencer yang khusus karena masing-masing individu cenderung berbeda karakteristiknya?
terimakasih
Numpang ngiklan, hihi..
Saya mahasiswi dari London School Jakarta
Tulisan mengenai Influencer ini sangat menarik.
Memang banyak sekali yang bertanya mengenai hal tersebut terutama
bagi mereka yang terkadang kebingungan mencari orang-orang,
untuk mendukung mereka dalam berkampanye di dunia cyber
artikel ini sangat membantu sekali dan berharap banyak orang
dapat belajar dari saran yang telah diberikan.
Terima Kasih
influencer atau tidaknya seseorang bisa terukur dengan beberapa indikator
– facebook : orang tersebut posting dalam sekejap disambut ratusan komentar
– twitter : memiliki ribuan follower
– Blogger : memiliki ratusan subscriber atau pembaca via email
– profile : dilihat status pekerjaanya, jika dia seorang dosen maka dia influencer untuk ribuan mahasiswanya, jika dia seorang artis maka dia influencer untuk ribuan penggemarnya, jika dia seorang manager maka dia influencer bawahanyya
walah kok malah terkesan menggurui, mohon maaf…
siapa yang ingin jadi influencer? kerja keras dan tetap semangat !! 😀
sip….hampir saja saya mengajukan pertanyaan yang sama seperti tulisan di paragraf pertama di atas. Maksih sajian renyahnya.
wah, sip banget neh, makasiiii