Mesir Pecas Ndahe
Februari 4, 2011 § 36 Komentar
Rakyat Mesir tampaknya harus berterima kasih kepada Ujjwal Singh — dan Google. Berkat inovasi Manajer Produk Google untuk Timur Tengah dan Afrika Utara inilah pemblokiran Internet oleh pemerintah Mesir bisa ditembus. Para pengguna Twitter dapat terus berkicau tentang situasi negeri yang tengah bergejolak itu ke seluruh penjuru dunia.
Pemblokiran saluran komunikasi yang dimulai pada 28 Januari itu adalah salah satu cara membungkam suara rakyat yang menentang pemerintah Husni Mubarak. Rakyat menuntut Mubarak yang telah berkuasa selama 30 tahun mundur dari jabatannya. Mereka menggunakan, salah satunya, Twitter sebagai sarana komunikasi dan menggalang kekuatan.
Akibat pemblokiran itu, seluruh jaringan Internet di Negeri Piramida tersebut padam total. Para penggunanya tak bisa mengakses ranah mayantara. Informasi perihal demo berdarah yang sebelumnya mengalir lewat jejaring sosial, baik Twitter, Facebook, maupun Skype, pun mandek.
Bagaimana cara pemerintah Mesir memadamkan jaringan Internet? Pertama, mereka mematikan router — semacam pengatur lalu lintas data antarjaringan komputer yang masuk maupun keluar Mesir — milik penyelenggara jasa Internet (ISP), sehingga secara digital warga Mesir terisolasi.
Untuk mencegah aksi menembus penutupan Internet, pemerintah juga menutup border gateway protocol (BGP). Di Mesir terdapat 3.500 BGP. Pada Jumat pekan lalu, pukul 00.34 waktu setempat, secara serentak seluruh BGP itu tertutup. Akibatnya, pelanggan dari lima ISP terbesar di Mesir, yakni Telecom Egypt, Raya, Link Egypt, Etisalat Misr, dan Internet Egypt, tak bisa mengakses Internet.
Di tengah pemblokiran massal itulah Singh melihat ada satu celah: jaringan telepon yang dioperasikan oleh Telecom Egypt. Jaringan ini membuat panggilan lokal dan interlokal bisa dilakukan. Singh dan Google membantu rakyat Mesir dapat terus berkicau di Twitter dengan layanan Speak-to-Tweet melalui telepon.
Caranya? Untuk mengirimkan kicauannya ke Twitter, warga Mesir bisa menekan nomor (650) 419-4196, +390662207294, atau +97316199855. Pesan ditinggalkan dalam bentuk suara. Oleh server SayNow, pesan suara itu diubah menjadi sebuah kicauan yang dikirim ke situs Twitter dan diberi tanda pagar (hashtag) #Egypt.
Tak hanya membaca teks, orang lain juga dapat mendengarkan cicitan itu dengan menekan nomor yang sama. Tak perlu koneksi Internet.
Banyak pihak terbantu oleh solusi Singh. Saluran televisi Al Jazeera, misalnya, memantau lini masa bertanda #Egypt itu untuk memperoleh kabar terbaru di Mesir, lalu menyiarkannya ke seluruh dunia.
Mesir memang telah membuka kembali jaringan Internet mulai Rabu lalu. Tapi bukan tak mungkin akan menutupnya lagi. Langkah Mesir bukan tak mungkin diikuti jejaknya oleh negara-negara yang represif lainnya. Sudah selayaknya bila masyarakat sipil, di mana pun mereka berada, melakukan langkah-langkah preventif untuk mengantisipasi pemblokiran Internet.
Upaya antisipasi itu bisa dibaca di Wired. Situs ini bahkan telah mempublikasikan secara lengkap tahap-tahap persiapan menghadapi upaya penutupan akses mayantara. Tahap itu meliputi bagaimana menyiapkan skenario terburuk, cara memulihkan jaringan, memanfaatkan akses satelit, memakai jaringan radio, dan sebagainya.
Di tengah maraknya kecenderungan beberapa negara, termasuk Indonesia, yang berhasrat menguasai dan menyensor Internet, upaya persiapan semacam itu menjadi penting. Sebab, seperti kata Che Guevara, “Revolusi bukan seperti buah apel yang jatuh karena masak. Kita harus mempersiapkannya.”
Foto ilustrasi oleh Albir di Flickr.
>> Selamat hari Jumat, Ki Sanak. Apakah sampean masih mengikuti kabar dari Mesir?
Revolusi bukan seperti tahi lalat yang siap dicabut dari jidat.
hahaha.. setujuuu
[…] Tinggalkan Balasan Cancel reply […]
untung ada Google 🙂
Hidup Google…:bd
[…] This post was mentioned on Twitter by Ndoro Kakung, Andang , Moga Hikmah Ananda, Muhammad Haerunnur, thoriq ramadani and others. thoriq ramadani said: Buah jatuh tak jauh dr pohonnya,. -loh RT @ndorokakung: revolusi bukan seperti buah apel yang jatuh karena masak -che | http://t.co/NBNf25V […]
Mirip2 reformasi 99 ya
Andai iya, siapa yg bakal jd Ujjwal Singh-nya? Hehehe.
meski kadang ingin melihat sinetron tapi gelora dan kicau rakyat mesir membuat mata saya tak mau berpaling melihat kabar dari mesir.
Membuat saya ingat pada kejadian (hampir)serupa yang dulu pernah dialami oleh bangsa ini.
Hal ini juga membuat saya merasa beruntung dan patut bersyukur, sebab kita telah selangkah lebih dahulu menyingkirkan ‘barang serupa’ seperti yang sedang dilakukan oleh rakyat mesir saat ini.
meski kala itu kita tak mengawalinya dengan kicauwan digital, natanya generasi kita mampu memakasa transisi dinegeri ini kejalur yang hampir tepat.
Kita patut berbangga, dalam hal ini. Meski dalam beberapa hal lain kita tetap harus miris dan tetap berduka.
Ujjwal Singh lantas diburu dan keselamatannya menjadi terancam?
semoga mesir segera damai…:)
Nuhun Ndoro atas postingannya 🙂
sekarang saya ngikutin beritanya adji masaid ndoro
Saya kok mebayangkan seperti air yang merembes ada tanah tandus nan padas ya… teknologi bisa melewati celah2 kecil yang coba ditutup pemerintah.
Saya terus terang bosan ngikutin berita Mesir
Semoga keadaan di mesir cepat kembali pulih
Semoga keadaanya cepat kembali pulih
Menarik memang mencermati apa yg terjadi di Mesir.
Bukan hanya soal revolusi atau blokir internet, tapi juga konstelasi geopolitik antara US, Israel dan negara Islam.
Dari sana juga kita belajar bagaimana guncangan krisis pangan dan energi turut mempengaruhi batas limit kesabaran rakyat mesir.
lingkar dunia maya sebagai media informasi terbukti ampuh nggih ndoro.
utk melihat hasil2 dari @Speak2Tweet di @AliveInEgypt
Akankah peristiwa Mesir terjadi di Indonesia dalam waktu dekat ini? Mudah2an tanah air kita baik2 saja…
jejaring sosial : gerakan sosial
tjukup! jangan lanjutkan!
semoga konflik mesir cepat selesai saja..
Untunglah bangsa kita telah melewati seperti yang dialami bangsa mesir. dan semoga saja kejadian tersebut tidak akan terulang di negara kita apalagi kalau sampai menimbulkan penutupan terhadap akses internet…
Btw menurut saya sikap pemerintah Mesir dengan menutup akses internet merupakan sikap kekanak-kanakan..
salut buat singh yang bisa rakyat mesir tetap online. jd masih bisa twiteran walau udah diblokir jaringan internet.
setuju sobat!!!
Mubarak Emang Tambeng, Susah Lengser Payah…
84Pdxy AKAIK you’ve got the answer in one!
lLBElG pudsipqyuhxi
Mubarak akhirnya mundur. Teknologi tentunya memiliki peran yg lumayan besar 🙂
Dunia Digital memang udah gak bisa dipandang remeh…
Pemerintah boleh mengekang kebebasan kita didunia nyata, namun Dunia Internet tetap merdeka dan susah untuk membatasi gerak – gerik kita disana…
Ah, saya jadi kepengen nikah digital aja deh kalo gitu…hihihihihi
Setelah turunnya Husni Mubarak semoga mesir akan menjadi lebih baik.
Kasian sodara2 kita yang sedang belajar di sana menjadi terganggu.
alhamdulillah mesir sekarang dah stabil kembali, yah, walaupun sekarang harga warnetnya naik, tapi koneksi dah kembali normal..!
thanks doa doanya …!
Nice post ndoro (y)
Mari kita Berdoa untuk mesir agar cepat damai
hidup mbah goog goog
smoga smua negara dpt teknologi yg memadahi ndorrr