TOA Pecas Ndahe
Juni 6, 2011 § 70 Komentar
Siapakah bintang pasar malam sejati? Badut sirkus, pemain akrobat, penyanyi orkes dangdut yang bergoyang panas di panggung hiburan?
Buat saya, orang yang selalu menjadi bintang di semua pasar malam adalah tukang obat asongan (TOA). Dialah orang yang dengan penampilan begitu unik mampu membuat orang tertarik mendekat. Tua-muda, besar-kecil, pria-wanita, terpesona oleh orasinya yang nyaris tak pernah putus sepanjang malam.
Saya ingat, waktu kecil dulu dulu, setiap kali ada pasar malam di alun-alun, para tukang obat biasanya memakai setelan baju dan celana hitam, kaus dalam putih, serta entah kenapa selalu berkumis. Saat bekerja, dia ditemani satu atau dua asisten.
Tukang obat memakai loudspeaker TOA dengan volume yang disetel kencang untuk memanggil pengunjung berdatangan mengelilingi dagangannya. Tak mengherankan bila setiap kali tukang obat menggelar lapak, bisa dipastikan di situlah pengunjung berkerumun.
Dibantu oleh teriakan yang lantang, gaya bicara yang persuasif, tukang obat terlihat begitu meyakinkan saat berjualan. Ia bagaikan penyihir dengan mantra-mantra ajaib yang mampu menyembuhkan segala macam penyakit. Ia bak seorang dukun kawakan yang mampu menjelaskan dengan terperinci khasiat minyak oles yang dijualnya, baik untuk masuk angin, flu, pilek, demam, encok, maupun gatal-gatal.
Kita bahkan sering kali melihat selalu ada orang yang bersedia dijadikan sebagai kelinci percobaan oleh para tukang obat. Mereka seolah-olah menjadi sembuh penyakitnya setelah minum atau diolesi minyak dagangan tukang obat. Kelak saya tahu, tukang obat dan penonton itu ternyata komplotan yang bekerja sama mengecoh pengunjung untuk membeli.
Di media sosial, terutama Twitter, juga ada tukang-tukang obat seperti itu — dalam bentuk yang lain. Ada yang mengaku sebagai wartawan, petugas telik sandi, politikus, pengamat, dan sebagai. Bahkan ada mesin (disebut dengan robot atau bot) yang secara otomatis mampu merespons kata-kata kunci tertentu. Mereka tidak menjual obat atau minyak oles, melainkan percakapan, kabar, atau informasi yang dibungkus rapi — yang boleh jadi mengecoh pengikutnya.
Belakangan ini ada semacam gelombang kedatangan para tukang obat digital di media sosial. Meski tak diketahui persis, jumlahnya terlihat terus bertambah setiap hari. Saya menduga peningkatan ini karena tukang-tukang obat itu sudah tahu bahwa linimasa adalah ruang yang makin ramai. Media sosial menjadi tempat kerumunan baru, sebuah ajang di mana para imigran digital bersosialisasi: bertemu, bercakap-cakap, dan memperoleh informasi.
Bagi para tukang obat digital, media sosial seperti Twitter bagaikan pasar malam yang riuh dan cocok sebagai tempat berjualan. Khalayak diyakini bisa dimanipulasi dengan kata-kata, angka, atau data yang seolah begitu meyakinkan.
Mengapa mereka terjun ke media sosial?
Situasi politik yang membingungkan, krisis kepercayaan, dan lemahnya kepemimpinan membuat para tukang obat digital muncul untuk memanaskan keadaan. Ada pula tukang obat yang hadir sebagai penumpang gelap sekadar untuk memeriahkan pasar.
Sahihkah kicauan mereka? Tukang obat digital umumnya memakai nama akun asal-asalan atau mencomot nama entah dari mana. Mereka memang memasang foto wajah seseorang sebagai avatar, tapi tak ada yang bisa menjamin itu memang foto asli mereka. Kalau identitasnya saja meragukan, bagaimana orang akan mempercayai kicauan mereka?
Karena itu, sungguh aneh bila ada yang masih menganggap para tukang obat digital semacam dewa kebenaran. Apa pun yang mereka kicaukan dipercaya sebagai fakta tak terbantahkan. Padahal media sosial berisi signal dan noise.
Signal bisa diartikan sebagai informasi penting dan bermanfaat bagi khalayak. Noise itu semacam dengung suara lebah yang bisa diabaikan tanpa kita menderita kerugian.
Dibutuhkan pengetahuan dan kearifan untuk memisahkan sinyal dan gangguan itu jika tak ingin tersesat di rimba media sosial.
>> Selamat hari Senin, Ki Sanak. Apakah sampean sudah merasa tersesat di Twitter?
Masalah dapat merubah manusia, tapi manusia tidak dapat merubah masalah. Mungkin ini yang sedang terjadi di tengah-tengah kehidupan di masyarakat kita ya Ndoro ?
Sukses selalu
Salam
Ejawantah’s Blog
Semakin tua zaman semakin aneh
jadi kesimpulannya sama ngibuknya dengan tukang obat beneran di social media tradisional (pasar malam sekaten, dll)?
wah ada2 aja y jaman sekarang…thx y Info nya
salam kenal
Pointnya bagus banget Ndoro…kita sebagai reader atau user TL twitter harus pintar memilah yang mana berita yang aktual dan dapat dipercaya. Hari gini langsung percaya berita dari satu sumber?! Mana bisa???!!! π
mungkin pointnya, jauhi kuis hunter dan pengincar follower semata π
nice Post Nte…mang jazan sekarang dah semakin aneh2 aja
Baca dulu… baru retweet π
jadi mari kita check avatar kita masing2 π
ndoro … katanya dapet kiriman peti ?
wo alah i like it,,,suka sekali,,bagus,,bagus padahal slama ini kita menyadari hal- hal remeh temeh seperti ini,, tapi ga pernah terpikirkan untuk menulis,, π
TULISAN YANG BAGUS, MENARIK..
Wah pengamat politik yang canggih nih, mantappp…
Baru tahu kalo kependekan dari TOA adalah Tukang Obat Asongan
Kepanjangan dari TOA kali, Om. π
mantap banget nih tulisan ndoro kakung ,,,, maka qt harus pinter nyari avatar yang bagus ,,,, check avatar busana dannis ,,,, really good avatar
Wah baru ngeh nih dengan kondisi di linimasa.. Dapat pencerahan.. Thx Ndoro..
Comment pertamaku disini. Salam kenal ya,Ndoro. π
Mampir dong kerumah baruku
otak saya yg cekak ini masih sulit menyimpulkannn
Hal2 yg seperti ini sebenernya kita sendiri yg memberi ruang, sudah menjadi karakter kita apabila ada sesuatu yg mengagetkan & provokatif, maka kita akan gegap gempita mengabarkannya, lewat blog,twitter, Televisi,koran dan media lainnya, seolah menjadi sesuatu yg wajib untuk dikabarkan. dan para tukang obat semakin dimanjakan oleh kekagetan kita dan ketidak dewasaan kita dlm menyikapi kejutan-kejutan yg dirancang sendiri oleh si tukang obat.
Kita sendiri yg memelihara existensinya.
dunia kicauan memang terlalu ramai… para naratwit lah yang sebaiknya bijak dalam memilah kicauan yang terkumandangkan pada linimasanya…
Saya ga setuju kalau mereka dianggap noise Ndoro. Sebab noise bisa menimbulkan ‘feedback’ dan gaung (‘echo’). Sebaiknya anggap aja ‘background-music’, atau ‘backing-vocal’. Tidak terlalu penting, tapi bisa memperindah suasana…
ndak tau ndoro yg penting heppy aja.. hehehe
artikel dan bahasanya mudah dicerna, tetapi isinya cukup berbobot. Salam kenal, mas dari pengguna sosial media.
Artikel yang cerdas dan enak dibaca, matur nuwun doro kakung!
wah…artikelnya menarik kang…
nice info
luar biasa tulisannya ndoro.. pandai pandailah menerima informasi..itu yg penting.. hihhih
Twitter = Pasar Obat
Ndoro… ndoro! kan memang dari dulu pasar itu penuh pembusukan. Jangankan tukang obat penjual barng yg lain juga banyak bualanya. lHa kalo nggak gitu mana bisa mereka jual tuh barang. Dan kalo pembeli komplain bilang aja “Barng yg sudah dibeli tidak bisa ditukar atau dikembalikan!” Nah loh?
Zaman maju pasar nggak cuma nyata internet tu lahan baru yg menjanjikan… tapi ya balik lagi ke pembusukanya tadi!!
Iya, speaker n mic merk TOA memang selama ini terbukti paling tangguh. Nuwun info iklannya.
asal pintar memanfaatkan semua sumber yang ada…media sodial juga sangat banyak manfaatnya…….btw great artikel gan
Pawang Hujan memberikan ceramah bagaimana menghindari hujan badai di linimassa..
kapan lalu baca sebuah akun “TOA” politik yang berkoar tentang ini itu, istana ini ngutang sekian, istana itu nunggak sekian, istana anu begini begitu..
Saya sama temen-temen cuma ketawa aja. Berasa dia lebih tahu segalanya ketimbang kami yang ada di dalam dan menangani langsung ini itunya, ahihihihihi…
jadi kangen pengen liat pasar malam…….
ini ceritanya tentang pasar malam, tp ditulis dengan penuh peribahasa…menarik sekali
nice articcle nya sangt enak di baca nya thx y dah share…
Ayo ayo.. Yang jauh mendekat, yang dekat merapat, yang rapat awas copet..
mirip bgt ama tukang obat he he he piss ah!!
Obat ganteng ama rajin sholat ada gak bang π
di twitter banyak akun palsu.. jumlah dan followernya juga makin banyak, walaupun terang2an kicauannya tdk bisa dipertanggungjawabkan..
Soal ngibul dan tukang obat, saya sendiri sampe kewalahan dan terkadang tersesat di entah dimana dan apa maksudnya.
Atau, malah nyindir diri sendiri π
betul boz..macem macem lah kelakuan tukang obat
Gimana yach rasanya jadi pedagang obat………. ???
Harus berlatih ngibul dulu kali ye.. baru bisa..!!!
Twitter memang fenomenal menurut saya. ingat kalo revolusi mesir juga terdapat suara2 jika itu juga ada pengaruh twitter. hati2 pemerintah kita kali ini. jangan mudah obral janji… ntar di “mesir”-kan…hehe π
“Dibutuhkan pengetahuan dan kearifan untuk memisahkan sinyal dan gangguan itu jika tak ingin tersesat di rimba media sosial.”
Closing statement yg maknyos, Ndoro π
tweeter memang sangat top dikalangan marketer ya
NUMPANG PROMOSI GAN!
YANG MAO IKUT LOMBA CERPEN.PENDAFTARAN CUMA 5000 PULSA INDOSAT!
CEKIDOT!
http://hailajaa.blogspot.com/2011/06/lomba-cerpen-juni-2011.html
walaupun banyak yang melihat-lihat, toh cuma sedikit yang membeli ndor. saya yakin orang-orang melek teknologi di indonesia sudah bisa memilah-milah informasi. π
ibarat buah ambil yang matengnya aja… yang busuk ya dibuang..” mantap ndoro”
Permisi Ndoro…
Kunjungan Persahabatan…
Tks.
Permisi Ndoro Kakung…
Blogwalking Yo..
Matur Suwun.
ndorro say juga tukang obat online,semoga apa yang saya lakukan bisa bermanfaat bagi orang lain,am i n
semakin lama, semakin banyak orang cerewet dengan segala bualannya…..”
sama jadi teringat ketika sering main ke pasar malam, ataupun kadang datang ke kampung-kampung ,,,dgn dibarengi hiburan atau pertunjukan
jaman sekarang semakin aneh aja,,,
Kalau dulu kita sulit mendapatkan berita…sekarang kita kebanjiran berita….jadi memang harus bisa memilah dan memilih.
Jadi ini ngomongin twitter?
Wah TOA sekarang udah pada Gaaaoooeelll abiieeeztth deh, ga perlu khawatir suara ilang, sekarang tinggal pencet sana-sini.
belon pada tobat nih tukang obat, semoga twitter punya satpol PP yg galak kayak herder
Pak Ndoro, punya kiat2 gak, gimana mengenali jualan tukang obat digital ini asli atau palsu, menyembuhkan atau malah bikin tambah sakit?
merek spiker itu memang cukup legendaris sedari dulu
laris maniiiis………..
saatnya menunjukkan jati diri yang sebenarnya.. apa bisa??
hahaha.. saya inget dulu jaman smp suka nongkrongin atraksi tukang obat keliling itu. kayak atraksi sulap.
manusia sudah dibudakkan oleh tekhnologi.. hoho
Tulisan akang mengingatkan saya pada penjual es bakar yang hampir setiap malam menggelar gerobak dagangannya di alun-alun selatan Yogyakarta, dia juga memakai TOA dan pertunjukan sulap yang tidak mau disebutnya sebagai sulap tetapi keterampilan dan kelincahan tangan untuk menarik pengunjung datang membeli….
join to hajarabis
semakin canggih semakin kacau .
hhaha .
http://www.hajarabis.com
TULISAN YANG BAGUS, MENARIK.. good
trims info nya Ndoro…
jangan lupa kunjungi website kami
belum ndoro…
gatau aku ndoro π