Begini cara media bertahan
Mei 11, 2024 § 8 Komentar
Mediamu sekarat?
Aha, kamu tak sendirian. Kalau mediamu memang sedang menghadapi tantangan berat, jangan cemas. Sebenarnya tersedia beberapa alternatif solusi untuk bertahan dan keluar dari himpitan kesulitan. Beberapa media sudah mencoba.

Ada media yang mencoba membuat diversifikasi pendapatan. Caranya, selain menjaring pendapatan iklan, mereka pun mengembangkan sumber pendapatan lain, seperti berlangganan konten premium, menjual data analitik, atau menyelenggarakan acara dan webinar berbayar.
Ada juga media yang mencoba bertahan dengan memproduksi konten yang sangat spesifik dan relevan untuk komunitas tertentu supaya bisa meningkatkan keterlibatan audiens dan memperkuat loyalitas pembaca.
Sebagian media yang lain memilih bekerja sama dengan platform-platform teknologi besar untuk mendapatkan distribusi yang lebih luas dan model revenue share yang lebih baik.
Lalu ada pula media yang berusaha memperluas kehadiran di berbagai platform digital, tidak hanya melalui website tetapi juga melalui podcast, video, dan media sosial untuk menarik audiens yang lebih luas dan muda.
Saya pun melihat ada beberapa media yang mencoba meningkatkan kualitas konten dan fokus pada jurnalisme investigasi untuk menarik audiens yang mencari konten mendalam dan terpercaya, yang mungkin sulit ditemukan di tempat lain.
Yang juga sudah dijalankan adalah model keanggotaan, di mana pembaca dapat mendapatkan keuntungan eksklusif dan konten khusus yang meningkatkan nilai bagi pengguna yang berbayar.
Saweran massal (crowdfunding) dan donasi juga bisa dicoba. Dengan cara ini, media mendorong pembaca untuk mendukung secara finansial melalui platform crowdfunding. Ini bisa efektif terutama untuk proyek-proyek besar atau jurnalisme investigasi yang memerlukan sumber daya signifikan.
Memang belum semua media berhasil dan secara stabil mempertahankan bisnisnya dengan cara-cara itu. Bagaimana dong?
Menurut hemat saya, jika berbagai upaya tersebut belum berhasil, ada beberapa kemungkinan area yang bisa menjadi titik perhatian untuk mengevaluasi dan memperbaiki strategi.
Yang pertama, pahami audiens. Mungkin terdapat kesenjangan dalam pemahaman kebutuhan dan preferensi audiens. Jadi pengelola media wajib melakukan riset pasar yang lebih mendalam dan terus-menerus untuk mengerti apa yang benar-benar dicari oleh pembaca dan bagaimana mereka ingin mengonsumsi konten.
Kedua, eksekusi strategi. Terkadang, gagalnya suatu strategi tidak sepenuhnya karena konsepnya yang tidak tepat, tapi karena implementasi yang kurang efektif. Evaluasi kembali cara pelaksanaan masing-masing strategi, termasuk kualitas konten, pendekatan pemasaran, dan interaksi dengan audiens.
Ketiga, inovasi konten. Mungkin konten yang ditawarkan belum cukup unik atau menarik bagi audiens. Media harus berusaha terus untuk inovasi, tidak hanya dalam bentuk konten tetapi juga dalam cara penyajian, misalnya melalui penggunaan teknologi baru atau format yang lebih interaktif.
Berikutnya, lakukan analisis lebih lanjut mungkin diperlukan untuk memahami bagaimana posisi media dalam pasar yang kompetitif. Menyusun strategi untuk membedakan diri dari pesaing, baik melalui kualitas, sudut pandang, atau nilai yang ditawarkan, bisa membantu meningkatkan daya tarik.
Jangan lupa untuk selalu memanfaatkan analitik untuk mengukur efektivitas setiap strategi secara real-time dan mengadakan feedback loop dengan audiens dapat membantu dalam melakukan penyesuaian strategi secara cepat dan efisien.
Yang paling krusial dalam pengelolaan media adalah dana dan manusia. Keterbatasan dalam sumber daya keuangan dan manusia bisa menghambat penerapan dan keberhasilan strategi. Mengevaluasi dan mungkin meningkatkan alokasi sumber daya bisa membantu.
Saya mengingatkan supaya media tidak boleh berhenti dan berpangku tangan di depan teknologi yang melaju cepat. Semua media harus terus-menerus menyesuaikan diri dengan perubahan tren dan teknologi. Apa yang relevan hari ini mungkin tidak efektif lagi di masa depan. Kesiapan untuk beradaptasi sangat penting.
Yang juga penting dicoba adalah mengadakan workshop dengan tim internal dan eksternal untuk membuka perspektif baru dan ide-ide segar untuk pendekatan yang lebih inovatif.
Kalau perlu, undang saja konsultan atau ahli strategi media untuk menambah wawasan dan perspektif baru.
Kisanak sudah punya nomor telepon saya, kan? 😁
wkwkwk ujungnya promosi hahaha
Endingnya mantap Ndoro 👍
*btw, masih ingat saya gak ya kira-kira? 😁
Ale, Malang.
http://www.alixwijaya.com
plot twist banget ndoro, wkwkwk
Saya pikir semua bisnis harus mampu bertahan terhadap perubahan perilaku, perubahan platform dan utamanya perubahan bentuk bisnis. Tapi orang2 media selalu punya daya kreativitas tinggi, dan elemen2 pendukungnya banyak
Ide bagus, Ndoro. Sayang saya tidak punya nomornya.
Saya lebih suka membaca berita dari media cetak. Ada sensasi tersendiri pada saat membalik halaman. Sama halnya dengan ada saja orang yang suka mendengarkan musik darinpiringan hitam. Tapi orang-orang begini jumlahnya tidak banyak.
Koran online Indonesia kebanyakan iklan, Ndor. Loadingnya lama. Jadi males bukanya. Mending sekalian baca AP News. Loadingnya cepat, kualitas tulisan dan fotonya nomor satu.