Peran Pecas Ndahe
Juli 7, 2008 § 38 Komentar
Tingkah laku para tokoh publik makin lama kian lucu dan menggemaskan. Ada yang suka disuap, berubah jadi calo perkara, hobinya melepas syahwat dengan sekretarisnya, dan sebagainya.
Di tempat lain, ada yang sibuk menunggangi. Ada pula yang sering menyalakan kompor, bakar ini dan itu, seraya menggalang angket. Bahkan ada juga yang sukanya lempar tangan sembunyi batu, berteriak semprul bin sontoloyo.
Mereka bukan hanya membikin kita merasa geli, melainkan juga menyodorkan satire paling pahit. Kalau sudah begini, ada kemungkinan mereka akan berebut lahan rejeki dengan para pelawak sejati.
Benarkah tokoh-tokoh itu sudah berubah peran jadi badut? Apa sih bedanya antara joker, clown, dan comedian?
Paklik Isnogud yang tengah menimang-nimang cangkir kopi di tangan hanya tersenyum ketika saya menanyakan perihal itu.
“Meski ada beda sedikit perbedaan arti dan makna, mereka punya fungsi dan peran yang sama di masyarakat,” jawab Paklik.
“Apa peran mereka, Paklik?” « Read the rest of this entry »
Noor Din Pecas Ndahe
Juli 5, 2008 § 33 Komentar
Kebahagiaan manusia tak terdiri dari kebebasan, melainkan dari sikapnya menerima kewajiban.

dicari: hidup atau mati
Toh banyak hal yang memang tak kita mengerti lagi dalam hidup ini. Mungkin karena semuanya tak cukup dengan penjelasan, dengan alasan. Barang kali karena semuanya diawali dengan cita-cita.
Mungkin kau tak tahu, siapa yang berdiri di tepi, akan semakin sulit ke gelanggang. Siapa yang tak punya beban sejarah di pundaknya dalam tempaan negeri tua ini, hanya akan bingung untuk menerjunkan diri di sana.
Salam takzim dari saya.
Kekuasaan Pecas Ndahe
Juli 4, 2008 § 36 Komentar
Mengapa seseorang yang tengah berkuasa cenderung semena-mena?
Gara-gara membaca kalimat itu di sebuah majalah, seorang kawan lalu bertanya kepada Paklik Isnogud, “Manakah yang lebih baik, di bawah kekuasaan orang atau menjadi penguasa?”
Paklik yang arif bijaksana pun menjawab, “Di bawah kekuasaan orang.”
“Mengapa?”
“Orang yang di bawah kekuasaan orang lain senantiasa diberitahu oleh yang berkuasa bahwa ia salah, baik ia memang bersalah atau tidak. Ini memberinya kesempatan memperbaiki diri dengan menelaah dirinya sendiri, sebab terkadang ia memang bersalah. « Read the rest of this entry »
Telanjang Pecas Ndahe
Juli 4, 2008 § 50 Komentar
Bulyan Royan mungkin adalah contoh paling telanjang tentang betapa rakusnya wakil rakyat kita yang terhormat. Ia ditangkap Komisi Pemberantas Korupsi di Plaza Senayan yang mentereng itu dengan barang bukti di tangan: uang suap senilai Rp 684 juta.
Tentu saja Bulyan belum tentu bersalah sampai pengadilan memutuskannya kelak. Namun, yang jelas, dia bukan satu-satunya tokoh politik pilihan rakyat yang tersandung kasus uang sogokan. Sebelumnya, beberapa anggota Dewan yang lain juga telah masuk bui gara-gara uang haram, seperti Al Amin Nasution, Hamka Yamdu, dan Antony Zeidra Abidin. Yang lain bisa jadi akan segera menyusul.
Mengapa anggota DPR tak kapok-kapok dan masih saja menerima suap? Kenapa mereka tak jeri pada pemberantasan korupsi? Adakah ini soal keserakahan manusia semata?
Pada malam yang lengas, saya menanyakan soal itu kepada Paklik Isnogud yang tengah melamun di atas lincak, kursi bambu lapuk di rumahnya. Apa jawaban Paklik? « Read the rest of this entry »
Panglima Pecas Ndahe
Juni 10, 2008 § 38 Komentar
“Ah, belagu lo,” kata seorang kawan di pabrik setelah membaca berita itu. Mulutnya mencibir, menujukkan ketidaksukaannya.
Saya tersenyum, mencoba memahami perasaannya yang barangkali memang sedang kesal akibat ditimbun setumpuk pekerjaan.
Mungkin juga kawan saya itu kurang istirahat setelah begadang semalaman hanya untuk menyaksikan pertandingan Euro 2008 sehingga agak sensitif pada hal-hal yang bernuansa kepongahan.
Rambut sama hitam, isi kepala juga hati kan bisa berlainan. Kawan saya itu boleh saja mengumpat, tapi sampean belum tentu sepakat, bukan? « Read the rest of this entry »