Kontroversi wawancara eksklusif Rafael Alun Trisambodo
April 5, 2023 § Tinggalkan komentar
Tanpa angin tanpa hujan, Rafael Alun Trisambodo tiba-tiba tampil di beberapa televisi swasta untuk acara wawancara ekslusif.
Sebelum ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi pada Senin, 3 April 2023, rangkaian wawancara eksklusif mantan pejabat kantor pajak yang diduga korupsi itu menarik perhatian.

Petikan wawancara Rafael dan istrinya di televisi itu bahkan viral di media sosial, seperti Tiktok, Instagram, Twitter, YouTube, Facebook.
« Read the rest of this entry »Simbol Pecas Ndahe
Juni 14, 2012 § 78 Komentar
Nunun berkerudung. Neneng bercadar. Mengapa perempuan-perempuan yang terlibat dalam sebuah kasus mendadak mengubah gaya busananya?
Nunun Nurbaeti adalah terpidana kasus korupsi. Awal Mei 2012, dia divonis 2 tahun 6 bulan, dan denda Rp 150 juta karena terbukti terlibat dalam kasus penyuapan anggota DPR RI saat pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia dengan calon Miranda Goeltom.
Neneng Sri Wahyuni adalah tersangka kasus korupsi pembangkit listrik tenaga surya senilai Rp 8,9 miliar. Rabu, 13 Juni 2012, ia ditangkap Komisi Pemberantas Korupsi setelah buron selama berbulan-bulan. « Read the rest of this entry »
Upeti Pecas Ndahe
Mei 27, 2011 § 48 Komentar
Syahdan di Etiopia. Sang Negus mengangkat Germame Neway, lulusan Amerika, menjadi gubernur. Pengangkatan seorang pejabat itu sebenarnya momen yang normal di mana pun, juga di Negeri Habsi itu. Apalagi Sang Negus alias Haile Selassie adalah penguasa yang memutuskan kedudukan bawahannya. Ia sendiri yang menunjuk menteri, gubernur, manajer hotel, bahkan kepala kantor pos. Ia Sang Penentu nasib.
Tak heran bila saat-saat penunjukkan pejabat adalah klimaks dari seluruh harap-harap cemas, juga kasak kusuk, gosip, info-info, dan fitnah-fitnah sesama pembesar. Dan H.S. tampaknya menikmati saat-saat seperti itu dengan senang.
Tapi gubernur yang satu ini aneh, dan menimbulkan risau: ia tak mau menerima suap atau upeti. Semua yang diterimanya disumbangkannya untuk membuat sekolah.
Perbuatan semacam ini, bila diikuti gubernur lain, pasti akan menyebabkan keresahan. Germame pun dicopot, tapi ia membangkang. Dengan menolak upeti, bahkan dengan berpikir lain dari pola yang umum di Etiopia, Germame memang telah melawan.
Orang celaka! Maka, ia pun tewas. Yang aneh ialah bahwa ternyata perlawanannya menyebabkan orang tersadar dari tidur. Tak ayal, bahaya pikiran pun menyebar. Sang Negus bernama Haile Selassie itu akhirnya copot. Ia dimakzulkan dan dikurung di Istana Menelik. « Read the rest of this entry »
Nyanyian Pecas Ndahe
Mei 13, 2010 § 63 Komentar
Di Indonesia, kita tak pernah tahu seberapa dalamkah sebenarnya kuku korupsi menancap. Tapi di Italia, pada 1990an, korupsi sudah begitu parah sehingga perlu Operasi Tangan Bersih yang dilancarkan pada awal 1993.
Temuan-temuan operasi itu membuat orang Italia kaget. Rakyat marah dan mempermalukan para politikus dan pengusaha yang bertahun-tahun menikmati kemewahan hasil korupsi. Korban berjatuhan.
Raul Gardini, seorang pengusaha terkemuka Italia yang dijuluki tukang sulap keuangan Italia dasawarsa 1980, awal Agustus 1993 bunuh diri karena malu atau tak bisa membayangkan disekap di sel tahanan. Ini kasus bunuh diri ke-12 setelah Operasi Tangan Bersih.
Operasi yang dilancarkan Hakim Antonio Di Pietro itu tergolong pemberantasan korupsi terbesar di Eropa. Dan Di Pietro tidak pandang bulu. Bekas Perdana Menteri Giulio Andreotti dan Bettino Craxi ia tarik masuk ke ruang pengadilan. Sedangkan Perdana Menteri Guiliano Amato terpaksa mengundurkan diri bulan Maret 1993.
Russel Miller, wartawan The Sunday Times Magazine, mewawancarai Pengusaha Carlo De Benedetti, orang nomor satu di Olivetti, yang membuat pernyataan penting di depan Hakim Di Pietro.
Wawancara itu dilengkapi dengan reportase dan riset Peter Semler, yang membeberkan liku-liku korupsi di Italia, dan dimuat di The Sunday Times Magazine, Juli 1993. Majalah Tempo lalu menuliskannya kembali pada Agustus 1993. Berikut ini petikannya. « Read the rest of this entry »
Gayus Pecas Ndahe
Maret 26, 2010 § 69 Komentar
Apa yang bisa kita lakukan dengan uang Rp 25 miliar di tangan? Mungkin sampean bisa membeli 25 mobil mewah Toyota New Alphard seri 3.5 G. Sampean dapat pula membeli 25 kamar tipe Vaganza yang sangat luks di Apartemen Bellagio Residence, Jakarta. Atau bisa juga sampean membangun empat sekolah dasar mewah di Tangerang City.
Gayus Halomoan P. Tambunan memilih menyimpan uang sebanyak itu di bank. Dan kegegeran pun meledak gara-gara uang Rp 25 miliar itu konon hasil penggelapan pajak.
Tentang pajak, saya jadi teringat sebuah cerita lama yang tersimpan di antara ribuan koleksi perpustakaan pabrik saya. Saya ingin membagi cerita itu ke sampean hari ini.
Syahdan, suatu hari di masa kolonialisme Belanda di Indonesia, seorang penduduk Desa Sambong, Blora, telah menolak membayar pajak. Tidak ragu lagi, asisten wedana menurunkan perintah agar si pembangkang dipenjarakan.
Tetapi sebelum masuk kurungan, orang itu meminta kepada kawan-kawannya untuk memberikan “penghargaan” kepada penguasa daerah begitu dia selesai menjalani masa hukuman. Para sahabatnya setuju.
Benar saja. Setelah hukuman selesai dijalani, ratusan penduduk mendatangi kantor asisten wedana. Inilah saatnya si bekas terhukum dan kawan-kawannya akan memberikan “penghargaan”. « Read the rest of this entry »