Kentang Pecas Ndahe

Maret 10, 2010 § 65 Komentar

Kentang Radio membuka website baru kemarin sore. Upaya untuk lebih mendekatkan diri dengan pendengar?

Ketika pertama kali saya mengetahui dan mendengar tentang Kentang Radio, terus terang saya bertanya-tanya: Ini nama stasiun radio siaran atau varietas kentang baru? Bukan apa-apa. Waktu itu, saya memang belum pernah mendengar sama sekali nama itu. Tapi saya langsung ngakak terguling-guling setelah mencari dan menemukan informasi soal Kentang Radio.

Mengapa? Buat saya, Kentang Radio itu sebuah keganjilan cara bersiaran yang mengasyikkan. Ia seperti pelangi yang muncul di malam hari. Warna-warni di sebuah hamparan yang seragam. « Read the rest of this entry »

Lagu Pecas Ndahe

Februari 19, 2010 § 49 Komentar

Bagaimana menjadi pemimpin yang kreatif, efektif, dan efisien? Seth Godin menuliskan kiatnya dalam salah satu bukunya yang laris, Tribe.

Di halaman 120 buku itu, Godin menulis kisah tentang Jacqueline yang berhasil menyampaikan sebuah pesan kepada tribe, ibu-ibu di Rwanda, Afrika, dengan cara yang berbeda. Jacqueline adalah contoh tentang seorang pemimpin yang mampu mengubah keadaan yang tak menguntungkan menjadi peluang untuk meraih kesuksesan.

Bagaimana kisahnya?

Jacqueline bercerita tentang Unicef yang menghabiskan dana besar untuk menciptakan poster kampanye vaksinasi anak bagi ibu-ibu di Rwanda. “Poster itu menakjubkan — menampilkan foto ibu dan anak dengan pesan sederhana yang ditulis dalam bahasa Kinyarwandan (bahasa lokal) mengenai pentingnya vaksinasi untuk setiap anak. Sempurna. Tapi sayang mereka tidak memperhitungkan tingkat buta huruf wanita Rwanda yang melebihi 70 persen. Pesan yang ditulis dalam bahasa Kinyarwandan secara sempurna pun menjadi tidak terlalu berpengaruh.”

Jacqueline memang memilik ide hebat. Agar pesan tersebut menyebar di Rwanda, ia mengubahnya menjadi lagu. Sekelompok wanita akan bernyanyi untuk kelompok lainnya, dengan demikian mereka bisa menyebarkan pesan sekaligus menyenangkan orang lain. Tidak ada lagu, tidak ada pesan. « Read the rest of this entry »

Melayu Pecas Ndahe

Mei 11, 2009 § 67 Komentar

Band-band beraliran Melayu membuat gerah sebagian musisi. Lalu kabarnya ada gerakan menolak band-band Melayu segala. Ini soal bisnis atau selera yang menolak diseragamkan?

Saya bukan pengarang lagu, pemain band, atau konduktor orkestra. Saya bahkan ndak bisa memainkan satu alat musik pun. Pendeknya saya bukan musikus. Soal musik, saya nol besar. Pengetahuan musik saya payah. Begitu pula suara saya. Lah wong kentut saja fales, apalagi menyanyi. Saya tak bisa membaca not balok, membedakan tanda kres dan mol, maupun tanda birama. Jadi jangan tanya pula soal cresendo maupun pianisimo segala.

Tapi saya tahu bagaimana mendengarkan musik. Saya tahu mana musik yang enak dan cocok di kuping atau yang bikin saya senewen. Saya mampu membedakan jenis musik rock, jazz, R&B, Ska, dangdut, atau keroncong. Saya pun tahu lagu apa yang sedang populer atau masuk chart. Kalaupun lupa, saya tahu di mana harus mencari informasinya.

Lantas apa masalahnya? Kenapa tiba-tiba saya menulis soal musik? « Read the rest of this entry »

Malaikat Pecas Ndahe

November 13, 2008 § 50 Komentar

Adakah malaikat tanpa sayap, tak cemerlang, tak rupawan? Mungkin ada, tapi terkadang kau tak melihatnya. Mata kadang terlalu silau pada yang terang benderang, berkeredep menggoda rasa. Tapi, janganlah khawatir, hampa tak akan hilang dalam semalam oleh pacar impian. Silakan diadu saja apa yang kaupunya, malaikat juga tahu siapa yang akan jadi juaranya …

>> Selamat hari Kamis, Ki Sanak. Apakah sampean pernah melihat malaikat tanpa sayap, tak cemerlang, dan tak rupawan?

Kangen Pecas Ndahe

September 4, 2008 § 43 Komentar

Di siang yang panas dan lengas seperti sekarang ini, aku ingin merebahkan kenangan ke peraduan. Sepotong musim gugur yang pedih. Sekeping romansa biru yang perih.

Waktuku tak banyak. Mungkin hujan sebentar lagi mengguyur Jakarta. Dan senja berubah pucat kelabu. Sedang aku tak sempat mendengar desahmu.

Aku ingat, ketika air mata bidadari jatuh, engkau sering berbisik lirih, “A thing of beauty is a joy forever ….”

“Kenapa?” tanyaku.

“Karena ada keindahan di balik hujan,” jawabmu — perempuan khayalku.

Aku tahu hidup dengan keindahan mungkin sesuatu yang bisa menyebabkan kita bersyukur, merasa cukup, tanpa menjadi serakah.

Hidup bergerak di dalam, jauh, seperti tatkala kita mendengarkan perubahan suara gerimis. Gemuruh sungai. Gejolak badai. « Read the rest of this entry »

Where Am I?

You are currently browsing entries tagged with lagu at Ndoro Kakung.