Kumis Pecas Ndahe

Oktober 25, 2013 § 53 Komentar

Apakah pria berkumis itu menjengkelkan? Mengapa pejabat negara yang memelihara misai kerap memicu kontroversi?

Pertanyaan itu mengusik saya setelah Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi menuai kecaman gara-gara diberitakan mengimbau para kepala daerah kerja sama dengan Front Pembela Islam.

“Kalau perlu dengan FPI juga kerja sama untuk hal-hal tertentu. Iya kan? Kerja sama untuk hal-hal yang baik.” [Gamawan, dalam sambutannya pada pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Pengelolaan Kawasan Perkotaan Tahun 2013, di Hotel Red Top, Jakarta Pusat, pada 24 Oktober 2013]

Hujan kecaman itu turun di media sosial seperti dilaporkan oleh situs Beritagar. Gamawan dikecam karena organisasi massa itu memiliki reputasi buruk. Mereka dikenal sebagai organisasi yang sarat dengan kekerasan, beberapa kali mereka terlibat bentrok dengan masyarakat.

Imbauan kerja sama dianggap sebagai sesuatu tak masuk akal. Mosok kerja sama dengan kelompok preman? Begitu kira-kira jalan pikiran publik. « Read the rest of this entry »

Upeti Pecas Ndahe

Mei 27, 2011 § 48 Komentar

Syahdan di Etiopia. Sang Negus mengangkat Germame Neway, lulusan Amerika, menjadi gubernur. Pengangkatan seorang pejabat itu sebenarnya momen yang normal di mana pun, juga di Negeri Habsi itu. Apalagi Sang Negus alias Haile Selassie adalah penguasa yang memutuskan kedudukan bawahannya. Ia sendiri yang menunjuk menteri, gubernur, manajer hotel, bahkan kepala kantor pos. Ia Sang Penentu nasib.

Tak heran bila saat-saat penunjukkan pejabat adalah klimaks dari seluruh harap-harap cemas, juga kasak kusuk, gosip, info-info, dan fitnah-fitnah sesama pembesar. Dan H.S. tampaknya menikmati saat-saat seperti itu dengan senang.

Tapi gubernur yang satu ini aneh, dan menimbulkan risau: ia tak mau menerima suap atau upeti. Semua yang diterimanya disumbangkannya untuk membuat sekolah.

Perbuatan semacam ini, bila diikuti gubernur lain, pasti akan menyebabkan keresahan. Germame pun dicopot, tapi ia membangkang. Dengan menolak upeti, bahkan dengan berpikir lain dari pola yang umum di Etiopia, Germame memang telah melawan.

Orang celaka! Maka, ia pun tewas. Yang aneh ialah bahwa ternyata perlawanannya menyebabkan orang tersadar dari tidur. Tak ayal, bahaya pikiran pun menyebar. Sang Negus bernama Haile Selassie itu akhirnya copot. Ia dimakzulkan dan dikurung di Istana Menelik. « Read the rest of this entry »

Pejabat Pecas Ndahe

Mei 5, 2011 § 62 Komentar

Tiba-tiba Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bicara soal Facebook dan Twitter ketika berpidato di depan para pengusaha Amerika Serikat.

Ia juga bicara tentang anak-anak muda yang memadati ranah Internet dan tingginya popularitas media sosial di Indonesia. Adakah kebanggaan? Adakah kecemasan? Bagaimana reaksi para pejabat di bawahnya mendengar pidato itu?

Kita tahu bagaimana media sosial meroket di panggung dunia maya. Orang berduyun-duyun memakainya sebagai salah satu “obat ajaib” yang mampu merobohkan sekat-sekat informasi.

Tapi kita juga melihat kegamangan. Terutama di kalangan para pejabat publik, pelayan masyarakat, yang ngumpet di sudut-sudut birokrasi yang ruwet. « Read the rest of this entry »

Nyanyian Pecas Ndahe

Mei 13, 2010 § 63 Komentar

Di Indonesia, kita tak pernah tahu seberapa dalamkah sebenarnya kuku korupsi menancap. Tapi di Italia, pada 1990an, korupsi sudah begitu parah sehingga perlu Operasi Tangan Bersih yang dilancarkan pada awal 1993.

Temuan-temuan operasi itu membuat orang Italia kaget. Rakyat marah dan mempermalukan para politikus dan pengusaha yang bertahun-tahun menikmati kemewahan hasil korupsi. Korban berjatuhan.

Raul Gardini, seorang pengusaha terkemuka Italia yang dijuluki tukang sulap keuangan Italia dasawarsa 1980, awal Agustus 1993 bunuh diri karena malu atau tak bisa membayangkan disekap di sel tahanan. Ini kasus bunuh diri ke-12 setelah Operasi Tangan Bersih.

Operasi yang dilancarkan Hakim Antonio Di Pietro itu tergolong pemberantasan korupsi terbesar di Eropa. Dan Di Pietro tidak pandang bulu. Bekas Perdana Menteri Giulio Andreotti dan Bettino Craxi ia tarik masuk ke ruang pengadilan. Sedangkan Perdana Menteri Guiliano Amato terpaksa mengundurkan diri bulan Maret 1993.

Russel Miller, wartawan The Sunday Times Magazine, mewawancarai Pengusaha Carlo De Benedetti, orang nomor satu di Olivetti, yang membuat pernyataan penting di depan Hakim Di Pietro.

Wawancara itu dilengkapi dengan reportase dan riset Peter Semler, yang membeberkan liku-liku korupsi di Italia, dan dimuat di The Sunday Times Magazine, Juli 1993. Majalah Tempo lalu menuliskannya kembali pada Agustus 1993. Berikut ini petikannya. « Read the rest of this entry »

Arisan Pecas Ndahe

Juli 11, 2008 § 46 Komentar

korupsi anggota dpr

WAKIL RAKYAT STOP KORUPSI

Korupsi mungkin seperti arisan: yang mengunduh berganti-gantian. Hari ini si A, besok si B, lusa si C, dan seterusnya. Dan di ujungnya sana, semua kebagian, semua senang. Hidup jalan terus.

Adakah yang bisa kita lakukan untuk membasminya? Kalaupun ada, dari mana memulainya? « Read the rest of this entry »

Where Am I?

You are currently browsing entries tagged with pejabat at Ndoro Kakung.