Kartun Pecas Ndahe

November 20, 2008 § 118 Komentar

Kartun Nabi Muhammad kembali menjadi pembicaraan di ranah blog. Meski sudah beberapa bulan muncul, baru pekan ini memicu kegegeran setelah media arus utama menyantapnya sebagai berita panas. Pemerintah bereaksi. Polisi bergerak. Para blogger menyikapinya secara beragam.

Seorang kawan khawatir kasus ini akan membuat citra blogger tercoreng. “Masyarakat bisa menganggap kita, para blogger, sebagai kelompok yang ndak bener, Mas. Publik yang tak begitu paham blog akan mengira kita sejenis gerombolan pengacau belaka,” katanya.

Buat saya, begitulah kehidupan di ranah Internet dan blog. Blog memang bukan wilayah atau benda suci. Ia bisa tercemar oleh bakteri dan kuman pengganggu. Lalu ada kelompok yang tersinggung dan marah.

Tapi, sebaiknya kita lebih arif dan bijaksana menghadapi kasus ini. Tak perlu emosional. Blog bisa berpengaruh sekali. Isi blog yang tersebar bisa menghasut. Pendapat khalayak ramai bisa terbentuk. Dan seseorang atau sekelompok orang dirugikan.

Tapi marilah kita renungkan sejenak. Perlukah kita cemas bila yang dihadapi hanya satu atau dua blog dengan jumlah pengunjung harian beberapa puluh atau ratus orang saja, sementara kita hidup di negeri yang penduduknya, katakanlah, 220 juta?

Mungkin perlu. Tapi itu berarti kita mungkin sudah tak bisa lagi membedakan subyektivitas dan obyektivitas. Sebuah tulisan atau komik yang menyakitkan hati belum tentu berarti sesuatu yang mengacau negeri. Demokrasi, konsep yang menjadi landasan ranah blog, memang riuh dan rumit, tapi tak mudah untuk terus ditampik.

Saya malah khawatir, jika kita terlalu berlebihan bereaksi dan merespons blog sontoloyo itu, akibatnya bisa berabe. Akses ke WordPress bisa-bisa ditutup. Para blogger yang numpang blog di sana pun ikut kecipratan getahnya. Blog mereka tak bisa dibuka lagi. Kita jugalah yang menanggung kerugian.

“Nah, itu dia yang saya cemaskan juga, Mas. Sampean tentu masih ingat kasus film Fitna! yang membuat pemerintah memblokir Youtube dan beberapa situs lain tempo hari. Siapa yang rugi? Kita semua, kan?” kata teman saya itu.

Betul. Gara-gara seekor tikus, lumbung terbakar. Terjadi collateral damage. Padahal semestinya tak perlu berlebihan seperti itu.

Saya yakin merasa sampean semua juga tak senang dan mengecam tindakan blog yang memuat kartun Nabi Muhammad itu. Tapi saya percaya sampean sudah lebih dewasa dan kian matang.

Kita toh bukan komunitas pengacau, melainkan kelompok yang melihat blog sebagai alat — yang terkadang dilupakan — salah satunya untuk memperbaiki kualitas hidup dan mengembangkan pilihan-pilihan baru dalam bacaan.

Saya dengar beberapa kawan sudah melaporkan blog itu ke pemilik WordPress. Menurut saya, ini langkah yang bagus. Di ranah blog, ada yang namanya kearifan khalayak. Kearifan khalayak inilah yang menjadi penjaga nilai-nilai dan etika kehidupan di ranah blog. Kalau ada yang menyeleweng, khalayak bereaksi.

“Terus blog kampret itu enaknya diapain, Mas? Apa perlu kita tutup atau bajak saja?”

“Nggak usah, Mat. Saya lihat tadi malam, blog yang memuat kartun Muhammad itu sudah ditututp. Kalau kelak muncul lagi, ya biarkan saja. Jangan diakses, jangan ditengok. Anggap saja dia seperti kotoran di jamban rumah.

>> Selamat hari Kamis, Ki Sanak. Apakah hari ini sampean merasa kehidupan di ranah blog membaik?

Tagged: , , , , ,

§ 118 Responses to Kartun Pecas Ndahe

Tinggalkan komentar

What’s this?

You are currently reading Kartun Pecas Ndahe at Ndoro Kakung.

meta