Buku Pecas Ndahe

Mei 18, 2009 § 171 Komentar

Semuanya berawal dari sebuah sandek (SMS) pada suatu hari di bulan Februari. Isinya singkat saja. Si pengirim meminta bertemu saya untuk membicarakan sebuah proyek. Proyek?

nge-blog-dengan-hati

Pengirim SMS itu Windy Ariestanty, Pemimpin Redaksi Penerbit Buku Gagas Media. Windy — meminjam istilahnya — meminang saya untuk menerbitkan buku yang berisi segala hal tentang blog.

Terus terang saya kaget. Gagasan menerbitkan buku tak pernah terlintas di benak saya. Apalagi diajak bekerja sama dengan Gagas Media — salah satu penerbit terkemuka di Republik ini. Setengah tak percaya, saya menduga ajakan itu pasti main-main. Mungkin ada seseorang yang tengah bermimpi di siang bolong atau sedang memberi saya angin sorga.

Soalnya saya ragu-ragu, merasa tak yakin tulisan-tulisan saya layak dikumpulkan lalu dicetak menjadi sebuah buku. Saya juga menganggap blog dan buku adalah dua dunia yang berbeda. Posting yang menarik di blog belum tentu memperoleh respons yang sama bila dicetak menjadi sebuah buku.

Tapi setelah saya berpikir-pikir, menimbang-nimbang untung dan ruginya, saya memutuskan bertemu Windy lebih dulu. Saya tak akan pernah tahu apa yang akan terjadi sebelum mendengar perspektif orang lain.

Begitulah. Siang itu, di sebuah kafe di Plasa Senayan yang disebut Windy sebagai kantor kedua Gagas Media, kami pun bertemu. Ditemani dua cangkir jus buah segar, kami ngobrol tentang banyak hal. Windy memulainya dengan ilustrasi mengenai dunia penerbitan buku, termasuk sedikit soal bisnisnya.

Bincang-bincang itu kemudian sampai di intinya: penerbitan tulisan tentang blog Ndoro Kakung. Windy yang sangat persuasif meyakinan bahwa tulisan-tulisan saya layak diterbitkan.

Di tengah keriaan dan gempita blog dan nge-blog itu, ada sesuatu yang menurut kami terlupakan: semangat berbagi dengan hati. Itu yang saya temukan di tulisan-tulisan Ndoro Kakung tentang blog. Bahwa blog itu hanya alat untuk berbagi. — Windy Ariestanty

Hmmm … terus terang saya tersanjung oleh kalimat itu. Saya harus berterima kasih banyak pada Windy yang berhasil meluluhkan dan meyakinkan saya. Kamu layak mendapatkan pujian itu, Win.

Akhirnya, setelah melewati proses yang ternyata begitu mulus, buku itu akhirnya selesai juga. Windy menyuntingnya dengan bagus. Dan tim Gagas Media mampu mengemasnya menjadi sebuah produk yang — menurut saya — layak dipajang di rak-rak toko buku. Hahaha ….

Saya sekarang berharap-harap menanti buku itu beredar di pasar. Kabar terakhir yang saya terima hari ini menyebutkan buku itu sudah di gudang Gagas Media sejak Sabtu lalu. Saya belum diberi tahu kapan buku itu akan tersedia di toko-toko buku.

Tapi saya ndak peduli apakah buku itu akan laris terjual atau hanya akan menumpuk di gudang. Saya hanya lega karena tugas pertama selesai: berbagi semangat ngeblog. Selanjutnya, saya menyerahkan penilaian kepada sampean semua.

Oh ya, kalau sampean berminat, silakan membeli buku saya lewat KutuKutuBuku. Ada diskon lo … 😀

>> Selamat hari Senin, Ki Sanak. Apakah sampean sudah melihat buku saya di toko buku?

Resensi tentang buku ini bisa dibaca di:

1. Blog Amril T Gobel di Kompasiana.
2. Blog Daeng Battala.
3. Resensi buku di Jawa Pos.

Tagged: , , ,

§ 171 Responses to Buku Pecas Ndahe

Tinggalkan komentar

What’s this?

You are currently reading Buku Pecas Ndahe at Ndoro Kakung.

meta