Ayah Pecas Ndahe
November 17, 2014 § 63 Komentar
Seorang teman mengirimkan cerita ini beberapa hari yang lalu. Saya tak tahu apakah ini kisah nyata atau bukan. Yang jelas, saya jadi merenung setelah selesai membacanya.
Begini ceritanya. Syahdan ada seorang ayah yang menurut tetangganya sukses mendidik anak-anaknya. Salah satu anaknya menjadi dokter terkenal. Setiap hari antrean pasiennya mengular. Ia juga kerap diminta berceramah tentang kesehatan di pelbagai forum lokal dan internasional.
Dua anak lainnya pengusaha hebat. Bisnisnya tersebar di mana-mana, bukan hanya di dalam negeri, tapi juga sampai luar negeri. Hampir setiap hari nama mereka diberitakan di media-media sebagai contoh wirausahawan yang membawa harum nama bangsa.
Para tetangga pun jadi iri melihat kesuksesan mereka. Iri?
Hidup ternyata punya selera humor yang unik. Pada waktu sang ayah wafat, dua anak tercintanya yang jadi pengusaha sedang berada di luar negeri. Anak yang pertama tak mengangkat telepon dari kampung yang hendak memberitahukan perihal kematian ayahnya.
Anak kedua mengatakan, “Tolong selenggarakan saja pemakaman ayah. Saya tidak mungkin pulang karena ada pertemuan bisnis penting dengan mitra di sini.”
Tetangga-tetangga mereka terkesima mendengar jawaban itu. Mereka merasa anak-anak itu seolah tidak memiliki empati dan keinginan untuk memberikan bakti terakhir kepada ayahnya yang sudah renta. Padahal sang ayah menjadi tua dan lapuk tulangnya karena mereka. Ayah itu menjadi renta setelah berjuang untuk mereka.
Yang tinggal di rumah waktu itu adalah anak yang berprofesi sebagai dokter. Ketika jasad bapak itu terbujur di ruang tamu di rumah duka, ia memang masih menunggu. Tapi setelah jenazah selesai dimandikan, menunggu waktu untuk disalatkan, dokter itu mengeluarkan uang Rp 50 juta.
Kepada tetangganya ia mengatakan, “Tolong selenggarakan pemakaman ayah. Saya harus terbang ke Bali karena mau jadi pembicara satu-satunya di seminar. Saya tak bisa menunggu lama di sini. Tolong urus ayah saya dengan uang ini. Semoga cukup.”
Ia lalu berangkat ke bandara.
>> Selamat hari Senin, Ki Sanak. Menurut sampean, sukses itu apa?
Astaghfirullah… Astaghfirullah… Berlindung kpd Allah supaya saya tidak masuk golongan anak2 seperti itu…
Secara ekonomi dan karier anak-anak Bapak ini memang sukses kok. Yang gagal adalah usaha Bapak malang ini dalam menumbuhkan rasa sayang kepada dirinya dalam batin anak2nya. Jika cerita ini benar terjadi, mestinya ada yang salah dalam cara mendidik Bapak ini
iya, ada yang “terlewat” dalam cara mendidik dari Bapak ini.
aku ga ngerti bagian mananya yang tidak punya empati sih, tiap orang punya cara sendiri “menunjukkan” rasa sayangnya, hanya karena tidak bisa hadir di pemakaman bapak sendiri ya ga berarti ga sayang, cuma “ga normal” karena lingkungan “mengharuskan” bentuk cara menunjukkan kasih sayang seperti yang lingkungan aturkan.
enak banget kalo gatau gimana komunikasi dalam sebuah keluarga lalu kita dari luar menghakimi dan bahkan merenungi apakah ada yang “salah” atau “benar” dari cara kita nunjukkin kasih sayang ke dalam keluarga.
Saya setuju. Konteks para anak dalam kisah ini bisa jadi lebih kompleks dari apa yang orang lain lihat. Misalnya rekan SMA ibu saya yang bekerja di AS. Dia bekerja apa adanya di negeri Paman Sam selama lebih dari 10 tahun. Suaminya di Indonesia meninggal beberapa tahun setelah si istri tinggal di sana. Dia tidak bisa hadir ke pemakaman suaminya karena keterbatasan dana dan juga harus tetap menafkahi sisa anggota keluarganya. Kalau pulang, habis dong uang simpanan? Baru sekitar tiga tahun yang lalu dia berkesempatan kembali ke Indonesia setelah menyimpan cukup dana.
Kalau di sinetron-sinetron Skandinavia biasanya anak enggan bertemu dengan sang ayah karena si ayah dulu suka mem-bully (secara fisik, mental maupun seksual) walaupun si anak kini sudah hebat (jadi juru bicara perdana menteri, pengusaha sukses, wartawan, dll.). Contohnya di sinetron Borgen (tokoh Kasper Juul) dan Mammon (tokoh Daniel Veras; adiknya – Peter Veras dan putranya Andreas Veras yang walaupun tidak diapa-apakan oleh si ayah/kakek juga enggan bertemu karena muak dengan tingkah laku si ayah/kakek yang menjijikkan di masa lampau).
Walau bagaimanapun, jika hubungan Anda dengan orang tua Anda baik-baik saja, ya, melawatlah!
Perhatikan kalimat :” Saya tidak mungkin pulang karena ada pertemuan bisnis penting dengan mitra di sini” dan kalimat “Saya harus terbang ke Bali karena mau jadi pembicara satu-satunya di seminar.” Kedua kalimat itu tentu tidak bisa dibandingkan contoh rekan SMA ibu Saudara.
kata kuncinya sebenarnya pada kalimat:” Saya tidak mungkin pulang karena ada pertemuan bisnis penting dengan mitra di sini” dan kalimat “Saya harus terbang ke Bali karena mau jadi pembicara satu-satunya di seminar.” Kedua kalimat ini menunjukkan adanya prioritas yang “salah” dari kedua anak tsb.
Terlepas dari benar atau tidak cerita ini setidaknya bisa jadi bahan perenungan sih. 🙂
Btw, ibunya ketiga anak tersebut kok nggak diceritakan?
Yang sedang mantengin twitter anak ke berapa ndoro ?
Reblogged this on Fajrin Achoka.
andai semua mengerti hidup di dunia ini cuma sementara, dan akhirat kekal adanya.
sukses itu? keseimbangan antara aku, dia dan mereka, kita bisa jalan bersama sama.
sukses itu bisa membuat orangtua bangga dan bahagia sampai akhir hayatnya.
kasihan bapak itu, sudah meninggal tidak dipedulikan, dan mereka semua tidak waktu hanya untuk melihat ayahnya saja untuk terakhir kalinya
Gabisa langsung memvonis sih ya…. Banyak sisi yang musti dilihat dari kejadian ini 🙂
😦 tiba-tiba kangen orang tua.. di rumah, ijin reblog ya ndoro
Reblogged this on Cahaya-Cahaya and commented:
Berikut adalah sekilas cerita dari blognya Ndoro Kakung. Saya jadi teringat bagaimana perjuangan orang tua saya demi menyekolahkan saya, membiayai A sampai Z dan memberi dukungan from zero to hero.
Saya ingat ketika Ibu menelepon dan bertanya, “besok hari libur, apa kamu tidak pulang?”
Dan, sering kali jawaban saya tidak. Entah karena jaga, ada tugas, mau ujian dan hal-hal lain.
Seseorang pernah mengatakan, “Saat di penghujung usiamu, mungkin kamu akan menyesal. Andai beberapa waktu-waktu penting tak kuhabiskan di depan meja”
Terima kasih Ndoro
jadi inget ayah baca artikel ini
Persis baru baca dan tiba2 inget papa , dulu paling deket sama beliau setelah lewat usia 20 saya malah jarang komunikasi dengan beliau 😦
jadi ke inget dan sedih
Ini cerita penuh teka-teki ndor,
Kemana ibunya?
Apa pekerjaan Sang Ayah?
Anak-anaknya lelaki semua atau ada perempuan?
Keluarga ini keluarga kaya, miskin atau menengah?
Mungkin klo pertanyaan2 di atas ada jawabannya saya bisa merenungkan hubungan kesuksesan ama kisah tak bisa datang melawat orang tua ndor, tapi kok pertanyaan2 saya di atas kaya’nya ga penting ya, haha
menarik artiekelnya dan sangat bermanfaat sekali
Sambil membaca tulisan ini, kok tiba2 saya mendengar sayup-sayup lagunya Ebiet G Ade – Ayah. Aroma keharuan dan suasana syahdu langsung menyelimuti. Sungguh.
Yah ceritanya kok gitu. Semoga saya tak seperti itu. Tak hanya ke Ayah, tapi ke Ibu juga.
makasih telah mengingat kan bagus sekali artikelnya
Semoga saya bisa mendidik anak saya
Jika aku diberi kesempatan mengulang membesarkan anak lagi,
aku akan lebih banyak melukis dengan jari dan lebih sedikit menunjuk (memaksakan kehendak),
aku akan lebih sedikit mengoreksi dan lebih banyak berhubungan dengan mereka,
aku akan berhenti melihat jam/waktu dan mulai melihat dengan mata,
aku akan lebih sedikit mencemaskan sesuatu dan lebih banyak memberikan perhatian,
aku akan lebih banyak berjalan dan menerbangkan banyak layang-layang,
aku akan berhenti bersikap serius dan mulai serius bermain,
aku akan berlari melintasi padang rerumputan dan memandang bintang-bintang,
aku akan lebih sering mengurangi sikap kerasku dan lebih bersikap bijak,
aku akan menghargai diriku sendiri dan keluargaku,
aku akan lebih sedikit mengajarkan tentang kekuasaan dan lebih banyak mengajarkan tentang kekuatan cinta “
(Diane Loomans, Play&Learn,ElexMediaKomputindo)
Salam Kenal Bro
jadi teringat kisah ayah
*berkaca-kaca untuk entah perasaan apa*
mendegar ayah langsung terharu
uang adalah hal yang mengerikan…………….
Pendidikan dalam keluarga adalah hal yg pnting dalam membina karakter anak-anak.
Salam wangi
Bukankah kesuksesan kita sebagai anak merupakan doa dari mereka sebagai orang tua kita. Mari kita renungkan.
numpang promo ya om 🙂
agen judi poker terpercaya hanya di http://cobapoker.com/
jual rumah jawa limasan, joglo dan rumah kampung
Menyedihkan memang kalau sukses diukur dgn materi ndoro, semoga anak2 saya tdk seperti itu nantinya… Amiin
untuk mereka yang tertarik:
– Nubuat VISIONER Waldviertel (Tanda-tanda yang mengumumkan Perang Besar) –
http://bumipolitik.blogspot.com/2014/12/nubuat-visioner-waldviertel-tanda-tanda.html
artikel yang sangat bermanfaat
artikel yang sangat bermanfaat
http://www.ABONENAK.com
Emaknya kemana, Ndoro?
Jadi sedih sekali membaca kisah ini.
Sukses yang sebenar benarnya adalah sukses dunia dan akhirat.
Mudah-mudahan kelak keturunanku menjadi anak yang soleh dan selalu mendoakan kedua orangtuanya dan menyumbangkan amal baktinya kepada masyarakat luas. aamiin
iya gimana ya… agak sedikit mangkelin anaknya… terlalu nafsu dengan harta yang di miliki, org tua yang sejak kecil membesarkan sampai jadi sukses smua sampai – sampai di lupakan…
semoga pintu hati anak tersebut terbuka hatinya…
anak-anaknya sudah disilaukan oleh materi, emangnya materi/harta mau dibawa mati ?
sedih baca ini
bahagianya mereka yang masih punya ayah..
saya yakin tidak ada manusia seperti anak-anak itu, kecuali itu ayah angkat mereka… 🙂
sukses itu gak perlu banyak uang.. cukup bahagia lahir batin saja..
Pusat Riset dan Pengembangan Terapi Musik, Gelombang Otak & Hipnoterapy Terbaik Di Indonesia
ironis!!! sayangi orang tua selagi masih hidup
Si anak lupa kacang sama kulitnya. Semoga kita tak seperti itu. Aamiinn.
Waspada kanker serviks! jangan anggap sepele masalah keputihan anda, bisa jadi keputihan yang berlebih adalah gejala kanker serviks.
berikut ini adalah cara mengobati keputihan dengan crystal x asli.
Saya baca keseluruhan ceritanya, dan cukup menjadikan bahan renungan. Apakah saya sebagai anak sudah bisa membahagiakan Orang Tua atau sebaliknya malah banyak menuntut atau bahkan menyakiti…
Terlebih saat ini pun saya adalah seorang Ayah yang harus bisa mendidik Anak anak saya. Terpikir rasa khawatir tidak bisa mendidik anak dengan baik, takut terjerumus pada sesuatu yang tidak baik.
Semoga Alloh SWT senantiasa melindungi kita dan selalu membimbing pada kebaikan. Amiin
Makasih ndoro sudah menyajikan artikel yang sangat bermanfaat.
miris dan sedih banget membaca cerita ini, mudah2n saya tidak menjadi seorang yg ada dalam cerita.
nice story, #ingatsamaayah… 😦
Menanamkan Ilmu kepada anak itu nomor satu, tetapi menumbuhkan rasa sayang dan hormat itu adalah yang pertama sebelum nomor satu
segera bertaubat saja…
kunjungi blog kami galery batik tulis klasik
woalah.. anak kayak gitu mendingan dimasukkan lagi ke rahim terus digugurkan.
succes is not always what you see. Hehehe..
Penggambaran yang sangat luar biasa tentang kehidupan. 😀
[…] Saya pernah menuliskan betapa rumitnya mendidik anak di sini. […]
Reblogged this on hadiahdi's WordPress and commented:
#Ayah
minyak bulus murni