AIDS Pecas Ndahe
Juli 25, 2007 § 20 Komentar
Misalkan tubuh sampean dipasangi microchip sehingga ke mana pun sampean bergerak, orang lain bisa tahu. Mau di WC kek, tidur di kamar kek, kerja di kantor kek, main sepak bola, atau sedang mojok di apartemen istri simpenan, sampean pasti ketahuan. Bagaimana rasanya?
Apa pun rasanya, mau stroberi kek, cokelat kek, madu kek, mangga kek, pemerintah daerah Papua telah membuat rancangan aturan pemerintah daerah tentang Pembangunan Kesehatan. Saya baca beritanya di koran cergas itu.
Pasal 35 ayat 4 (i) rancangan peraturan itu menyebutkan, diperlukan alat bantu deteksi yang digunakan untuk mengetahui jumlah, sebaran, gerakan, ataupun aktivitas (seks) pengidap HIV/AIDS. Alat bantu deteksi yang dimaksud adalah microchip, pengkodean, atau penandaan paten pada penderita. Dengan kata lain, para pengidap AIDS akan dipasangi microchip supaya bisa dipantau.
Saya ndak tahu apa latar belakang rancangan aturan itu. Mungkin karena ancaman AIDS di sana sudah begitu mengkhawatirkan. Mungkin lantaran jumlah pengidap AIDS sudah begitu tinggi. Mungkin oleh sebab lain.
Saya cuma merasa ada yang aneh saja. Mosok pengidap AIDS mesti dipasangi microchip? Mosok mereka dianggap sama dengan hewan? Katanya pengidap AIDS itu justru harus kita perlakukan secara manusiawi, dibantu, dan sebagainya. Nah, rancangan aturan itu kok sepertinya bertentangan.
Saya kok jadi ingat film-film fiksi-ilmiah itu. Saya juga terbayang di mana kepingan elektronik mungil itu mau dipasang? Apa orang bebas memilih atau pemerintah yang menentukan organ mana yang akan dipasangi chip? Bagaimana seandainya chip itu harus dipasang di pantat, misalnya? Apa ndak bikin risih dan gatel tuh? Mosok kita jadi garuk-garuk pantat terus?
Ah, embuhlah … Aneh-aneh saja. Apa sampean ya mau dipasangi microchip, Ki Sanak?
melanggar hak asasi manusia, ya ndoro…. mengekang kebebasan orang laen…
saya mau dipasang makrochip.
Ini tentang AIDS kan? Bukan ADIS (nama gue) kan? Mudah-mudahan tidak salah ketik.
hahaha…ngekek baca yang ini —>Bagaimana seandainya chip itu harus dipasang di pantat, misalnya? Apa ndak bikin risih dan gatel tuh? Mosok kita jadi garuk-garuk pantat terus?
hehe…saya mau dipasangi
kan malah jdi ky most wanted!!
seru loh ndoro. palagi kalo kita berusaha u/ melepasnya,an membuangnya / memasangkannya di tikus,waw..dah kaya film nya ARNOLD aja ya ndoro…
setuju ndak ki sanak??
gak papa, itu demi kemanfaatan mereka sendiri..
diberitaken besar-besar, diupayakan ditaruh chip bo’ong-bo’ongan, sekadar sugesti, cuman susuk biasa doang..biar para OHIDA merasa ada yang mengawasi..
padahal…?
iiihhhh….aneh2 aja aturannya…dah kehabisan akal
mau! tergantung kompensasinya berapa US$ / jam nya?
di sini udah biasa orang dipasangi detektor, misalnya imigran gelap yang sudah tertangkap dan diberi kesempatan tinggal di sini dalam waktu terbatas sebelum (di)kembali(kan) ke negaranya, atau mereka yang sudah tertangkap karena DUI. udah liat kan pergelangan kakinya Lindsay Lohan?
wuih.. ga manusiawi banget.. 😦
come on, maihkah menambah derita lagi?
sik sik… bahkan aktivitas seksual pun bisa diketahui?! waahhh yo emoh! nanti pada ngiri?! 😀
haa…njenengan takut ketahuan kalau lagi jajan yaaa…wis, ndoro langsung dipasangi mikrocip saja, nanti kalau lewat sensornya itu langsung bunyi, “tuit tuit tuit..” :))
Wah wah wah…itu sih namanya nggak manusiawi, seperti hewan aja yg lg diteliti shg perlu dipasang mikrochip. Tp emang bener2 parah ya di papua… *prihatin*
Seperti mobil Patroli wae yo ndoro, sing dipasangi GPS kanggo cek Posisi neng ngendi lagi muter2 …. Wek.. wek … wek ….
gak mauuu
nanti redaktur bisa dengan mudah nyuruh2 kita balik kantor. hihihihihi
ndak bisa bohong ada di mana bo 😉
klo lagi melakukan guilty pleasure ketauan ndak ndoro?
😛
mana mau orang yg udah sakit diperlakukan seperti tawanan ndoro??
ECA pasti…
sayah? microchip?
asal bisa bikin sayah lulus besok, mau sayah..
Hmmmhhh wah kasihan ya…?
Sudah saatnya kita jangan diam. Generasi muda terus-menerus berfoya-foya. Da sudut lain yang tidak kita ketahui, amat membutuhkan uluran tangan kita. Bantuan kita. Sekalipun itu doa, Ya “DOA!”
mAri kita ambil hikmah dari kejadian ini, kasus “epidemi terganaS”DI dunia. Saatnya merangkul!!!!!
SALAM PEMUDA!