Comblang Pecas Ndahe

Oktober 31, 2007 § 18 Komentar

Manusia adalah makhluk sosial (homo socius), yang bergaul dan berinteraksi dengan sesamanya. Manusia membutuhkan relasi dengan manusia lain.

Aha, betapa sering kita mendengar kalimat itu. Seperti klise, kalimat itu telah dicetak ulang jutaan kali hingga kadang kita lupa siapa yang pertama kali mencetuskannya.

Saya juga ndak ingat siapa yang pertama kali mengeluarkan kalimat klise itu sampai seorang teman tiba-tiba bertanya lewat YM, tadi menjelang makan siang. Soalnya dia mau nulis tentang manusia sebagai makhluk sosial di blognya. Dan saya ngikutin saran dia untuk menulis juga … hihihi …

Untung saya punya Paklik Isnogud — telaga yang teduh itu. Saya bisa bertanya soal apa saja kepadanya. Menurut Paklik, Adam Smith pernah menulis The Theory of Moral Sentiments pada 1759. Di buku itu, Smith berbicara tentang manusia sebagai makhluk sosial.

“Tapi, kenapa sampean menanyakan soal itu, Mas?” tanya Paklik.

Parasnya terlihat agak jengkel. Wadoh! Kenapa nih?

Selidik punya selidik, ternyata Paklik sedang menerima beberapa buruh pabrik di ruangannya. Buru-buru saya menjura dan menyabarkan Paklik.

“Nuwun sewu, Paklik. Saya tahu sampean sedang sibuk mengurus bedes-bedes itu. Tapi, ini tadi ada seorang kawan lain yang juga bertanya soal itu. Pakai embel-embel penting pula. Jadi saya terpaksa nyolek sampean.”

“Lah, teman sampean itu memangnya ngapain sih?” tanya Paklik lagi.

“Enggg … anu, Paklik. Kebetulan teman saya yang lain itu sedang pengen berkenalan lebih jauh dengan seseorang. PDKT gitulah, Paklik. Sampean tahu PDKT ndak? Nah, karena itu menanyakan soal homo socius itu?”

“Oh, maksudnya naksir gitu ya? Tapi kenapa dia bertanya soal relasi sosial ke sampean, Mas? Apa sampean sudah ganti profesi jadi calo sosial, comblang?”

“Halah. Saya ndak tahu dia naksir atau nggak. Bukan begitu, Paklik. Pokoke kenalan saja. Dan kebetulan karena kami berteman baik, ya saya mau menolong dia gitu, Paklik.”

“Ooo … paham, paham. Saya ngerti, Mas. Ya sudah kalau begitu. Saya kira ada yang lebih serius. Yo wes sana, diteruskan lagi.”

“Iya, Paklik.”

Keluar dari ruangan Paklik, saya mikir. Calo sosial? Comblang? Kayaknya asyik juga peran itu. Laku nggak ya? Sampean apa mau saya comblangin, Ki Sanak?

§ 18 Responses to Comblang Pecas Ndahe

Tinggalkan Balasan ke Hedi Batalkan balasan

What’s this?

You are currently reading Comblang Pecas Ndahe at Ndoro Kakung.

meta