Aliran Pecas Ndahe
November 1, 2007 § 39 Komentar
Bisakah sebuah keyakinan atau aliran diadili, lalu dihukum? Perlukah negara mengurus soal keyakinan warga negaranya?
Lah, kita ini negara agama atau sekular sih? Bukannya Negara Kesatuan Republik Indonesia ya? Halah.
Saya ndak tahu, Ki Sanak. Sampean mungkin lebih tahu.
Buat saya, suka ndak suka, kelompok-kelompok alternatif itu memang telah memikat banyak orang. Jumlah pengikut pelbagai aliran itu mencapai ribuan.
Barangkali orang memang sudah bosan pada agama-agama Samawi — agama yang turun dari langit itu. Lantas orang mencari sesuatu yang lebih mengasyikkan, hal-hal yang lebih “gue banget”.
Itu sebabnya, dari tahun ke tahun selalu saja muncul kelompok-kelompok baru yang mengusung dan menjanjikan pelbagai macam aliran/keyakinan. Patah tumbuh, hilang berganti.
Apakah mereka harus diberantas? Dihukum?
Saya ndak terlalu peduli pada kelompok-kelompok aliran seperti itu dan para pengikutnya. Siapa pun mereka, apakah itu aliran al-qempitiyah, al-kempotiyah atau aliran notes suci, saya ndak mau ganggu.
Tapi, kalau anggota mereka nyolong sepeda saya atau ngapusi temen saya, pasti akan saya laporkan ke polisi. Asal mereka ndak nyulik anak saya, menjelek-jelekkan kelompok lain, saya tutup mata saja.
Urusan keyakinan itu urusan masing-masing. Ngapain saya ikut repot-repot ngurusin?
Tok kita juga ndak bisa begitu saja mengatakan keyakinan ideologis, agama, seseorang itu salah dan yang benar adalah agama kita.
Ketika ngobrol-ngobrol soal ini tadi, Paklik Isnogud mengatakan, “Agama bisa memberi kita harkat. Namun, harkat itu bergantung pada sesuai atau tidaknya ageman itu bagi pribadi kita.
Baju A cuma akan menggelikan bila dipakai oleh pribadi yang tak sesuai dengan A. Dengan demikian ‘yang benar’ dan ‘yang tidak benar’ jadi nampak tak bisa diperdebatkan, mungkin.
Meski begitu, tak berarti tak akan ada dialog, dan tak ada yang bisa saling dipelajari oleh agama yang berbeda-beda itu.
‘Akan ada suatu perjumpaan yang tulus dan berbuah,’ tulis ahli theologi Katolik Hans Kung dalam Christ Sein (1974) yang diterjemahkan menjadi On Being A Christian, ‘di mana agama-agama lain akan digalakkan untuk melahirkan apa yang terbaik, dan terdalam, dari diri mereka.’
Bukan Kristenisasi atau Islamisasi, bukan sekularisasi.
Penyeragaman, penyatuan, agama dan keyakinan hanya akan menyulut bara — seperti yang pernah terjadi di India. Barangkali itu sebabnya Jawaharlal Nehru memilih tak beragama, Mas.”
“Oh ya? Kenapa bisa begitu, Paklik?”
“Di hari tuanya Nehru menulis sebuah otobiografi. Di sana tercantum jelas bagaimana ia membenci ‘agama yang terorganisasi’.
Nehru menulis, terus-terang, ‘Pemandangan dari apa yang disebut agama, atau lebih pasti lagi agama yang terorganisasi, di India dan di lain tempat, telah menimbulkan rasa ngeri dalam diriku.’
Baginya, agama dalam bentuknya seperti itu selalu memihak ‘keyakinan buta’ dan mendukung ‘kefanatikan’ alias bigotry.
‘Saya,’ tulis Nehru, ‘berkeinginan menyapunya sampai bersih.’
Apa ndak dahsyat itu, Mas?”
“Ya dahsyat, Paklik. Tapi, di India kan juga ada Gandhi, Paklik. Apa pendapatnya?”
“Gandhi itu seorang tokoh jenis lain dalam cerita sedih. Ia juga menderita oleh rangkaian bentrokan antarumat. Namun, ia seorang religius yang sanggup berkata, dengan tulus, ‘Rasa hormatku kepada iman yang lain sama seperti kepada imanku sendiri.’
Toh akhirnya Gandhi ditembak mati oleh seorang fanatik Hindu pada 1948, dan kita tambah tahu betapa bisa mengerikannya keyakinan manusia.
Mungkin itulah sebabnya ketika Nehru wafat pada 26 Mei 1964, ia tak berbisik — seperti Gandhi — ‘Ya Tuhan Ya Tuhan.’
Tapi, apakah yang diketahui manusia? Esoknya gempa mengguncang New Delhi. Sebulan sebelumnya, penujum bahkan telah meramal orang besar itu akan pergi.”
Ck … ck … ck …
Musti jam 01.30 buat nulis “PERTAMAX”
Wajah agama jadi rusak karena penganutnya itu sendiri. Lebih parah lagi, jadi alat politik demi legalisasi kekuasaan. Jadi, jangan salahkan Nehru kalo udah gini.
Wah topiknya berat nih ndoro, mesti baca filsafat dulu baru bisa komentar, but anyway IMHO: situasi di India mungkin tidak bener bener sama dan sebangun dengan disini.
setuju ndoro, saya juga tutup mata saja asal mereka ga ganggu kita, lha kalo keyakinan mereka itu bawa-bawa agama kita dan merubahnya saenake dewe?
ndoro, pak isnogoud itu apa nggak pernah baca kitab?? kok referensinya buku bikinan orang mulu??
walah, kalo soal beginian, saya gak ikut2an dah. males. mari kita urus hidup masing2 aja. ribet amat :p
walah…….berat……tapi Ndoro kayanya ikutan Komunitas di Utan Kayu nech…..
I don’t let my religious world get too complicated. I just kind of go: Well, I think I know what God is. God is love, and as much as I respond in allowing myself to be transformed by that love and acting in that love, that’s my religion. Where things get complicated for me, is when I try to live this love. Now that’s not so easy…
===
itu bukan kata2 saya, cuman kopi-paste dari wawancara vokalis grup kesayangan saya 🙂
dan saya sangat suka dengan pandangannya itu…
jadi, ya seperti ndoro juga.. saya ga gitu peduli sama aliran alternatif yang bermunculan.. *kenal aja ngga kok..*
mariii …
beragama memang sesuai keyakinan, tapi kalau keyakinan merusak dan menyerang keyakinan orang lain saya kira juga nggak bener, terutama kalau “didakwahkan”.
kalau mau bikin keyakinan, ya monggo aja, tapi gak usah ajak-ajak orang lain gitu …
penjara hanya bisa menghukum secara fisik, tapi tak bisa memenjarakan hati dan pikiran. perlu pendekatan dan cara pandang lain soal berbeda keyakinan ini. tapi embuhlah, iwak bandeng mlebu kulkas, gak mudheng babar blas
No komen, numpang mejeng aja fotoku… hehehe (Narziz banget..) Biarin…….
ini masalah sensitif. tanpa bermaksud turut campur, saya mempunyai pendapat bahwa semua orang mempunyai kebebasan berpikir dan berekspresi. sepanjang mereka tidak melakukan tindakan anarki, biarkan saja.
peace ah,…
siapa yang melakukan tindakan anarkis yang kita lihat di tv itu? kita semua saya pikir punya jawaban yang sama utk pertanyaan ini. semoga mereka yang melakukan tindakan anarkis ini memang orang-2 yang bershih dari dosa.
peace ah…
hal hal yang berbau “gue banget”?
hohoho..
mari sayah bikin aliran KEBANGETAN..
sayah sebagai presidennya..
^ atas
aliran kok pake presiden .. .
tapi ndoro, aliran kaya gitu klo nga diluruskan bisa bahaya jeh. . . klo mereka ngga menculik anak2 kita, tapi meracuni pikiran mereka, trus anak2 kita jadi pengikut mereka gimana ??
*saya blom punya anak 😀
hihihi… sependapat ndoro.
negara kita selalu melakukan action berlebihan kalo udah masalah begini begini. coba deh kalo masalah kkn, pasti pada adem ayem… ck… ck… ck…
*liat komen funkshit*
saya bilang, kalo keyakinan dan iman kita kuat, ndak bakal bisa dipengaruhi dengan mudah. apalagi cuman sekedar iming-iming, dan omong kososng. jadi tugas kita, marilah kuatkan iman kita masing-masing. jangan terlalu mengurusi keyakinan orang lain, kalo kita sendiri belum kuat keyakinannya.
piss ah…
Nggak komentar…berat…
Cuman majang foto aja deh…
Yang jelas, aliran air selalu dari atas ke bawah…
*bego mode on*
waduh berat nih postingannya. Tapi menurut saya sih aliran-aliran boleh aja, tapi kalo udah nabi palsu itu kayaknya emang gak bener, soalnya jaman dulu aja emang nabi palsu juga diperangi, contohnya Musailamah al-Kadzdzab. ini IMHO loh
Ndoro, kita nggak janjian kan ndoro?
aku pikir memang seharusnya kalo mau mendirikan keyakinan harus mengalami hukuman bahkan penyiksaaan dari negara dan agama yang sudah ada terlebih dahulu (ingat Yesus yang bahkan sampai disalib atau Muhammad yang di kejar2 oleh sukunya) supaya teruji apakah benar2 mereka punya keyakinan yang dahsyat atau tidak…nah kalo berhasil melewatinya dan pengikutnya bertambah banyak..ya sudah..biarkan saja..
ya, asal dia gak nyoba-nyoba ekspansi keyakinan, ya, suka-suka dia, ndoro. tapi kalo dia udah mulai coba-coba dekatin orang lain, sampeyan misalnya, kan keki juga.
Aliran itu kalo di biarkan sajah juga lama-lama akan besar, walau sebelumnya terkena seleksi alam dulu.
Kalau sudah besar, kan susah di atasi, apalagi ternyata aliran nya menyesatkan, nah loh.. menurut ndoro gimana.
walo bukan negara agama, tp kalo nantinya mengancam kehidupan bernegara kan berbahaya ndoro.
Kalau aliran itu sudah NGOSAK ASIK aliran yang udah baku… kenapa tidak di tertibkan 😉
hehe. beda ya dimensi cara berpikirnya kalo sudah dirasuki nafsu duniawi, jadi yang dianggap penting ya yang urusan2 dunia aja, kekeke…
mungkin itu masalahnya ya, bahwa perbedaan penyikapan sebagian orang dengan sebagian yang lain adlah pada cara pandang antara “dunia” dan “akhirat”.
halah…
saya setuju dengan komentar Komarudin Hidayat: “Sah-sah saja punya keyakinan, tetapi jangan menyakiti/melukai kepercayaan masyarakat yang sudah mapan.”
saya juga heran!!!khok bisa2nya negara ngatur masalah keyakinan..aku pikir itu hak pribadi yang berarti hak asasi orang khan?? selama gak nyenggol, gak bikin rusuh ya biarin saja…
ini sama dengan kasus penggrebekan hotel-hotel, apa urusannya gt loh???
tutup mata juga, asal tak merugikan yang lain. silakan bikin agama banyak-banyak. 🙂
selama aliran itu dijalalni sendiri aja sih gpp, tp kalo udah disebarin namanya penodaan terhadap agama *bahasa aparat* 😀
I trust, you trust in me to mistrust you.
Salah sendiri, belum kuat (banyak) kok sudah berani proklamirkan diri.
Kalau sudah kuat, kelompok lain paling-paling cuma kasih komentar : “silahkan ikut sesuai keyakinan”.
Ngurus kapan lebaran aja gak becus, kok bisa-bisa nya menghakimi keyakinan orang lain.
Dengan menulis ini, Ndoro berarti gak tutup mata. Lha kalo tutup mata, ya gak bisa baca-tulis lah..
Gw sih asik asik aja ..
selama dia kagak nyenggol gw …
wattaaaaaa 😀
Rosul/Nabi kok ada Up datenya ….
Inilah bukti kalau kita saling peduli ama yang lain.
Semua yang dilakukan pemerintah pasti dengan pertimbangan yang ga sembarangan.Tapi,dengan kita saling kasih masukan atau bertindak yang lebih nyata maka hal ini menunjukkan kita saling mendukung perwujudan Indonesia yang lebih baik dimasa selanjutnya.
Sekarang tinggal kedewasaaan kita yang harus dikedepankan.Jangan saling menyalahkan,lempar tanggungjawab,cari kambing hitam,bertindak anarkis,apalagi main hakim sendiri kepada pihak minoritas.
sip….
spirituality YES…religion NO
sesat
Aku tersesat dalam belantara kata. Dalam ketersesatanku justru aku malah menemukan apa yang tidak ditemukan oleh orang yang tak malu bertanya.
Kutelah hanyut dalam aliran sungai tak berhulu, setelah terseret ombak ke pantai tak bertepi, aku merasa pengalaman spiritualku perlu kubagi pada domba-domba yang tak berpengalaman yang tersesat di padang ketidaktahuan.
Sampai saat jumlah pengikutku terbilang sekian, menjamur menjadi benalu di permukaan kulit para pengklaim kebenaran. Agama tak akan pernah menjadi nista meski tuduhan penistaan agama selalu saja ada.
Sampai aku terpuruk di balik jeruji penjara menatap sebuah keyakinan yang bebas merambah di luar sana.
(hasil wawancara imajiner dengan Ahmad Mushaddeq)
lakum dinukum waliadin……. gitu saja kok repot
laah katanya negara bebas….koq punya keyakinan aneh2 ndak boleh yah??
jadi ingat Wako. si dapit bunuh diri bersama seluruh pengikutnya….hehehe bar ngeliat biograpi nya di tepe
ayo bercermin
wehhh… mau ngemontari tapi sudah basih, ketinggalannnn…………………………………
coba banyangkan anda berkulit putih, memakai baju putih, berada di ruang yang serba putih, apa anda masih bisa melihat?
corak dan ragam agama adalah warna dari sebuah keyakinan, dengan warna tersebut kita bisa melihat, merasakan dan menghayatinya, bagaimana bisa kita berkata salah jika semua tidak ada yang benar atau bagaimana kita berkata benar jika semua tidak ada yang salah.
dengan beragam agama justru kita bisa membandingkan mana yang pas dan mana yang kurang pas menurut keyakinan kita.
kehadiran aliran baru merupakan sebuah ekspresi dari ketidak percayaan ajaran agama yang dianggap sudah kuno , ketinggalan jaman, serta janji-janji melulu.
sebagian orang melihat hal hal yang lebih bersifat nyata dan instan. daripada harus melalui proses tirakat yang lama dan belum ada hasilnya.
berbagai figur tokoh agama yang diceritakan sang “guru” kepada umatnya terbentang jauh ratusan hingga ribuan tahun, bukan tidak mungkin ajarannya sudah banyak terdapat distorsi, dan siapa yang menjamin suatu ajaran masih tetap orisinil
karenya, timbulnya agama baru adalah expresi atas kerinduan akan hal – hal yang baru dan lebih nyata daripada harus mendengarkan dongeng dari Sang “guru”
karenya…….. mari kita hormati, para pengikut agama baru dan dan dunia akan bertambah warna.
Puisi ;
seekor katak hitam
duduk diatas batu hitam
dimalam yang kelam
gelap booo, tidak keliatan apa – apa