Azhari Pecas Ndahe
November 5, 2007 § 25 Komentar
Dari pojokan sebuah kedai tempat kaum urban biasa melewatkan waktu luang di Menara Jamsostek, Jakarta, kabar itu meluncur bak meteor ke delapan penjuru angin.
Rahma Azhari kabarnya dipukuli mantan suaminya, Minggu dini hari.
Gegeran rumah tangga itu ndak bakal bikin heboh kalau orang-orang yang terlibat bukan nama-nama kondang. Jadi ramai karena selain melibatkan klan Azhari yang memang terkenal sebagai biang gosip, ribut-ribut itu menyenggol sebuah klan yang ndak kalah kondang: Bakrie. Halah.
Klan Azhari kerap menghiasi pagina tabloid infotainment. Klan Bakrie sering muncul di halaman-halaman media massa yang lebih serius. Dua jawara bertemu di sebuah tikungan. Wrong time, wrong place.
Nama Bakrie ikut disebut karena ada yang bilang bahwa salah satu anaknya ikut terlibat pengeroyokan Rahma. Tapi, terus terang saya ndak tahu lebih detail tentang apa penyebabnya dan bagaimana insiden itu terjadi. Ndak penting kan, Ki Sanak?
Soalnya, para artis, seleb, penghuni dunia yang gemerlap itu, memang makhluk yang aneh, datang dari negeri entah berantah. Mereka selalu membuat kita plongap-plongop, ndomblong, dan kadang sampai ngeces.
Orang media menobatkan para pesohor sebagai kelompok yang cuma enak dilihat dari jauh. Tapi, kalau kita kebetulan bertemu di jalan, mereka sebetulnya cuma orang-orang biasa — yang bisa bikin kesal, gondok, dan ngeselin. Eh, kentut mereka bau juga loh.
“Celakanya, makin hari makin makin banyak jumlah orang seperti mereka — yang membuat keadaan makin centang-perentang, Mas,” kata Paklik Isnogud yang kebetulan ada di sebelah saya menikmati halaman-halaman sebuah tabloid penyebar gosip itu.
“Maksud Paklik?” saya bertanya karena ndak mudeng.
“Saya merasa Indonesia kian disesaki oleh sejumlah orang yang setiap kali sibuk minta dielus-elus egonya, dan tiap kali bersitegang untuk mendapat aplaus.
Keadaan jadi lebih menyesakkan karena orang-orang yang aneh itu, juga mereka yang punya kekuasaan, mulai menuntut (setelah mereka memandang ke cermin di pagi hari) agar mereka selalu diangkat-angkat, dengan kata pujian para wartawan atau dengan pundak para bawahan.
Saya jadi penasaran, Mas. Apakah sekarang masih ada orang yang berjalan ke sana-kemari dengan rasa proporsi yang masih sehat? Adakah orang yang sadar bahwa memuji dan dipuji di Indonesia punya banyak risiko? Yang dipuji bisa dicemburui koleganya, yang memuji bisa dicurigai kejujuran motifnya.”
“Wah, saya ndak tahu, Paklik. Mungkin teman-teman saya ada yang tahu.”
Apakah sampean tahu, Ki Sanak?
Paklik benar, Indonesia tampaknya makin disesaki orang-orang yang setiap kali sibuk minta dielus-elus egonya, akibatnya hanya orang-orang yang jago ngelus lah yang selamat dan sampai puncak (untuk kemudian minta dielus lagi oleh bawahannya, begitu seterusnya). Kalau begini terus mau dibawa kemana Indonesiaku ini … ?
Masih ada kok, lha buktinya sampeyan itu walaupun terkenal tapi masih ada rasa proporsi yang sehat 😀
gak doyan maia, malah menthelengi britane rahma. ;))
ngaku ae ndoro, sampeyan doyan infotainment toh? piiiisssss
Lha pye tho ndoro…?????
Kan wes dibilang minta dielus aja wes cukup…
Lha koq malah pake digebukin sgala..?????
Elus+ kui ndoro…..^^……wkwkwkwkwkwkk……
sing diuber wong seksi seksi thok … @#$%^@#$%^@#
klan Azhari gitu lho!!
saya sih nggak pernah ploga-plongo liat artis. apalagi sampe ngeces. artis toh juga manusia biasa seperti kita juga. bedanya, kerjaan mereka memang tampil di media massa.
ndoro, mbok kalo ngeces cepetan dihapus, njijiki… liat rahma kok sampe ngeces gak berhenti-brenti…
Sudah pernah dikentuti Rahma Azhari ya ndoro?
sampeyan pernah ngambu entut-e selebritis to ndoro?
lagi2 sensasi….humm
dunia udah disesaki dua klan, klan artis dan klan pejabat….klan jahat dimana dong tempatnya?
lho…lho…sampeyan lupa, masih ada satu klan penting lagi!
ah lagi2 klan azhari, lagi2 di t4 clubbing, lagi2 berantem.. emang mreka beneran artis??
ah mereka itu saya kira PPS ndoro… Para Pencari Sensasi…. :))
Wah…lama-lama blog e ndoro jadi blog infotainment …
* kabuuuur…takut disambit sama ndoro…
imajinasi saya tentang centang perenang adalah, nDoro, jemuran dari tali rafiah yang digantungi kolor, beha, kaos singlet dan segala macam sepupunya. Memang mawut, nDoro… Marai pecas ndahe… enake ngombe eh tes.
namanya juga selebritis…kalau gak cari sensasi namanya ya bukan selebritis.. gitu aja kok repot 😀
pagina ya?
komen lagi ah…
eh, konon katanya pemukulan itu terjadi pukul 02.30 dini hari, ya? cewek jenis apa yang keluyuran pada jam segitu?
dua jawara,,, wkakakak…
coba dua jawara diketemukan sama jagoan neon..
Ndoro…. mbok yao bloge sampeyan ojo diisi keluarga bejat…. menurunkan kredibilitas sampeyan…. Nek TV nang omahku ono berita ttg salah siji keluarga bejat ashari, langsung tak pateni tvku….
Munyuk ngene iki ndlongop karo ngeces kalo lihat Azhari Sisters bukan karena selebritis, tapi karena sing kethok-kethok, gak usah artis nek kethok yo marai ndlongop kok.
Biang kerok….para pesohor..,tidak bisa ikut merasakan sodara kita yg di deket gng Kelud, Semeru….dan Daerah lain yg pada ngungsi…..mulane ora usah di gagas para Seleb kuwi……
Mumpung Ndoro lg mbahas artis, sekali – kali Ndoro mbahas pilem kita Ndoro, yang banyak bergentayangan di republik horor ini, misalnya Sundel Buntet, atau Suster ngedot, dll, pengin tahu dari perspektif Ndoro saja.
koyok lagu jaman biyen ya ro (dari kata ndoro) klan azhari kalo pake baju.
coba liat di dadaku … pasti ada ….