Menanti Pecas Ndahe
Desember 10, 2007 § 17 Komentar
Kepada bayangan senja yang bersembunyi di balik cahaya. Yang bersahaja seperti nyanyi. Terima kasihku kepadamu yang telah menanti …
dalam pekatnya selimut malam
dalam dekapan angin yang berhembus hangat
bersama para bidadari yang menari di balik rerimbunan bintang
dalam belitan beban yang menindih pundakmu yang kian kuyu
bersama matahari yang meletek setiap pagi
di tengah pikuknya kehidupan yang membiru
di pinggir jalanan yang terus berlari tanpa henti …
Aku tahu, sungguh bukan pilihan yang mudah menanti seseorang yang bahkan tak pernah kau kenangkan dalam mimpi. Aku mengerti.
Namun, toh kau tetap harus memilih, untuk berhenti atau terus, seperti yang lalu-lalu. Karena kita tak pernah tahu ke mana jalan akan berujung.
Di depan ada banyak belukar dan alang-alang. Di pinggir ada lembah dan ngarai. Di atas langit luas tak tepermanai.
Aku matahari sepanjang siang. Mendung sepanjang matahari. Aku sebatang pohon merah yang lisut didera angin. Terbakar dalam cuaca beku.
Aku gambaran rindu yang tak kunjung selesai diungkapkan. Berserak-serak. Berderai sampai jauh. Tak tentu arah. Kau harus menyusunnya kembali. Menjadi satu. Utuh.
Kalaupun kau tak mampu, kenanglah aku, lelaki yang terbiasa memilih satu jalan yang tak biasa — seperti bait-bait liris yang kupinjam dari Robert Frost ini:
Two roads diverged in a yellow wood,
And sorry I could not travel both
And be one traveler, long I stood
And looked down one as far as I could
To where it bent in the undergrowth …
… I shall be telling this with a sigh
Somewhere ages and ages hence:
Two roads diverged in a wood, and I–
I took the one less traveled by,
And that has made all the difference …
:: Untuk seseorang yang tertidur seraya tersenyum …
nunggu itu kerjaan yang bikin bete…
Bukan ucapan perpisahan to ndoro???
Saya ndak mudeng ndoro… π
ayo, kamu bisa! halahh
bersama matahari yang meletek setiap pagi
Meletek itu apa ndoro *lugu mode on*
:: meletek = merekah:: π
semoga tulus menyapa senyum kedamaian itu…:)
[…] Nyomot dari sini […]
Jangan-jangan ini soal penantian Anto akan bulan Desember? Sarah, kamu di mana?
Menanti sampai samudera mengering
siapatah gerangan…dia itu.?
:: Untuk seseorang yang tertidur seraya ngowo … π
sampeyan kenopo to mbah…kok jadi melow gitu…aku jadi ikut melow ni lo…hihihi
teruntuk bojo seng nungguin suami(seng kurang ajar mulih khok nganti wengi) sampai tertidur=0
“:: Untuk seseorang yang tertidur seraya tersenyum ⦔
hmm…lagi mimfi afa ya…
Hehehe..lucu banget sih komentar2 teman disini..ini yang membuat saya betah buat mampir di blog nya Ndoro Kakung..idenya macem2 ya..pasti ge er deh wanita yang dapat puisinya Ndoro…Jangan sampai bunuh diri ya Ndoro..nanti aku ngga bisa nguyu lagi baca komentar teman2..
gandrung lagi to iki? π
ndoro bikin layanan sms puisi ae, duwite akeh, ndoro …
cukup ketik “REG NDORO” kirim ke nomer sekian
trus di iklannya pake cewek2 yang kehabisan kain itu
tempel di koran tetangga, pasti laris ndoro … π