Dino Pecas Ndahe

Juni 27, 2008 § 62 Komentar

Dino Patti Djalal, Staf Khusus Presiden bidang Hubungan Internasional/Juru Bicara Kepresidenan, nanti malam akan meluncurkan buku terbarunya: Harus Bisa! Seni Memimpin a la SBY.

buku dinno pati djalal

Saya beruntung sempat membaca itu lebih dulu — hadiah dari seorang kawan baik [thanks, Nduk]. Dan, sebagai balasan kebaikan hatinya, saya bikin posting ini.

Kesan saya begitu pertama kali melihat buku itu: keren. Buku setebal 416 halaman (di luar kata pengantar dan epilog) ini dicetak dalam versi sampul hard cover. Kualitas kertasnya bagus dan cetakannya nyaris sempurna.

Sayang, foto di sampul depannya kurang “menjual”. Nggak banget, kalau meminjam istilah anak muda generasi iPod.

Isinya?

Nah, ini dia. Begitu saya buka-buka halamannya, tiba-tiba terjatuh selembar kertas berisi daftar sembilan ralat. Halah. Apakah penyuntingnya kurang teliti?

Bisa jadi penyuntingnya memang kurang teliti atau buku itu tak melewati sentuhan seorang redaktur bahasa.

Setelah membacanya sekilas, saya masih mendapatkan sejumlah kesalahan pengetikan (typo), misalnya di halaman 3, alinea 4. Ada kata “menyemuti”, padahal mestinya “menyelimuti”.

Ada juga kesalahan ejaan, contohnya di halaman 5, baris terakhir. Kata “kebelakang”, mestinya “ke belakang”.

Masih banyak typo dan kesalahan ejaan lain di halaman berikutnya yang terlalu panjang kalau disebutkan semua di sini.

Bagaimana pun, dengan segala kekurangan dan kelebihannya, ini buku yang layak dibaca. Dino mampu menuturkan kisah-kisah dari Ring-1, jantung Istana Kepresidenan, dengan bahasa yang mengalir lancar dan enak dibaca — ah, jadi ingat tagline majalah itu. Dalam satu kata: mengasyikkan.

Buku ini merupakan semacam kumpulan ingatan dan kesan Dino terhadap atasannya. Sebuah catatan untuk melawan lupa. Ia menjadi berharga karena buku semacam ini masih jarang.

Berkat buku ini, kita juga jadi tahu apa yang dirasakan Dino mengenai atasan dan pekerjaannya. Kita memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang sosok SBY sebagai seorang presiden, suami, dan manusia biasa.

Dino berhasil memotret profil bosnya dari dekat sehingga tergambar betul bagaimana pemikirannya, nilai-nilai yang dianutnya, etos kerjanya, kecemasan, kesedihan, juga ketakutan-ketakutannya.

Tentu saja ada kesan hiperbolik dalam penilaian Dino di buku ini. Orang juga bisa menganggap buku ini sekadar upaya mempercantik citra bosnya menjelang 2009.

Ah biarlah pembaca yang menilai. Saya sih, terus terang senang membaca buku ini. Pertama, karena memperoleh buku ini secara gratis (hehehe …). Kedua, lantaran pengetahuan saya jadi bertambah.

Bravo, Dino!

>> Selamat hari Jumat, Ki Sanak. Apakah sampean sudah membaca buku hari ini?

Tagged: , , , , , , ,

§ 62 Responses to Dino Pecas Ndahe

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

What’s this?

You are currently reading Dino Pecas Ndahe at Ndoro Kakung.

meta

%d blogger menyukai ini: