Aspartam Pecas Ndahe
April 13, 2010 § 56 Komentar
Email tentang bahaya aspartam terus bertebaran. Beberapa merek produk makanan dan minuman disebut-sebut mengandung pemanis sintetis ini. Benarkah aspartam menyebabkan diabetes, kanker otak, dan sebagainya?
Tunggu dulu. Untuk sampean yang belum paham topik ulasan kali ini, aspartam adalah pemanis buatan pengganti gula yang biasa digunakan di dalam makanan dan minuman. Karena kandungan kalorinya rendah, aspartam juga dipakai sebagai pengganti gula bagi orang-orang yang melakukan diet dan penderita diabetes.
Di industri makanan dan minuman, aspartam telah dipakai secara luas bersama pemanis kimia lain seperti sakarin dan siklamat. Dijual dengan nama dagang komersial seperti Equal, Nutrasweet dan Canderel, aspartam telah digunakan di hampir 6.000 produk makanan dan minuman di seluruh dunia. Terutama digunakan di minuman soda dan permen. Aspartam disukai karena memiliki rasa yang lebih manis 180-200 kali dari gula yang biasa.
Entah kenapa, tiba-tiba beredar kabar bahwa aspartam ternyata memicu pelbagai penyakit berbahaya. Saya pertama kali mendapatkan surat elektronik yang mengingatkan tentang bahaya aspartam itu beberapa bulan yang lalu. Pesan yang sama juga saya peroleh melalui pesan pendek (SMS) yang masuk ke handphone dari kawan-kawan. Sampai beberapa hari yang lalu, masih ada satu dua email tentang aspartam itu masuk ke inbox.
Semula saya sempat kaget karena email itu lengkap menyebutkan merek-merek terkenal, seperti Extra Joss, M-150, Kopi Susu Gelas, Kiranti, Kratingdaeng, Hemaviton, Marimas, Frutillo, Segar Sari, dan sebagainya. Email itu bahkan mencantumkan Ikatan Dokter Indonesia sebagai sumber.
Saya jadi bertanya-tanya, benarkah aspartam memicu beberapa penyakit seperti yang disebut dalam email itu? Benarkah merek-merek yang disebut itu mengandung aspartam? Jika ya, mengapa pemerintah — Departemen Kesehatan, Badan Pengawasan Obat dan Makanan — tak melarang peredaran makanan dan minuman yang disebut-sebut memakai aspartam?
Karena tak ingin tersesat di belantara teks, saya lalu mencari lebih lanjut informasi mengenai aspartam dan bahayanya melalui Google. Salah satu temuan pertama saya adalah berita di situs Antara. Di berita tersebut disebutkan bahwa Ikatan Dokter Indonesia (IDI) membantah telah mengeluarkan pernyataan soal beberapa jenis merek minuman yang dikabarkan mengandung Aspartam, pemanis buatan yang lebih keras dari biang gula.
Lewat siaran pers yang dikirim ke media massa, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PBIDI), Dr. Prijo Sidipratomo, bahkan meminta masyarakat untuk waspada dan tidak mudah percaya dengan kabar yang belum terbukti kebenarannya dan mengecek lebih dulu kebenaran berita tersebut ke IDI atau Dinas Kesehatan setempat.
Penelusuran berikutnya membawa saya ke halaman sebuah situs berita daring yang mempublikasikan tulisan dokter Intan Airlina Febiliawanti.
Di situs itu, dokter Intan menulis bahwa meski penggunaannya telah mendunia dan telah disetujui oleh WHO, bukan berarti aspartam langsung bisa diterima oleh masyarakat. Banyak kontroversi muncul dikarenakan adanya penelitian mengenai produk aspartam dengan beragam hasil yang berbeda.
Intan lalu memaparkan beberapa hasil penelitian — sampean bisa membacanya sendiri di sini. Menjelang bagian akhir tulisan itu, Intan menyatakan sejauh ini FDA dan beberapa organisasi kesehatan lainnya masih menyatakan aspartam aman untuk dikonsumsi berdasarkan banyaknya penelitian yang dilakukan di berbagai belahan dunia dari masa ke masa.
Meski demikian, menurut Intan, apakah aspartam memang aman dikonsumsi atau tidak, kembali kepada tiap-tiap individu untuk menjawabnya. Karena meski badan kesehatan dunia sudah menyatakan aman, keputusan terakhir berada di tangan konsumen.
Saya suka kesimpulan itu. Di tengah serbuan berbagai macam produk, juga advertensi yang hiperbolis, sangat wajar jika kita dituntut selalu berhati-hati sebelum mengkonsumsi apa pun. Jadilah konsumen yang cerdas!
>> Selamat hari Selasa, Ki Sanak. Apakah sampai hari ini sampean masih mengkonsumsi produk yang mengandung aspartam?
wis.. dan enak
mungkin saya masih mengkonsumsi, karena saya sendiri gak begitu awas apakah ada aspartamnya atau tidak di makanan/minuman yang saya konsumsi, soalnya mbok darmi gak ngasih ingridient di setiap gorengan yang dia jajakan…
wah saya ini pengkonsumsi setia aspartam karena kalau diet, otomatis yang dikonsumsi pasti yg gak mengandung gula asli…alias produk2 dengan kalori rendah tapi tetap manis spt saya ;P
waduh… aspartam ini memang menajadi dilema bagi bangsa ini… padahal bahaya luar biasa
Jadi sms yang beberapa waktu ini beredar itu palsu? Ckckck… Tp ya.. Bagaimanapun yang alami pasti lebih sehat dibanding yang buatan.. 🙂
Belum pernah.
Saya termasuk konsumen yang gak teliti, asal enak dimakan, sikat. Soal efek ke badan : mari berdoa sebelum makan. Tuhan melindungi 🙂 Terimakasih infonya Juragan….
Konsumsi air kendi lebih enak dan segar! Ditemani singkong bakar!
sepakat!!
Boros kalau beli minuman diatas!
Saya juga dapat sms dari adik saya tapi cuma 5 macam, rupanya kita tertipu, ini persaingan yang tidak sehat!
waaa saya ga mo minum lagi ah 🙂 terima kasih postingannya ^^
AH itu kan permainan kapitalis aja….
saya minum sejak 15 tahun yg lalu….mudah2an aman ya Allah…amiiiiin
Pada dasarnya, semua zat itu obat sekaligus racun. Semua tergantung pada kadar, takaran, dosis.
Gula, yang jelas diketahui sebagai zat yang aman, kalau dikonsumsi berlebih bisa jadi penyakit.
Bisa ular, yang jelas diketahui sebagai zat berbahaya, kalau diaplikasi dengan tepat bisa jadi obat.
Ingat simbol medis? Ular dan cawan obat…
hmm…ambil positifnya aja kali ya dari sms2 yg baru2 ini marak beredar soal aspartam itu, salah 2nya, tulisan ini bisa muncul sehingga qt2 jd tau lebih banyak (matur suwon ndoro kakung), dan qt jadi lebih hati2 soal makanan dan minuman yg qt konsumsi…se7 bgt sm pernyataan: “keputusan terakhir di tangan konsumen”
terlepas apakah ada konspirasi atau permain kapitalis di balik itu, seengganya qt jadi mawas diri aja…:)
sudah belum ya???
wah postingannya mantaf. saya g tau ni uda konsumsi pa belom, tp intinya saya g suka minuman bersoda. hehe… tapi memang keputusan ada di diri kita sendiri… 😛
Dulu pernah menggunakan produk ber-aspartam…
Desa-desus Aspartam itu nggak hanya di Indonesia… di sini beberapa ‘bibir’ juga masih sumir kalau ngomong soal aspartam…
Saya memilih untuk tidak mengkonsumsi sih…
Kalau mau gula ya minum gula, kalau mau tawar ya tawar aja deh 🙂
minum air putih…
Aspartam, sepanjang dikonsumsi sesuai aturan tidak menimbulkan gangguan pada kesehatan. BPOM dan IDI telah mengeluarkan bantahan resmi terkait pemberitaan palsu mengenai aspartam yang disebar melaui milis, BBM dan sms.
Saya juga pernah bahas ini di blog saya. Saya akhirnya pilih tetap pake, kalo emang udah ada di produknya. Simpel ya 😀
Kadang-kadang kita memang suka ribet sendiri.. Kuatir ini kuatir itu, malah bisa-bisa itu yang bikin kita stress sendiri
sudah lama denger info ini ndor, saking seringnya dapet malah mbikin saya yakin bahwa ini hoax 😆
hoax mungkin yah??
yang pasti, produk2 tersebut berbahaya bagi kantong 😀
hoax itu apa sih?
setau saya, aspartam masih aman digunakan. asal, tidak dalam komposisi yang berlebihan ndor.. jadi, kalo buat penggunaan yang sehari2, ga sampe kecanduan, ya gapapa…
kan, komposisi disesuaikan sama kebutuhan, dan juga kalo ga salah sih ada bilangan pembagi per berat tubuh gitu deh..
Untungnya saya ga pernah mengkonsumsi makanan/minuman yang dimaksud. Dari orang tua udah ngelarang mengkonsumsi yang kayak gituan 😀
penasaran pingin komen di sinih..tadi gagal..
salam kenal ndoro… ^^
TFD
benar ndor, kita harus jadi konsumen pintar 🙂
tp aspartam aman kok
http://www.detiknews.com/read/2010/03/29/110245/1327548/727/bpom-menyatakan-aspartam-aman?991102605
yang pasti bener atau gak, waspada dalam memilih makanan itu harus, karena gimana pun juga apa yang masuk kedalam tubuh pasti ada efeknya mau itu makanan yang baik ataupun makanan yang tidak baik.
Memang kita mesti hati-hati, asal nggak sampai pobia aja!
begitulah, di tengah komunikasi yg semakin cepat…kadang sulit membedakan data dan promosi…
Menurut saya ini bukan berarti aspartam aman atau tidak aman.
Sebagai farmasis sebaiknya penggunaan aspartam harus sesuai dengan takaran perharinya.
Takaran aspartam menurut ADI (Acceptable Daily Intake) 40mg/kg/bb. Artinya jika berat saya 50kg maka saya hanya boleh mengkonsumsi aspartam 2gram saja perhari.
Seringkali yang justru menyebabkan gagal ginjal, otak, dll disebabkan mengkonsumsi yang terlalu berlebihan atau mengkonsumsi beberapa produk lain yg sama-sama mgd aspartam selama beberapa tahun.
betul.. pemanis buatan khan sebenarnya diciptakan utk memenuhi hasrat manusia akan rasa manis tanpa menambah kalori, oleh karenanya, bagi diabetisi atau mereka yg ingin menurunkan berat badan, tidak perlu berbondong2 memakai pemanis buatan, jika msh bisa mengkonsumsi makanan & minuman yg tawar ya ngapain pake pemanis buatan. lebih sehat tentunya.
utk minuman suplemen spt yg sdh ndoro sebutkan di atas, produsen mengklaim bahwa produknya adl minuman penambah energi, tetapi kenapa pakai pemanis buatan yg rendah atau tanpa kalori…lha terus energinya dpt dari mana..? energi justru terbesar sumbangsihnya khan dr gula, sedangkan kandungan asam amino pd minuman2 suplemen itu relatif kecil, jd tdk bisa digunakan sbg sumber energi.
wah semakin banyak saja pemanis yang berbahaya
Saya jd bingung untuk memilih antara dua kutub, yg satu aman dan yg lain mengatakan gak aman???? Kl begini hanya diserahkan ke masarakat nanti banyak yg bingung sedangkan produk yg menggunakan aspartam ckp banyak.
pengalaman pribadi, setiap kali mengkonsumsi produk mengandung aspartam (dan siklamat n pemanis buatan lainnya), tenggorokan jadi gatal, n biasanya berlanjut jadi pilek… mungkin saya alergi dg zat2 itu. jadinya sebisa mungkin saya menghidari pemanis buatan.
menurut pendapat saya.
kenapa who, fda dan bpom meluluskan zat2 tersebut? kita jgn terlalu naif bahwa mereka suci. kita ga pernah tau apa yg terjadi dibelakang, kalo aja badan2 kesehatan itu me-ilegalkan zat2 tersebut, pikirkan apa yg terjadi dengan industri makanan dan minuman! mereka banyak yg bakal merugi besar, collapse dan bakal mengeluarkan banyak uang lagi untuk meriset. mereka bisa aja pakai bahan yg natural, tapi ingat! bahan natural itu mahal! kenapa mahal? karena (menurut saya) sedikit lama membuat nya, sehingga tidak efisien buat produksi masal.
kita ambil contoh produksi tumbuhan. bayangkan misalnya beras, kentang, sayur2an, di tanam tanpa pestisida, itu tumbuh2an bakal lebih lama tumbuh dan juga petani bakal kesusahan buat mengatasi hama2 nya. ketika mereka menggunakan pestisida, hasilnya bakal cepat dan mulus (tapi sadarkah kalian, sayur2 yg mulus itu tidak akan berani dimakan hewan, karena apa? karena sudah banyak racun nya).
tapi apa mau dikata, semua makanan di dunia sudah banyak bahan kimiawi nya, sudah susah mencari makanan sehat dan benar2 alami, tubuh kita pun sudah terbiasa. makanya wajar banyak penyakit baru semacam kanker, aids, flu babi, flu burung. (zaman nabi aja kayaknya ga ada tuh penyakit kayak gitu, karena zaman dulu masih natural bahan2 makanan nya)..
ada komentar tentang pendapat saya?
setuju banget mas!
sudah berapa lama anda hidup dengan makan beras yang ber-pestisida? sadarkah anda bahwa umur anda lebih panjang di banding serangga yang makan dari beras yang tidak ber-pestisida? bukan membela penggunaan pestisida atau racun atau apalah namanya, tapi semua itu aman dikonsumsi selama masih dalam kadar yang diperbolehkan…
minum aer putih juga kalo kebanyakan bisa kembung mas…
mudah-mudahan bermanfaat
salam
Paling aman kembali ke makanan tradisional aja….
Dan minumannya teh, kopi atau air putih….
masih, masalahnya, lidah seret2 gitu rasanya.
masih minum ndoro…ini kulo nembe mawon nyobi pemanis aspartam, di enggo lintune gula. lha sanjange doktere…diet kalori ndoro… 🙂
masih minum ndoro…ini saya baru saja mencoba menggunakan pemanis aspartam, sebagai gantinya gula. lha.. menurut dokter perlu diet kalori ndoro…. 🙂
pemanis buatan khan sebenarnya diciptakan utk memenuhi hasrat manusia akan rasa manis tanpa menambah kalori, oleh karenanya, bagi diabetisi atau mereka yg ingin menurunkan berat badan, tidak perlu berbondong2 memakai pemanis buatan, jika msh bisa mengkonsumsi makanan & minuman yg tawar ya ngapain pake pemanis buatan. lebih sehat tentunya.
tidak hanya aspartam pak ndoro.. ada yang lain misalnya monosodiumGlutamat (MSG) itu juga diperbolehkan tapi kita juga harus hati2 menkomsumsinya. 😀
oom Ndoro, saya punya seorang guru yang lidahnya secara alami mampu membedakan pemanis sungguhan dan pemanis buatan loh! Hebat kan? 🙂
berbahaya bagi kantong setuju, tapi kalau berbahaya bagi kesehatan. . . ..e memmmm..ga tahu juga. . . .
Kalau sengaja mengkonsumsi aspartam pasti belum pernah, tapi secara tidak disengaja karena tidak tahu mungkin suuuering mas ndoro 🙂
Sy pribadi jarang m’konsumsi jenis2 makanan/minuman yg dsebut di atas. Terlepas dr pro-kontra bahaya aspartam, pesan berantai baik via sms atau email memang sering bikin heboh dan panik gara2 informasi yg blm bs dipercaya 100% kebenarannya. Ini mungkin salah satu trik black campaign dr kompetitor suatu produk yg memanfaatkan sifat masyarakat kita yg saling peduli dan perhatian dg saudara/teman dg kasih info secara gethok tular (berantai) bila dirasa penting. Juga sifat mudah terpengaruhnya masyarakat terhadap suatu info itu sehingga trik ini sangat cepat terlihat hasilnya…anyway, kita memang harus lebih cerdas utk menyimpulkan suatu pesan dan memilih yg terbaik utk kita.
yang saya tau aspartam tidak boleh berlebihan ndoro… ada panduannya kan biasanya dibalik kemasan minuman. berapa mg/ berat badan peminum. sebenarnya dari situ udah ketauan kalo konsumsinya kudu ati2.
dang amazing story dude.
coba dilihat di websitennya Badan POM RI (www.pom.go.id) , sudah ada press release tentang penjelasan isu aspartam yang beredar di masyarakat…
hmmh,, kita harus mnjadi konsumen yg bijak,, 🙂
yg bikin berbahaya tu klo slalu khawatir trus ini itu, bkin sterss sndri nti’y..
keren bangets…ndoro…