RMS Pecas Ndahe

Oktober 5, 2010 § 56 Komentar

“Ah, RMS kan sudah tidak ada!”

Kata-kata itu keluar dari mulut Johannes H. Manuhutu, presiden pertama “Republik Maluku Selatan” atau RMS. Saya mendapatkan kisah ini dari arsip lama majalah Tempo terbitan 15 Februari 1975.

Saya publikasikan ulang di sini sebagai pengingat, setelah siang tadi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tiba-tiba membatalkan rencana lawatan ke Belanda. Apa sebabnya?

“Karena ada pergerakan yang tuntut permasalahan Hak Asasi Manusia di Indonesia ke Pengadilan di Den Haag. “Yang tuntut organisasi yang di dalamnya ada RMS (Republik Maluku Selatan),” kata Yudhoyono seperti dikutip Tempo Interaktif.

Nama RMS mendadak disebut-sebut lagi sore ini setelah batalnya kepergian Yudhoyono ke Belanda. Siapakah gerangan RMS? Mari kita baca tulisan di Tempo itu tentang Johannes H. Manuhutu.

Waktu ditulis Tempo, umurnya 67 tahun. Dia digambarkan masih gagah biarpun rambutnya sudah putih dan empat gigi depannya sudah rontok. Ayah dari 7 orang anak itu (2 meninggal), sebagai pensiunan bupati, tinggal di kompleks Departemen Dalam Negeri di Jakarta sebelah timur.

Rumahnya tidak jelek dan — seperti lebanyakan orang Ambon — bersih dan mengkilat. Dengan pensiun golongan F2 ditambah dengan gajinya hasil bekerja di sebuah kantor pelayaran di Tanjung Priok, hidupnya lumayan juga.

Mengenakan celana abu-abu dan hem putih bersih gunting Cina, berikut ini rekonstruksi pendapatnya sekitar masalah RMS setelah diadakan dicek ulang oleh Tempo ke sumber-sumber lain.

Banting Granat

“Sesungguhnya RMS tidak punya dasar hukum untuk berdiri. Pasal 2 keputusan KMB hanya menyebutkan, bahwa yang masuk RIS adalah negara bagian. Sedang Maluku Selatan waktu itu hanyalah “Daerah” dari negara bagian NIT”, ujar Manuhutu, yang waktu itu menjabat sebagai Kepala Daerah Maluku Selalan.

RMS tetap juga berdiri, dan menyatakan diri keluar dari NIT maupun RIS. Di Ambon waktu itu ada beberapa grup yang sangat berlainan pendapat. Pertama adalah Dr. Soumokil. Ia lari dari Makassar bersama sejumlah eks-KNlL dan eksAPRA setelah pemberontakan Andi Aziz menentang likwidasi NIT nyaris ditumpas oleh Batalyon Worang yang dikirim dari Jakarta.

Dr. Mr. Christian Soumokil condong ke Belanda. Ia ingin mendirikan suatu negara otonom dalam kerangka federasi dengan Kerajaan Belanda. Itu sesuai dengan dekrit Belanda pada Agustus 1946, bahwa satus begitu akan diberikan pada masyarakat Maluku Selatan tanggal 25 Oktober 1946 (tetapi tidak keburu diwujudkan).

Tetapi kelompok Alex Nanlohy dan Nusi (sersan mayor APRA, bekas anak buah Westerling), menghendaki Maluku Selatan merdeka sendiri. “Lebih baik kalau kita jadi tuan rumah di rumah kita sendiri”, ucap Alex lewat pita rekamannya yang dikirimnya dari Belanda kepada Manuhutu waktu itu.

Nah, melihat bahwa Soumokil (bekas Menteri Kehakiman NIT) dan Ir Manusama (yang sudah mengumpulkan massa di Amboina tanggal 18 April 1950) ingin mengkup Dewan Maluku Selatan Alex cepat bertindak. Ketika Manuhutu yang dalam hatinya sudah pro-RIS masih ragu-ragu, Nusi membanting granat ke atas meja dan mengancam akan membunuh Manuhutu.

Begitulah, setelah berembuk selama empat hari, diproklamirkanlah RMS oleh Manuhutu (selaku Presiden) dan A. Wairisal (selaku PM) pada tanggal 25 April 1950, di bawah todongan bayonet Nusi dan pasukan baret merah dan baret hijaunya.

Persis sehari sebelum Negara Indonesia Timu dibubarkan, untuk melicinkan jalan bagi proklamasi Negara Kesatuan RI tanggal 15 Agustus 1950.

KNIL vs APRA

TNI waktu itu tidak tinggal dia. Setelah RIS dilikuidasi, Menteri Pertahanan memerintahkan Panglima Indonesia Timur, Alex Kawilarang menyerbu Ambon. Tanggal 28 September 1950, empat korvet dan enam kapal KPM mendaratkan pasukan TNI di Hitu dan Tolehu di pantai utara Pulau Ambon, dibayangi bom yang dijatuhkan pesawat B-25 dari udara. Jarak 22 KM di Tolehu di pantai sampai Waitatiri pedalaman baru direbut dalam 8 bulan.

Terlalu lambat menerobos dari arah utara, TNI yang dipimpin oleh Lopulissa lantas mencoba menikam di Selatan, langsung ke arah pelabuhan kota Ambon tempat markas besar RMS.

Penyerbuan itu dimulai tanggal 5 November, dengan kekuatan 14 kapal, termasuk 4 korvet dan sejumlah kapal pendarat — dan 2 bomber. Tapi di sana pun terjadi perlawanan hebat. Meskipun Ambon 6 hari dimakan api, RMS masih sempat bertahan selama 14 hari. Pada 29 November, RMS mengungsi ke Seram dengan melintasi Selat Haruku dan Selat Saparua.

Celakanya, di markas besar Tiang Bandera, Seram, itulah timbul perpecahan antara tentara RMS eks-APRA (baret merah dan baret hijau), dengan eks-KNIL dan polisi. Meskipun jumlahnya hanya satu kompi, tentara “baret merah dan hijau” itu amat ditakuti dan dibenci oleh rakyat Seram karena kekejamannya terhadap setiap orang yang dicurigai.

Sedang tentara eks-KNIL yang jumlahnya 5 kompi umumnya lebih tua dan lebih bijaksana. Konflik antara KNIL dan baret itu kemudian makin menjadi-jadi ketika RMS harus membagi kekuasaan territorial di Seram.

Nusi dan kawan-kawannya menghendaki setiap daerah dikuasai oleh tentara yang berdaulat penuh. Sedang KNIL menghendaki seluruh tentara RMS tetap di bawah satu komando.

Nusi akhirnya menyerah. Ia bahkan membantu Rl. Setelah direhabilitasi oleh TNI, Nusi ikut berjuang membebaskan Irian Barat dan mendapat bintang jasa RI. “Kini pensiunan mayor itu menetap di Seram dan jadi ketua Dewan Gereja Protestan Maluku,” tutur Manuhutu.

Pamflet, Bendera

Manuhutu yang masuk hutan bersama anak bungsunya yang baru enam bulan, menyerah pada TNI bulan Januari 1952. Diadili dan dijatuhi hukuman 4 tahun potong tahanan, mendapat pengarnpunan dari Soekarno pada 17 Agustus 1955 dan dua bulan kemudian direhabilitasi sama sekali. Malah diizinkan bekerja kembali di Departemen Dalam Negeri sebagai golongan F2, dan kontan mendapat gajinya selama lima tahun yang total Rp 65 ribu.

Setelah Manuhutu dan Wairisal menyerah, satu per satu kekuatan tempur RMS dilucuti TNI. Tanggal 24 Mei 1952 kompi terakhir RMS menyerah, disusul kemudian (7 Juli) dengan menyerahnya Overste Sopacua. Melihat arah angin yang tidak menguntungkan itu, Soumokil mengutus Menhankam-nya, Ir J. Azekiel Manusama, Alex Nanlohy dan Pattipelohy lari dari Seram ke Negeri Belanda via Irian Barat, Darwin dan Singapura. Maksudnya untuk mempertahankan eksistensi RMS secara “de facto” di Negeri Belanda.

Taktik kemudian beralih ke aksi-aksi massa di wilayah RI maupun di Negeri Belanda. 17 Nopember 1952, terjadi aksi massa yang pro-RMS di Ambon. Pada 19 Oktober 1953 di Ambon ditemukan pamflet-pamflet RMS bernada memberi semangat: “Tunggu kita kembali. Kita ada di gunung-gunung di Seram”.

Pada 22 Juli 1956 terjadi serangan-serangan kecil terhadap TNI di Piru Ketapangmiring dan Loki di P. Seram. Pada 1960 di pelabuhan Ambon dan pelabuhan Makassar ada usaha-usaha mengibarkan bendera RMS yang berwarna merah-putih-biru-hijau, juga di Negeri Belanda. Atas instruksi dari Tiang Bandera (Seram), Manusama dan kawan-kawannya menggerakkan sebagian massa Maluku Selatan berdemonstrasi untuk mendukung RMS.

Gara-gara surat instruksi yang jatuh ke tangan TNI itulah, Soumokil akhirnya dapat dibekuk di tempat persembunyiannya. Diadili dan dijatuhi vonnis hukuman mati di Jakarta 25 April 1964 (ulang tahun ke-14 RMS). Eksekusi baru dilakukan dua tahun kemudian (1966) di Pulau Seribu.

Kuskus, Bagea, Kapal

Putera seorang pendeta, Soumokil yang badannya tinggi besar mendapat gelar Mr. dan Dr. nya dari Fakultas Hukum Universitas Leiden. Sebelum jadi Menlu RMS, Soumokil yang mahir empat bahasa Eropa pernah menjabat sebagai Menteri Kehakiman — kemudian Jaksa Agung — NIT. Sepuluh tahun lamanya dia bisa selamat tinggal di hutan berkat bantuan isterinya (yang pandai memanjat pohon kelapa untuk menangkap kuskus) dan alam yang murah hati (dengan makan bagea — sagu kering yang bisa mengenyangkan).

Karena kepintarannya, “kabarnya Bung Karno waktu itu mau merehabilitirnya untuk menterjemahkan dan merevisi UU Perdata Belanda sesuai dengan kondisi Indonesia”, dan “seandainya dia masih hidup, saya rasa dia cocok untuk membereskan keributan RMS di Negeri Belanda.” Begitu keterangan Manuhutu.

Bagaimana pendapat dia sendiri soal penyelesaian RMS di Belanda? “Anak-anak yang bikin ribut akhir-akhir ini abnormal. Lahir di sana dan dididik jadi fanatik. Tapi saya rasa jumlah ini makin lama akan makin kecil dan nantinya hilang sendiri. Sulitnya sekarang model demokrasi Negeri Belanda itu lain. Semua boleh bebas. Coba kalau demokrasi dijalankan seperti di sini, masalah tersebut sudah lama selesai.”

Repatriasi lagi?

“Boleh saja, asal disalurkan dengan betul. Artinya, tidak ada yang makan itu uang repatrian. Tapi ada pula soal lain: banyak pulau kosong di Maluku. Maksud saya, tidak ada kegiatan untuk menarik orang tinggal di sana. Sulit untuk berusaha. Karena itu saya minta pada pemerintah bangunlah Maluku itu jadi negeri laut. Bukan jadi daratan, tapi kasihlah kapal. Coba saja kalau di Jawa ini kereta api dan bus tidak jalan satu tahun saja, lantas bagaimana? Kacau toh?”

Setelah membaca tulisan lama itu, saya jadi termenung kembali. Mengapa kita terkesan terlalu khawatir pada kerikil dalam sepatu itu?

>> Selamat menikmati Selasa sore, Ki Sanak. Apa komentar sampean tentang RMS?

Tagged: , , , ,

§ 56 Responses to RMS Pecas Ndahe

  • Ayok berkata:

    RMS ? Republik Maling Sial…..halah….

  • @revolusianto berkata:

    sugeng sore, ndoro…

    kulo isin kalau presiden mboten tindak neng londo, lha…bar perayaan HUT – TNI kok malah takut? piye toh? isin karo anak buah’e… TNI gagah perkasa, presiden’e kok mlempem…(capede).

    yen presiden sido neng londo, trus ono kejadian koyo mbiyen jamane presiden suharto 1970. untung suharto ijek iso mesem.
    lhaaaa umpamane kejadiane sama, trus SBY ditembak…modyar! piye jal?

    monggo, ndoro… kulo pamit dhisik. arep ngadusi sapi.

  • Jacobian berkata:

    negara indonesia ini terlalu luas.sehingga banyak banget pemberontakan seperti ini.yg penting aq ga ingin kejadian kehilangan timor-timur terjadi lagi.sudah cukup Habibie melakukan kesalahan yg fatal bagi rakyat indonesia.semua pemberontakan harus dihilangkan.sama seperti pemberontakan GAM di aceh.indonesia harus tetap utuh.

  • Teguh Aditya berkata:

    Hm..
    Lengkap banget RMS nya..

  • hitamputih berkata:

    Lha wong RMS kuwi sampun boten wonten loh…kok masih aja takut

  • Miftahgeek berkata:

    Wah, bakal kepake lagi neh TNI xp

  • TUKANG CoLoNG berkata:

    masalah gag habis2

  • R. Indra Kusuma berkata:

    Blogwalking menjelang pagi hari…..

    Dengan Mengatasi Permasalahan Yang Kecil; Maka Kita Dapat Mengatasi Permasalahan Yang Besar.

    Sukses selalu

    Salam~~~”Ejawantah’s Blog”

  • Bang NgangaN berkata:

    kita pantas khawatir, sebab penelenggara negeri ini terlambau bebal. dalam banyak kasus misalnya; “ditampar”pun presiden tak bergeming. takut. lembek. RMS sudah lebih dari sekedar kerikil dalam sepatu…

  • DV berkata:

    Karena badannya terlalu besar jadi kalau nggak diimbangi dengan rasa takut yang besar kok rasanya nggak sreg… *eh

  • Anak maluku berkata:

    NKRI forever

  • Jauhari berkata:

    Makin antipati sama Pak Presiden..

  • ipungmbuh berkata:

    Orang jatuh tersandung itu karena kerikil Ndor, bukan karena batu besar yang nggletak di pinggir jalan.

    Lagian, menurut hemat saya, Presiden pergi ngga pergi tetep ngga ngaruh ko.
    Media pasti udah punya peluru buat komen, entah doi jadi pergi atau tidak.

    Jadi kenapa reaktif :))

    Tabik

  • Dot berkata:

    Gitu aja kok repot ?. RMS itu gimana? lha wong mau berkunjung memenuhi undangan kok nyambut pengadilan.
    lagi pula Pemerintah belanda itu juga piye to?. tuan rumah kok nglepas anjing gila. mending gak usah bertandang, emang kita mau jadi bulan – bulanan sama organisasi cekereye yang udah Qoit tapi ngoyo itu. Massak mau cari kekuasaan kok nglawan ideologi para pahlawannya dulu yang punya tekad bulat mempersatukan nusantara. RMS antek – antek sparatis ya,…. Devide Et Impera , sepertinya bakal di gunakan belanda untuk negeri ini kembali. hati – hati.!!!!!

  • dsusetyo berkata:

    Kerikil dalam sepatu itu memang tidak besar nDoro, tapi apa sampeyan bisa jalan dengan nyaman dengan kerikil dalam sepatu?

    Dan jangan lupa, banyak orang jatuh bukan karena batu yang besar, tapi kesandung oleh kerikil yang kecil.

  • ilyasafsoh.com berkata:

    oh indonesiana

  • g o b e r berkata:

    RMS itu masih mirip2 RBT gitu ?

  • Sang Penjelajah Malam berkata:

    RMS emang Mayak Jaya…

  • kalakay berkata:

    ada ada aja nih RMS,,,, pake isu HAM segala, D

  • waroengbhatik berkata:

    Duh, Presidenku. Nyalimu tak sebesar Syahrir, si Bung Kecil bernyali besar..

    • ReMeS aja berkata:

      sekarang bukan nyali yang dimasalahin cok.. kita datang ke belanda seolah-olah kita masih jajahan belanda.. sehingga belanda berhak mengadili presiden RI.. kalo hukum internasional menganggap tidak bisa la kok pengadilannya diadakan.. malah dipercepat.. ingat jaman penjajahan cak.. katanya dialog kok pemimpin perjuangan ditangkap.. kalo belanda datang kesini mau nangkap presiden.. ni bambu runcing dah siap.. kalo disana trus ditangkap dimana muka indonesia sebagai bangsa berdaulat..

  • pemberontak berkata:

    Mena Muria!!!!!
    Kalian orang-orang jawa tidak pernah mengerti penderitaan orang-orang Maluku.
    Karena kalian taunya hidup senang maka kalian tidak pernah mengerti kesusahan orang lain.
    RMS adalah organisasi paling besar yang strukturnya sangat besar berbahaya bagi NKRI jika kalian tau yang sebenarnya!!! Itulah alasan sehingga SBY takut berkunjung ke Belanda.

    • ReMeS aja berkata:

      ngomong apa ber** kau.. kalian memang penghianat.. rakyat maluku berjuang membebaskan diri dari jajahan belanda dengan yakyat nkri lainnya.. malah kalian mendukung belanda.. dasar budak belanda.. RMS = ANAK **** VOC

  • Si Ghost berkata:

    Roti Manis Saya…

  • Admin berkata:

    abot mikir… ora melu komen ae

  • askep berkata:

    ini yang salah terus siapa ??
    pemerintahkan atau rakyatnya

    masing masing harus introspeksi diri lah

  • rumahwaralaba berkata:

    di sini masih banyak yg prefer thinkin’ about NASI RMS, sarapan tiap pagi

  • […] Ndoro Kakung memberikan ulasan menarik disertai catatan sejarah di sini. […]

  • Multibrand berkata:

    Dengan pembatalan yang sangat mendadak tersebut, maka RMS mendapatkan keuntungan besar yang selama ini tidak pernah mereka peroleh yaitu : Perhatian internasional pada mereka dan perjuangan mereka.

    multibrand.blogspot.com

  • benykla berkata:

    nice story ndoro,s aya jd tau latar sejarahnya..suwun pencerahannya

  • Heru Purwanto berkata:

    Belajar sejarah dulu ah biar tau, hehehehe…

  • edratna berkata:

    Makasih ndoro tulisannya…..
    Menjadi ingat lagi sejarahnya….

    Orang yang dicekoki tiap hari, dididik fanatik..dan disana hanya dianggap warga negara kelas 2, jadi mimpi kalau bisa merdeka pasti indah dan hidup senang.Yang dilupakan, bahwa semua harus dibangun, tak bisa langsung menikmati….

  • komik upn berkata:

    kami melihat bahwa NKRI itu mustinya solid, utuh dan kuat….tapi di sisi lain kepemimpinan yang semata-mata hanya menguntungkan pihak tertentu, serta ketegasan dan keberanian yang setengah-setengah, maka hanya memunculkan kekecewaan dan rongrongan tiada henti…
    “yen wani ojo wedi-wedi, ywn wedi ojo wani-wani…”

  • sugiarto berkata:

    PUBLISITAS GRATIS yang memang keinginan RMS…yang cuma jadi kerikil dalam sepatu,tuh..

  • Blog walking sob…. wah..artikel yang sangat menarik. Tukeran link yuk…. hubungi saya di http://www.tutshow.com. ditunggu 01:28

  • srulz berkata:

    benar benar membuat pecas ndahe… 🙂

  • MENA MOERIA! berkata:

    “Suatu saat nanti awan gelap akan hilang dan muncul matahari kebenaran!” Itulah ungkapan Soumokil mantan Presiden RMS.

    Proklamasi 17 agustus 1945 Soekarno Presiden pertama Indonesia menyatakan negaranya adalah negara Republik Indonesia BUKAN RIS BUKAN JUGA NKRI. Lha, dari mana datangnya sebuah negara yang diakui kedaulatannya dgn nama RIS dan NKRI?

    RMS pun mengakui 17 agustus 1945 itu merupakan hari proklamasi berdirinya kedaulatan Negara Repulik Indonesia, tetapi BUKAN RIS dan BUKAN JUGA NKRI. Terbentuknya RIS dan NKRI merupakan ekspansi imperialisme dari Negara Repulik Indonesia yang mayoritasnya berpenduduk suku Jawa. dengan kata lain RIS dan NKRI merupakan ekspansi penjajahan kerajaan MATARAM dan MAJAPAHIT!

    Ketika Presiden Soekarno membacakan teks proklamasi RI saat itu negara2 tetangga disekitar timur indonesia TIDAK TERMASUK RI (JUGA MALUKU SELATAN TIDAK TERMASUK DALAM PROKLAMASI RI 1945) . Proklamasi itu hanya terdiri dari wilayah Indonesia, yaitu Pulau Jawa, Pulau Sumatra, Pulau Madura, Pulau Kalimantan,…

    Seluruh dunia mengakui RI sebagai suatu negara yang bedaulat penuh terhadap wilayah dan masyarakatnya, tetapi HANYA SEBATAS WILAYAH dan MASYARAKATNYA! MALUKU SELATAN BUKANLAH WILAYAH INDONESIA SEDARI DULU! PANTAS DONK, kami MASYARAKAT MALUKU MENETUKAN MASA DEPAN KAMI SENDIRI, TETAPI TERNYATA SAMPAI SAAT INI IMPEREALISME RI MASIH MENJAJAH HAK DAN MARTABAT BANGSA MALUKU SELATAN yang TELAH DIAKUI DUNIA KEMERDEKAANNYA SEBAGAI SUATU NEGARA YANG BERDAULAT SEJAK 25 APRIL 1950.

    Berdasarkan FAKTA SEJARAH tersebut, siapakah yang semestinya disebut separatis? siapakah yang pantas menemukan identitas dirinya sebagai imperialisme? Anda sendiri yang dapat menjawabnya?

    SELURUH MASYARAKAT MALUKU SUDAH MENGETAHUI FAKTA SEJARAH INI! Itu sebabnya alasan yang paling utama kenapa RI TIDAK BERANI BERDIALOG DENGAN RMS DI DAERAH MALUKU SELATAN MAUPUN YANG ADA DI TANAH RANTAU DI BELANDA MAUPUN SELURUH DUNIA, KARENA RI TAKUT BILA FAKTA SEJARAH INI DIBUKAKAN!!!

    BILA RI INGIN BELANDA AKUI PROKLAMASI 17 AGUSTUS 1945 sebagai Proklamasi Kemerdekaan dan berdirinya Negara Republik Indonesia, maka RI JUGA HARUS JUJUR MENGAKUI PROKLAMASI 25 APRIL 1950 SEBAGAI PROKLAMASI KEMERDEKAAN DAN BERDIRINYA NEGARA REPUBLIK MALUKU SELATAN!!!

    “HENA MASA WAYA… LAWA MENA HAULALA… MENA MOERIA!!!”

  • MENA MOERIA berkata:

    Proklamasi 17 Agustus 1945 dan Proklamasi 25 April 1950.

    Silahkan membaca:

    http://www.mpr.go.id/index.php?m=suratpembaca&s=detail&id_opini=5440

    MENA MOERIA.

  • Bismillah…. Semoga Allah selalu menyertai kita dalam kegiatan blogging. Tetap semangat Sob.
    Tutshow.com 06:39

  • Bismillah…. Semoga Allah selalu menyertai kita dalam kegiatan blogging. Tetap semangat Sob.
    Tutshow.com 06:49

  • Jambul berkata:

    Putar balik fakta. Pecundang jadi pahlawan. pahlawan di anggap pecundang. Suka sukalah

  • heri berkata:

    wah la kapan maluku jadi rms

  • Gede Suhendra berkata:

    ini akibat dr ketidaktegasan pemerintah untuk selesaikan masalah ini sejak lama….satu sejarah yg sudah terjadi dan kita kehilangan Timor Timur….sejarah yang membuktikan pemerintah tidak bisa mempertahankan NKRI

  • alifuru berkata:

    jika pemerintah pusat terus menerus melakukan ketidakadilan ekonomi terhadap daerah di luar jawa maka untuk apalagi kita terus menerus mempertahankan keberadaan republik ini,sepertinya republik ini hanya ada untuk orang jawa semata, mungkin dan sebaiknya kita di daerah2 meninjau lagi keberadaan dan komitmen kita di dalam lingkup negara kesatuan republik indonesia, saya pribadi sangat mendukung kemerdekaan bagi setiap daerah di luar jawa selama masih ada ketimpangan yang di lakukan terhadap daerah, istilahnya apa yang ada di daerah sudah pasti ada di jawa tetapi apa yang ada di jawa belum tentu ada di daerah, jadi teriakan terus ketidakadilan itu dan salam hangat MENA MOERIA

  • fxsystem berkata:

    pemerintah harus bersikap tegas tentunya

  • antodf berkata:

    tidak usah terlalu dipersoalkan, masalah lain yg lebih penting banyak

  • alifuru berkata:

    bukankah uud nkri menyatakan dalam pembukaannya bahwa “kemerdekaan ialah hak segala bangsa” jadi sangat wajar apabila orang maluku atau daerah apapun yang ada di indonesia yang tidak puas terhadap ketidakadilan pembangunan yang ada selama ini menyuarakan pemisahan diri dari nkri,kenapa? karena kesabarannya orang itu ada batasnya, tolong jangan menghianati kalimat undang-undang dasar negara anda sendiri, kita harus jujur bukankah kenyataannya selama 60 tahun lebih kemerdekaan ini sepertinya hanya milik segelintir orang,golongan dan suku tertentu saja, kita tidak mungkin meneriakan nasionalisme apabila perut kita kosong(lapar) jika ada yang bilang bahwa nasionalisme harus dan pasti bisa diteriakan walaupun kita lapar maka itu adalah pembodohan

  • […] Ndoro Kakung memberikan ulasan menarik disertai catatan sejarah di sini. […]

  • ENSLE berkata:

    indonesia yang sudah lebih 60 th merdeka, tetapi sesungguhnya belum meredeka. Krn mental ketidakadilan dan ketidakjujuran membudakan bahkan menjajahkan dari pemerintahan maupun golongan agama tertentu. makanya dampak daripada itu muncul suara-suara yang menyerit karena ketidak puasan terhadap situatie demikian. sebab itu bagiku baharulah cara hidup dan sistem politik kotor yang selama ini dipratekan supaya hidup kesejahateraan benar-benar dialami semua orang di bumi nusantara. Kalau tidak, lebih baik setiap daerah di luar jawa berdiri sendiri. Tuhan Yesus cinta semua kita, entah kamu orang apapun Ia mati bagi kita dan bangkit..

  • faldi berkata:

    anak maluku,,dukun rms

  • […] Ndoro Kakung memberikan ulasan menarik disertai catatan sejarah di sini. […]

Tinggalkan Balasan ke Asop Batalkan balasan

What’s this?

You are currently reading RMS Pecas Ndahe at Ndoro Kakung.

meta