Postcard Pecas Ndahe
Januari 14, 2011 § 36 Komentar
“Sarapan tuh harus dengan cinta, Mas,” katamu membuka rahasia pilihan menu.
“Halah. Cinta? Maksudmu?” “Love is like riding a bike. If you fall, you have to get back up again. Begitu juga sarapan. Kalau pagi ini kamu tak menemukan sarapan yang memenuhi seleramu, coba lagi besok.”
Kutipan itu adalah penggalan prosa terbaru lanjutan serial #28hari yang baru saja terbit sore ini. Pertama kali muncul persis satu tahun lalu, #28 hari ternyata mendapat respons yang luar biasa dari beberapa kawan, seperti sampean.
Versi lanjutan itu akhirnya saya buat setelah beberapa hari yang lalu Hanny bertanya apakah saya tak tertarik meneruskannya. Proyek #28hari memang merupakan proyek bersama saya dan Hanny — perempuan yang jarinya tangkas merangkai kata menjadi kalimat-kalimat yang romantik.
Satu tahun mungkin waktu yang sebentar. Tapi dari yang sebentar itu #28hari telah melewati beberapa momentum yang penting. Momen pertama adalah ketika ia diunggah dalam bentuk dokumen di Scribd supaya bisa diunduh oleh siapa saja.
Momen kedua adalah ketika kisah itu dibukukan dalam edisi terbatas oleh Herman Saksono sebagai kado ulang tahun kekasihnya, Hanny.
Momen ketiga adalah saat #28hari dialihbahasakan dalam bahasa Inggris oleh kawan baik saya yang juga pernah satu kantor dengan Hanny di Maverick: Eva Muchtar.
Momen keempat adalah sewaktu Nulis Buku mengabarkan akan menerbitkan #28hari dalam bentuk buku.
Sampai sekarang belum habis ketakjuban saya melihat momentum-momentum ajaib seperti itu. Terus terang saya tak pernah membayangkan serial yang saya buat bersama Hanny akan menjadi seperti sekarang ini.
Dulu waktu pertama kali pertama membuat #28hari, kami melakukannya secara mengalir begitu saja, tanpa berharap muluk-muluk. “Harapan jangan terlalu tinggi supaya kalau jatuh tak terlalu sakit, dan kecewa begitu pahit.”
Seandainya awal itu terus melaju, maka tak ada titik untuk berhenti maupun mundur. Setelah berpikir ulang beberapa kali, saya pun akhirnya berniat meneruskan #28hari dan menghidupkan lagi blog Perempuanku. Saya sengaja memilih theme kartu pos sebagai perlambang: perempuan itu bagaikan postcard masa lalu yang tak pernah sampai ke alamat.
Hanny juga membuat blog kaitannya di Lelakiku. Dua blog tersebut saling menaut sehingga pengunjung harus membaca kedua-duanya untuk mendapatkan cerita yang utuh.
Terus terang saya belum tahu bakal seperti apa jadinya versi lanjutan #28hari ini. Saya hanya berharap masih punya sisa waktu dan tenaga untuk menulis. Tentu saja agar sampean terhibur dan siapa tahu terinspirasi atau beroleh faedah.
>> Selamat hari Jumat, Ki Sanak. Apakah sampean sudah membaca lanjutan serial #28hari yang terbaru?
Diajeng ndak dilanjutkan lagi juga Ndor? atau memang ceritanya sudah berakhir?

saya belum baca je ndor 😀
Kebetulan belum sempat beli jadi blum bisa baca Ndoro; Adakah kemungkinan untuk lounching di NGayogyokarto???
ndoro…kalau buku nya sudah terbit kasih tau yaa 😀
Wah….kayaknya seru tuh buku…
Ndoro, deskripsi Melbourne nya perempuanku kayak deskripsi postingan waktu Ndoro ke Aus, ya…. *ngubek2 postingan lama*
Naaaah yang ini https://ndorokakung.com/2010/10/20/melbourne-pecas-ndahe/#more-5346
Dev, ingatanmu luar biasa 😀
sukses ya Ndoro untuk #28hari-nya..
lagi mbaca ‘perempuanku’ ni Ndoro…
ditunggu bukunya ndoro
semangat nulisnya ndoro!
Salam kenal Ndoro kakung.
ke tempat kami bukunya blm sampai Ndor,
maklumlah blusukan..hehehee
wah maaf blm sempet baca ndoro….
salam sy,
berita melegakan tlh dirilis http://pedulisausan.blogspot.com/ tetap mohon do’anya
dalem banget neh maknanya. nunggu bukunya juga ah 🙂
saya malah baru tau tentang #28hari .. *jadi malu*
Nderek Langkung
Mohon maaf sebelumnya, saya belum tau harus komentar apa. ini yang pertamakali saya menginjakkan kaki disini. Sebagai basa-basi.. 🙂 Semoga #28hari semakin sukses.
Salam Kenal
Selamat Ndoro atas rencana penerbitan #28 hari di Nulisbuku.com. Siap menunggu dan siap memesan!. Sukses ya!
saya baru muncul lagi, jadi mau cari tau dulu ah tentang #28 hari itu 😀
Ndoro saya juga belum baca bukunya ada nggak ya dikampung kecil seperti kampung aku, salam kenal ndoro
@Salam Ndhoro, baru nyimak
ayo ditulis lagi lanjutannya
Nggolek bukumu yang waktu itu diterbitkan GagasMedia kok susah banget ya.. waktu mudik kemarin aku brusaha nyari ke Gramed dan nggak ada..
Smoga pas mudik lagi nanti aku bisa borong dua bukumu 🙂
COngrat! Selamat!
Oke semangat ndoro untuk menulis kembali kelanjutannya..
ndoro kakung selalu mantaff dan ternyata romantis juga. Asik d pokoknya, saya tunggu kabar baik selanjutnya
menarik nih inpo bukuna, jadi penasaran
baca ah…eh iya, kalau di tempat saya kuliah (t. sipil), 28 hari tuh standar umur beton, hehehehe
wah, saya baru tahu ternyata #28hari ada di bukukan..
pesan ah 😀
memang nulisbuku.com berkembang sangat cepat.. salut
admin blog ini sastrawan ya? kata2nya keren bangetz
ndorce…!!! ^^
Wow. Saya follow @ndorokakung di twitter sekitar setahun yang lalu dan sejak saat itu mulai mengikuti perkembangannya baik di twitter maupun blog ini, tapi belum pernah tahu tentang serial #28hari ini. Saya baru buka link tumblrnya dan langsung tertarik. Makasih, Ndoro sudah kasih saya bacaan untuk sisa libur semester saya ini 🙂
thanks infonya………….
Aku sudah bacaaaaaa! 😀
berat juga mata ini baca 1 demi 1 bait2, nyaaa gan… tambah kopinya yaaa… hehehehe
blum liat ndorr..
pengen liat 😀