Restoran Pecas Ndahe
Maret 14, 2011 § 69 Komentar
Seorang narablog jajan di sebuah restoran. Karena kecewa atas layanan restoran itu, dia lalu menuliskan kritik di blog.
Cerita kemudian bergulir begitu rupa, bahkan sempat terdengar bakal ada gugatan. Tapi batal.
Saya mengetahui kisah itu dari situs SalingSilang. Dalam tulisan yang bertajuk Mestikah Mereview Nasi Goreng Menuai Gugatan itu disebutkan:
Widianto.h Didiet, seorang bloger, membuat review kuliner tentang sajian dan pelayanan Nasi Goreng Kemang. Review itu rupanya berbuntut panjang, ketika blog Didit dikomentari ratusan orang. Selain itu percakapan di twitter pun sempat seru antara @Widianto_Didietdengan @NGKemang, yang ditimpali komentar dan retwit oleh para followernya.
Masih menurut SalingSilang, “Buntut dari hirukpikuk tulisn Didiet ini, NGK menunjuk seorang Lawyer –setidaknya ada orang yang mengaku lawyernya NGK—bernama Andru Bimaseta Siswodihardjo yang memberikan komentar di blog Didiet dan mengajak bertemu untuk berembuk mencari jalan keluar. Pengacara ini meminta Didiet untuk menghubunginya dan memberi batas waktu tangga 1 – 2 Maret 2011. Jika sampai batas waktu tersebut dia tak dihubungi, Andru akan melakukan gugatan baik perdata maupun pidana.”
Saya lalu menuliskan opini tentang makan malam yang berujung gugatan itu.
Menurut saya, apa yang dilakukan oleh para narablog seperti Widi itu sah-sah saja, asalkan memang sesuai dengan fakta dan kenyataan. Sepanjang kritik mereka masuk akal dan dilandasi oleh niat baik, pihak yang mendapat keluhan layak berlapang dada dan menerimanya sebagai masukan.
Narablog bukanlah jurnalis yang harus melaporkan sesuatu sesuai dengan kaidah jurnalistik yang mengutamakan prinsip verifikasi, check and recheck, ataupun keseimbangan tulisan. Mereka tak wajib meminta pendapat pemilik produk atau layanan yang ditulis. Tulisan mereka semata-mata opini, yang bisa saja mencoreng reputasi sebuah produk atau layanan, atau malah sebaliknya.
Menggugat mereka adalah langkah yang keliru dan lemah secara hukum. Seandainya saya pemilik restoran itu, saya justru akan memperbaiki layanan. Saya juga akan mengundang Widi lagi dengan suguhan dan layanan yang lebih bagus daripada yang pernah dia bayangkan. Sebab, menurut saya, pelanggan berhak mendapatkan yang terbaik dari restoran saya. Bukan gugatan. Saya pun yakin langkah ini akan membuat Widi mengubah pendapat dan kesannya terhadap restoran saya.
Ternyata apa yang saya pikirkan menjadi kenyataan. Pemilik restoran NGK akhirnya benar-benar mengundang Widianto untuk menjernihkan masalah.
Widianto memenuhi undangan itu. Dan setelah pertemuan terjadi, dia menuliskan lagi kesannya pada kunjungan kedua.
Pada tulisan kedua ini, pendapat Widianto berubah 180 derajat.
“Akhirnya, aku bertemu dengan pihak Nasi Goreng Kemang untuk membicarakan permasalahan yang sempat mengganjal sebelumnya, dimana ada ketidak enakan yang terjadi ketika aku mampir kesana.”
Hari ini saya juga mendengar kabar bahwa pemilik NGK mengundang para blogger yang tergabung di komunitas Kopdar Jakarta untuk berkunjung mencicipi sajian restoran. Gratis! Tak dibutuhkan seorang jenius untuk menebak apa maksud dan tujuan undangan itu bukan?
Saya senang kasus itu akhirnya diselesaikan dengan baik. Pemilik NGK bertindak cepat. Kesimpangsiuran dapat diurai. Dan semua mendengar cerita dengan happy ending.
Dari kasus ini kita bisa mengambil hikmah dan belajar tentang bagaimana memperlakukan konsumen, menangani keluhan, dan menyelesaikan krisis.
>> Selamat hari Senin, Ki Sanak. Menurut sampean, restoran mana yang layak kita kunjungi?
mungkin harusnya tindakan itu yg dilakukan rumah sakit dalam kasus versus Prita. betul, ndoro?
menu yg disajikan utk undangan tersebut cuma nasi goreng saja, ndor?
Bukan restoran sih. Tapi warung tenda yang namanya Aris Seafood. Letaknya di deket pertigaan Depsos, jalan veteran. Maknyos, ndoro!
ndoro nulis postingan ini cepet juga ya…
ga nyampe 10 menit…
*dududududu*
*berlalu*
kopdar jakarta itu apa sih, ndoro? *kalem*
apakah @naskun layak dikunjungi?
layak dong, kk :))
besok mau kritik restoran apa gitu ah biar entar bisa diundang makan gratis.. *eh?
(numpang nampang di blog tenar ndoro ini.. 😆 )
Harus nya mang kayak gitu Ndoro…Anggap lah konsumen itu sebagai Raja..Dan berikan lah rasa Empati yang Tulus terhadap kekecewaan Pelanggan..Maka dari itu kita telah melakukan Promosi yang sangat berharga…
solusi yang baik ndoro… Nggak perlu dijadikan masalah hukum. Kadang kalau mau buat kritikan mikir-mikir. Nggak semua pihak dpt menerima dgn baik.
Udah kagak heran lagi Ndoro.. inilah dunia….
yang penuh tipu dan daya…
yang hanya melihat dari materi saja…
dan itu adalah kiblat bagi mereka yang men-dewakan DUIT,
Otomatis perilaku mereka… seperti yang ndoro tulis itu…
Dateng gak yaaa….
kuliner nih sob????????
restoran yang layak dikunjungi itu angkringan ndor. #eh itu bukan restoran ding. 😀
tempat ngetem para supir angkot… eh supir presiden
Setuju dengan langkah elegan dan tepat pihak NGK dalam menangani konsumen. Harusnya pemerintah kita bertindak elegan seperti itu ketika menangani keluhan dan kritik dari rakyat yang dilayaninya.. 🙂
Apa sebegitu bahayanya ya, menulis pendapat pribadi di ruang publik?
jadinya, ndoro mau ikutan dateng gak? ndaptar di milis dong.. #eaaa
Dan setelah ini, betapa beruntungnya warung makan itu karena telah masuk di postingan ndoro. 😀
Orang baik mendapat yang terbaik 😉
daftar ikutan kopdar bisa ikut cicipi NGK 😀
Mau coba kalau gratis …he he he
ah, syukurlah selesai kasusnya. saya yakin klo restoran itu mengambil langkah jalur hukum, justru akan timbulkan kerugian materiil dan non materiil yg jauhhh lbh besar.
apa yg diposting sdr. widi (post 1) adalah haknya sebagai konsumen, scr legal standing sah-sah saja.
Bener langkah yang menegangkan kalo sampe ke meja hijau. Gara2 ketakutan itu, saya sempet mengurungkan niat untuk menuliskan hal lebih baik yang harusnya bisa saya terima dari provider seluler saya.
Good PR!
Sebuah langkah bijak dan tepat sasaran yang harus ditiru oleh para pemilik usaha lain yang menghadapi masalah serupa, baik dengan para blogger ataupun para jurnalis lainnya.
Tanpa perlu emosi dan menempuh jalur hukum yang bisa saja berakibat lebih buruk, pemilik NG Kemang mampu menyelesaikan masalah sekaligus membalikkannya menjadi sebuah promosi gratis, meskipun harus memberikan sesuatu yang gratis untuk para narablog.
Akhir kata… win-win solution memang patut dikedepankan.
Salam,
OvGadget
Ga dikasih foto motor nya sih kang, kalo keliatan kayak gimana foto yang disebelahnya itu kan kita bisa ngeliat itu motor emang motor ‘delivery’ ato cuman motor yang diaku2 sebagai motor delivery.
Mudah2an Ndoro juga kagak ikut2an kena getahnya setelah mempublish artikel ini 🙂
klo yg bicara sesepuhnya blogger, case closed deh 😀
Alangkah indahnya kalau semua pemegang merek memperhatikan hal semacam ini. Tapi juga sebaliknya, kalangan hendaknya meski memegang otoritas terhadap posting blognya, tapi seyogya-nya lah untuk memperhatikan soal-soal etika dan hal-hal lain yg bisa merugikan diri sendiri dan pihak lain.
Ini akan jadi pelajran penting bagi kalangan Blogger Indonesia.
postingan yang mendebarkan, mengingat saya sebagai bloger baru, hmm..untung mas Widi orangnya tabah, hehehe..sehingga hasil akhir berupa undangan ke-2..
oh ya, salam kenal Ndoro Kakung
kalo menurut saya kita gak perlu takut selama kita benar, benar dalam arti sepantasnya hehehe..
@ndorokakung: nice share 😉
sedikit lebih cerdas walau agak salah2 dikit 😀
setelah baca2 koq Rusa Rasa semua itu adalah agenda setting ya?
ah ya sudahlah 😀
Kalau nggak mau di kritik mendingan nggak usah buka warung, kan kritik itu demi kebikan warung itu juga 😀
Lha wong orang beli pasti bayar kok pakai acara ngrusuhi segala, bareng di komplain lewat tulisan mau nuntut, untung saja nggak jadi panjang.. 😀
AAAAAK! gak bisa ikutan sama Kojakers menikmati nasi goreng. Ada undangan untuk tahap kedua gak ya? :))
pelajaran morale, ndor.., jadi blogger kompasiana biyar dapet makan hratis..
😆
memang perlu etika dan moral dalam menerima tamu,atau menegur seseorang,masing2 bisa introsfeksi dan mengambil hikmah dari kejadian tersebut
saya suka kutipan ini: Menurut saya, apa yang dilakukan oleh para narablog seperti Widi itu sah-sah saja, asalkan memang sesuai dengan fakta dan kenyataan. Sepanjang kritik mereka masuk akal dan dilandasi oleh niat baik, pihak yang mendapat keluhan layak berlapang dada dan menerimanya sebagai masukan.
Narablog bukanlah jurnalis yang harus melaporkan sesuatu sesuai dengan kaidah jurnalistik yang mengutamakan prinsip verifikasi, check and recheck, ataupun keseimbangan tulisan. Mereka tak wajib meminta pendapat pemilik produk atau layanan yang ditulis. Tulisan mereka semata-mata opini, yang bisa saja mencoreng reputasi sebuah produk atau layanan, atau malah sebaliknya.
Menggugat mereka adalah langkah yang keliru dan lemah secara hukum.
belajar tentang bagaimana memperlakukan konsumen, menangani keluhan, dan menyelesaikan krisis.
Wah enak ya jadi blogger, diundang makan2 gratis teyus… hihihi
#ihik
Ya syukurlah Ndoro, tidak ada kasus gugatan lagi akibat mengeluarkan opini di Internet terutama di blog, xixixi.. 😀 Enaknya makan gratis ..
mau iktan komentar akh byar diundang makan juga….!!!heheeee
Senang bahwa masalah ‘nasi goreng’ tsb bisa terselesaikan decara kekeluargaan.
Segala masalah dapat selesai kalau perut udah diisi.. restorant solusinya,, restorant yang baik pastinya..
weleh-weleh…
Apa sengaja di setting seperti itu ndoro? lalu mengundang temen-temen kojack untuk mencicipi? 😀
bisa saja. tapi dalam hal ini, kenapa kita tidak mencoba percaya. 🙂
saya cmn penasaran ama sepeda motor dekilnya
Meski cuma “blogger” saya rasa prinsip kehati-hatian dalam menyampaikan kritik perlu dijaga, karena bagaimanapun, kritik tersebut terpapar di ruang publik. Apalagi ternyata dalam kasus ini, sang blogger yang salah. Untung pihak resto bersikap bijak 🙂
Wah ngeri juga ya, untung happy ending
tapi kasus ini nda seheboh prita ya… hhehehe
Seharusnya manajemen restaurant memang melakukan perbaikan seperti itu, hasilnya lebih nyata, dan dia harus mengubah pandangan yang keliru menjadi sebuah promosi. Salut untuk restoran ini.
patut ditiru ini. terbukti, ternyata dengan mau mendengarkan kritik dan bertekad memperbaiki diri, restoran ini berhasil memperbaiki citranya. ga kebayang kalo resto ini melakukan hal yang sebaliknya alias menuntut ke pengadilan.
oia, saya ijin share ya ndoro. mohon jangan dianggap sebagai spam. namun jika tidak berkenan, dihapus saja tidak apa-apa.
seorang adik dari anak didik teman saya saat ini sedang membutuhkan bantuan seikhlasnya, baik berupa doa untuk kesembuhannya maupun dalam bentuk finansial. Saat ini dana yang terkumpul baru sekitar 3,5 juta, sementara yang dibutuhkan sekitar 50juta.
info lebih lengkapnya bisa dilihat di sini.
Nurul Safika
silahkan di share ke rekan-rekan yang lain.
insya Allah, kebaikan anda semua mendapatkan balasan Tuhan yang Maha Esa.
terima kasih.
Kalau komentar kita dari mulut-kemulut menyebar luas apa iya akan seperti itu juga kejadiannya?
Seandainya ada blog yang dikomentari negatif, apa iya yang beri komentar bisa digugat?
#mumet
wah,seharusnya milik public harus memperbaiki diri,bukan dengan menggugat.salam kenal.kalau ada waktu kunjungi blog ane ya. http://edyirawannasution.blogspot.com
sah-sah saja nulis selama masih objektif…
sayang telat, artikel aslinya sudah dihapus. saya cuma pengen membandingkan dengan kritikan pedes saya soal pelayanan di sebuah rumah sakit di malang, kalo baca yang beginian jadi agak serem juga, jangan-jangan saya bisa diancam gugat juga. fiuh!
walaupun endingnya damai tapi pas baru meletus kok ya ramai banget ya..
pusing hehe…
Hmm…
kita memang punya kebebasan untuk menulis,
tapi kalo dipekarakan kek gini (meskipun akhirnya gak jadi) kan bikin repot juga…
Salut deh untuk restorannya dan untuk penulisnya
*untuk ndoro juga deh…
berarti restoran harus bikin blog, ndoro. biar ada solusi kalo pecas ndahe … 😉
enak sekali
Restaurant di alam terbuka
Reastaurant di alam terbuka,lebih asik dan alami
selalu berfikir positif adalh slah satu kunci sukses,terbukti dengan restauran ini yang mau menerima kritikan demi kemajuan restaurannya
indahnya kebersamaan, saling memberi saling menerima,siap mengeritik dan mau di kritik.
Berharap saya memperoelh yang sama ndoro. kebetulan baru saja saya dikecewakan sebuah restaurant kamus “AHA fe UI, Depok” yang entah secara sengaja atau tidak namun yang jelas mereka tidak memberikan sajian yang harusnya saya terima, meskipun memang saya tidak menegur atau menanyakan “pesanan saya mana?, padahal sudah bayar lho”…
sayang sekali memang, apabila kita kisah legenda kuliner nusantara Indonesia masih diwarnai tindakan ‘anarkis’ para penyedia layanan
tul gan, kritik bisa buat kita jadi lebih baik, jangan kllo dikritik langsung di tuntut….
sama-sama untung. dapat nasi goreng GRATIS ….
restoran yang layak di kunjungi itu ya restoran yang bersih dan pelayanan yang baik
[…] Kasus serupa sempat terjadi pula di Indonesia dengan melibatkan Nasi Goreng Kemang dan seorang blogger bernama Widianto.h Didiet. Karena merasa kecewa pada pelayanan di restoran tersebut, Widianto menulis ulasan negatif yang dikomentari ratusan orang. Tak hanya heboh di blog, percakapan itu pun melebar ke linimasa Twitter antara akun pribadi Widianto dan pihak Nasi Goreng Kemang. […]